Sabtu, 26 Juli 2014

Pelajar dan Penulisan Sastra

Tri Lestari Sustiyana *
Lampung Post, 7 Okt 2006

Akhir-akhir ini, banyak kalangan berpendapat sastra di Lampung sedang tumbuh pesat. Pertumbuhannya ditandai munculnya penulis-penulis remaja, terlebih beberapa media baik penerbit buku yang menerbitkan karya sastra remaja maupun media cetak menyediakan ruang secara khusus untuk sosialisasi atas karya-karya sastra remaja. Tapi jika ditilik lebih jauh, remaja dalam hal ini adalah kalangan pelajar, masih belum memperlihatkan prestasi dalam bersastra yang dapat ditandai sebagai sesuatu yang menggembirakan.

Belum Menjadi Tradisi

Penulisan sastra di kalangan pelajar belum menjadi tradisi. Jangan berharap lebih akan kreativitas bersastra dari pelajar. Kenyataan yang akan kita temui adalah jauh panggang dari api. Hal ini mengingat kurikulum di sekolah masih menempatkan sastra sebatas pengenalan, belum meramu substansi pembelajaran ataupun proses kreatif sastra! Padahal sastra, sebagai salah satu entitas kebudayaan, akan makin bermakna jika didukung media pendidikan dan sosialisasi yang memadai. Hal terpenting adalah dunia sekolah, selain media dalam bentuk apa pun untuk sosialisasinya.

Namun, seperti yang dilansir dalam sebuah media bahwa, besarnya pertumbuhan minat siswa terhadap dunia sastra di Lampung dinilai masih terhambat minimnya dukungan penyelenggara sekolah. Di sisi lain, masih terdapat banyaknya guru yang tidak mampu mentransfer ilmu kesusastraan kepada para siswa (Lampung Post edisi 23 September 2006).

Menengarai persoalan di atas, ada dua kutub yang berseberangan dan menjadi persoalan mengapa penulisan sastra belum menjadi tradisi bagi pelajar. Pertama, sistem pendidikan kita yang rentan dan cenderung berubah-ubah, seperti yang berlangsung selama ini, jika terdapat pergantian kepemimpinan, entah itu menteri pendidikan atau pejabat setingkatnya, maka akan berganti kebijakan dalam periodenya. Hal ini pula yang kemudian menempatkan sastra sebatas pelajaran pelengkap. Sebagai bagian dari mata pelajaran bahasa Indonesia, sastra memang disepelekan, antara lain karena perhatian guru lebih tercurah pada pengajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kedua, tidak terdapatnya daya dukung dari tenaga pendidik/guru yang mumpuni baik dalam penguasaan materi sastra, kesusastraan maupun metode pembelajarannya. Tampaknya untuk adanya tenaga pendidik tidak harus menunggu fakultas keguruan ilmu pendidikan (FKIP) di perguruan tinggi menjadi lumbung penyair atau sastrawan dulu, akan tetapi untuk menyiasatinya dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah dapat bekerja sama dengan sastrawan-sastrawan andal pada tingkat lokal maupun nasional.

Kekeliruan dan Upaya Pendekatan

Kerja sama antarlini dalam pembelajaran sastra di sekolah menjadi selaras dengan pernyataan Thomas Aquinas, “pulchrum dicitur id apprensio” (keindahan bila ditangkap menyenangkan). Ini artinya keindahan akan menjadi sebuah kemustahilan tanpa media pendidikan yang mengakar. Bagaimana mungkin “keindahan” akan (memiliki dan) mengakar tanpa pendidikan yang utuh.

Bagaimana mungkin sajak Chairil Anwar akan dapat ditelaah dan diapresiasi secara baik jika tidak dimulai dari penjabaran di kelas-kelas, sehingga tidak hanya sebatas pembelajaran sastra pada hapalan judul-judul sajak atau hapalan nama-nama sastrawan di tanah air. Bagaimana mungkin kita akan mengetahui Sutardji Calzoum Bachri dengan mantra-mantranya, Danarto dengan keindahan cerpen surealisnya yang fantastis dan teatrikal, Seno Gumira Ajidarma yang “liar” romantik, dan lain-lain.

“Kekeliruan” dalam pendekatan dan strategi pengajaranlah penyebab persoalan di atas. Dan hal ini telah berlangsung sejak awal, ketika di taman kanak-kanak, sastra masih dianggap sederajat dengan bentuk kesenian lain seperti menggambar atau menyanyi. Sastra masih diperlakukan sebagai alat mengekspresikan diri dan disampaikan dalam bentuk bercerita, berpidato atau melisankan puisi.

Sastra dalam bentuknya yang dasar dianggap “permainan”, suatu anggapan yang berdasarkan pendekatan yang benar. Namun keadaan yang sudah benar ini berubah sama sekali ketika anak menjadi murid di sekolah menengah. Di sini sastra tidak lagi diperlakukan sebagai bagian dari “permainan”, tetapi diajarkan dengan pendekatan lain, yakni benar-benar diperlakukan sebagai ilmu.

Sementara literatur dan buku-buku sastra untuk sekolah menengah penuh istilah, konsep, daftar karya sastra, riwayat hidup sastrawan, dan lain-lain. Tetapi hampir tidak ada karya sastra itu sendiri. Semua itu adalah serangkaian nama dan istilah yang harus dihafal sebagai syarat agar bisa lulus ujian, yang tak jarang parameter ini sebagai satu-satunya tujuan pengajaran sastra.

Beberapa kemungkinan mengapa hal-hal di atas terus terjadi karena guru yang berpandangan hanya sastrawan yang bisa membimbing murid mengarang cerita atau mencipta puisi. Akibatnya, kegiatan mengarang tidak ditawarkan kepada anak, padahal mungkin anak menyukainya bila diperlakukan dengan pendekatan “permainan”, seperti halnya menggambar atau menyanyi yang ternyata tetap ditawarkan guru sekalipun mereka bukan pelukis atau penyanyi.

* Tri Lestari Sustiyana, Guru SMP Negeri 1 Jatiagung
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2006/10/esai-pelajar-dan-penulisan-sastra.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah