Senin, 25 Januari 2021

NASIB MANUSIA, SEPI JELAGA

A. Syauqi Sumbawi *
 
Duduk di ruang tamu, Abdun termangu. Entah, berapa lama matanya menerawang ke arah pintu. Meninggalkan huruf-huruf dan kata-kata yang tercetak hitam di halaman buku yang sedang dibacanya. Huruf-huruf dan kata-kata, yang juga mengantarnya masuk di alam pikiran. Sementara di luar, langit malam memperlihatkan bayang-bayang samar. Malam di musim penghujan.
 
Halaman buku yang masih terbuka itu menyebutkan tentang pertemuan dan dialog antara Musa dan Adam. Pada satu riwayat dijelaskan bahwa Musa berkata: “Wahai Adam, engkau adalah bapak kami. Tetapi engkau telah mengecewakan kami, karena telah menyebabkan kami keluar dari surga.”
 
Adam pun menjawab: “Wahai Musa, engkau telah dipilih dan dimuliakan-Nya. Dengan kehendak-Nya, engkau dapat bercakap-cakap dengan-Nya. Apakah engkau mencelaku karena urusan yang telah ditakdirkan atasku sejak empatpuluh tahun sebelum aku diciptakan-Nya?!” –-(lihat, HR. Bukhari, no. 3407 dan HR. Muslim, no. 2652)—
 
Yah, keluarnya Adam dari surga, bukanlah suatu hal yang biasa, jika tidak dikehendaki-Nya. Karena boleh saja, Dia memberikan ampunan dan membiarkan Adam tetap di surga. Tidak mengeluarkannya. Atau boleh jadi, Adam dihukum dengan hukuman lain, bukan dengan menurunkannya di bumi.
 
Namun, itulah kehendak-Nya. Itulah hikmah-Nya yang nanti akan dikenali. Nasib manusia yang susah payah dalam kehidupan di dunia.
 
Abdun kembali dari pikirannya. Perlahan mengarahkan matanya ke ruang tengah. Dilihatnya si nyonya telah berdiri dengan mukena. Mungkin itulah, gambaran nasib manusia yang ditanggung setiap orang. Juga, hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sendiri dan sepi.
 
Gambaran nasib dan keberadaan manusia, yang agaknya juga dikemukakan dalam puisi berjudul “Prologue” karya Sapardi Djoko Damono. Pada buku berjudul “dukaMu Abadi, Sajak-sajak 1967 – 1968” (Jakarta: Pustaka Jaya, Cet.II, 1975), secara lengkap dituliskan sebagai berikut:
 
Prologue
 
masih terdengar sampai di sini
dukaMu abadi. Malam pun sesaat terhenti
sewaktu dingin pun terdiam, di luar
langit yang membayang samar
kueja setia, semua pun yang sempat tiba
sehabis menempuh ladang Qain dan bukit Golgota
sehabis menyekap beribu kata, di sini
di rongga-rongga yang mengecil ini
kusapa dukaMu jua, yang dahulu
yang meniupkan zarah ruang dan waktu
yang capai menyusun Huruf. Dan terbaca:
sepi manusia, jelaga
 
***
 
Istilah prologue— yang juga menjadi judul puisi—, berarti pembukaan, pendahuluan, Dari semua yang ada di sana, yang (terdengar) adalah sebuah kisah tentang suatu peristiwa. Sebuah kisah yang lampau, yang disampaikan berulang-ulang dari generasi ke generasi. Kisah yang teramat penting dan selalu menjadi kaitan dari kehidupan umat manusia, Sebuah kisah pembukaan (Prologue) dari perjalanan hidup di muka bumi. Kisah yang menggambarkan historisitas universal manusia. Dan kisah itu adalah kisah Adam dan Hawa.
 
Tradisi agama samawi—Yahudi, Nasrani, dan Islam—menyebutkan, bahwa keduanya “jatuh” karena melanggar larangan Tuhan. Melampaui batas dan berbuat dosa, sekaligus menggambarkan keberadaan manusia yang disebut mahallu al-khatha’ wa an-nisyan. Tempatnya salah dan lupa. Tak ada satu pun manusia yang terbebas dari keduanya. Salah dan lupa yang menjadi tanda dari dosa-dosa. Barangkali, inilah nasib manusia, yang dikemukakan oleh penyair dalam ungkapan… (duka-Mu abadi).
 
Akan tetapi, tidak ada keburukan mutlak dari dosa-dosa yang diperbuat oleh manusia. Memang, sebuah dosa bisa mendorong manusia pada kerusakan dan kehancuran. Namun, sebuah dosa juga merupakan sesuatu yang membuka pintu kesadaran manusia. Seperti Adam dan Hawa yang “turun” ke dunia, yang kemudian bersusah payah dalam penyucian diri (tazkiyaun nafs). Untuk kembali pada fitrahnya dengan penuh kesadaran.
 
Kira-kira inilah kisah itu, yang… masih terdengar sampai di sini/ dukaMu abadi. (…)/. Lantas, ketika seseorang merenungkan kodrat dan nasib manusia, nasib diri sendiri bersama kisah itu, mungkin dia akan menemukan dirinya berada dalam keheningan. Seperti mengalami dan merasakan suasana,…(…) Malam pun sesaat terhenti/ sewaktu dingin pun terdiam, (…)/. Juga merasakan dan mengenali keberadaan (di luar) dirinya, yaitu tentang kekuasaan-Nya, yang terbentang bersama... langit yang membayang samar//.
 
Langit, bumi, dan semua yang ada di antara keduanya, adalah ayat-ayat, yang selalu mengarahkan manusia kepada-Nya. Barangkali sebab itu, maka,… kueja setia, semua pun yang sempat tiba/, seperti menjelaskan bahwa dengan menyakini keberadaan-Nya, aku lirik atau seseorang akan berusaha untuk menerjemahkan satu demi satu (kueja) takdir yang diberikan, bersama keimanan.
 
Terlebih setelah memahami dan menyadari kisah tentang Qabil (Qain) yang tidak rela, yang benci dan hasud kepada saudaranya. Tentang kisah Isa al-Masih yang rela kepada-Nya, yang cinta kasih kepada sesama di (bukit Golgota). Hal ini diungkapkan yaitu,…sehabis menempuh ladang Qain dan bukit Golgota/. Juga,… sehabis menyekap beribu kata, di sini/ di rongga-rongga yang mengecil ini//. Setelah berusaha mencegah dari segala hal yang bisa menjadikan seseorang tidak mau menerima takdir. Dan itu adalah (beribu kata) semacam dalih keegoisan yang terus-menerus bergolak di dalam jiwa.
 
Kemudian pada bait terakhir, diungkapkan… kusapa dukaMu jua, yang dahulu/ yang meniupkan zarah ruang dan waktu/. Bersama keimanan, aku lirik atau seseorang berusaha menyambut takdir dari-Nya dengan ridla dan penerimaan. Takdir yang menjadi pandangan umum, telah dituliskan sejak (dahulu), bersama ditiupkannya ruh ke dalam jasad (zarah ruang dan waktu).
 
Yakni sebagai manusia,… yang capai menyusun Huruf. (…)/, yang pasti akan susah payah dalam kehidupan yang penuh masalah di dunia. Terutama untuk menemukan dan mengarah kembali kepada-Nya, Dari semuanya, barangkali inilah yang kemudian dipahami, yaitu …(Dan terbaca:)/ sepi manusia, jelaga//.
 
Sebuah pemahaman sekaligus wacana tentang keberadaan manusia yang sepi dengan takdirnya sendiri-sendiri. Kesepian manusia dalam menerjemahkan dirinya, yang ber-Tuhan, yang keberadaannya tak lain hanyalah seperti (jelaga). Ibarat butiran arang halus dan lunak, yang terjadi dari asap lampu. Hitam bersama bayang-bayang.
***
 
*) Ahmad Syauqi Sumbawi, sastrawan kelahiran Lamongan 28 April 1980. Menulis cerpen, puisi, novel, esai, kritik, dll. Sebagian karyanya dipublikasikan di media massa. Puisi-puisinya terkumpul dalam antologi: Dian Sastro For President; End of Trilogy (Insist, 2005), Malam Sastra Surabaya; MALSASA 2005 (FSB, 2005), Absurditas Rindu (2006), Khianat Waktu (DKL, 2006), Laki-Laki Tanpa Nama (DKL, 2007), Gemuruh Ruh (2007), Kabar Debu (DKL, 2008), Tabir Hujan (DKL, 2010), Darah di Bumi Syuhada (2013), Pesan Damai di Hari Jumat (2019), Menenun Rinai Hujan (2019). Dan beberapa cerpennya dapat dibaca pada kumpulan: Sepasang Bekicot Muda (Buku Laela, 2006), Bukit Kalam (DKL, 2015), Di Bawah Naungan Cahaya (Kemenag RI, 2016).
Sementara antologi tunggalnya: Tanpa Syahwat (Cerpen, 2006), Interlude di Remang Malam (Puisi, 2006), dan #2 (SastraNesia, Cerpen 2007). Novel-novelnya yang telah terbit: Dunia Kecil; Panggung & Omong Kosong (2007), Waktu; Di Pesisir Utara (2008), dan “9” (2020). Sedangkan bukunya dalam proses cetak ulang “#2,” dan Limapuluh (kumpulan puisi) segera hadir. Selain menulis, juga berkebun, dan mengelola Rumah Semesta Hikmah, dengan kajian dibidang sastra, agama dan budaya, di dusun Juwet, Doyomulyo, Kembangbahu, Lamongan. Blog pribadinya: syauqisumbawi.blogspot.com http://sastra-indonesia.com/2021/01/nasib-manusia-sepi-jelaga/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah