Rabu, 13 Maret 2019

BELAJAR SASTRA LOKAL ALA SAIPI ANGIN

[Dari Sabrank Suparno, Fikri. MS sampai Wong Wing King]
Nurel Javissyarqi

Sudah beberapa hari ini aku berada di Jombang, padahal rencananya paling banter dua atau tiga hari. Beginilah keadaanku kala berkelana, seperti udara diterbangkan angin kemana saja sesukanya, tiada lebih diriku sewaktu di rumah. Kubebaskan alam fikiran-kalbu mengikuti arus tak terlihat, ricikan ombak kehidupan berjuta jumlah, setiap partikel terkecil menentukan aura. Daun-daun, burung-burung, segerombolan awan bertumpuk-tumpuk kadang menipis sesuai tarian bayu berdendang, berdentaman ke dalam jiwa.

Mungkin kesukaanku pada dua perkara; membaca, selanjutnya menulis; menyimak buku, peredaran alam, gerak hayati, lajuan tumbuh pula kelayuan. Semua itu kurasai sebadan bersandar ketenangan, belajar menggali ikhwal ribuan makna, membongkar batu-batu cadas pengertian. Aku jadi teringat para ibu pemukul batu-batu di Gunung Kidul, penjual kerupuk berjalan kaki, pedagang almari dengan pikulan kayu, doanya perbuatan. Menjajakan yang dibawa dengan kembalian tak memaksa, hanya ketenangan rahayu teridam, sebagaimana kehendak ke alam keabadian.

Pagi ini kembali bertepatan di rumah Sabrank, desa Dowong, Plosokerep, Sumobito, yang kesehariannya bekerja ke sawah, ia tak lebih pantulan jiwa revolusioner Emha Ainun Nadjib, tetangga desanya, Mentoro, Sumobito, Jombang. Sejak belia ia sudah kerap mendengar kata-kata Emha, dapatlah dibilang malah jarang membaca karya-karyanya -budayawan tersebut, seperti murid belajar langsung. Ucapan Cak Nun tak kurang sama di buku-bukunya yang dikemudian hari dijumpainya.

Sabrank Suparno, awal mula kukenal pembaca cerkak (cerito cekak atau cerpen berbahasa Jawa) yang handal, serupa petuah-petuah orang dulu. Jiwa tuturnya tak sebentuk menggurui, tetapi dengan langgam penceritaan sindiran, paribasan membuat orang terheran-heran, minimal diriku. Jika melihat perbedaan insan jaman sekarang yang sudah banyak melupakan kebudayaan leluhur, ia salah satu penguri-uri budaya. Aku bersyukur, ia mulai merambah ke kancah berbahasa Indonesia, sehingga kita mengetahui jawilan-jawilan kecil bak mutiara keringatnya.

Kukira keberangkatannya menapaki jalan kepengarangan lewat cerkak, tumbuh sejiwa pemberontakan disamping mentaati tradisi. Atau berkehendak melapangkan keduanya, dalam menggenapi usia kehadiran pribadi sebagai manusia Jawa mengenali bahasa Indonesia. Dilihat tulisannya mulai membeludak, sedangkan buku-buku pada perpustakaan pribadinya tidak seberapa, bisa dikata lebih banyak membaca realitas; bencah kebijakan hati, hijau pepadian perkaya fikiran, hujan lebat kegalauan menentukan pilihan tahap penelitannya, mendung bergayuh harapannya semakin kelam, namun ada secercah cahaya di sela-sela gemawan, matahari keyakinan diberangkatkan dari kemauan, hasrat tak ingin tertinggal sedari jauh.

Entah apa difikirnya mengenai dunia kepenulisan, kemungkinan bukan ketenaran, apalagi kekayakan, tak. Ia telah berkelana di pulau dewata Bali hingga plosok-plosoknya, pulau Madura dan dataran tanah Jawa telah dihatamkannya. Mungkin segenap jiwa-raganya dipersembahkan demi nilai-nilai adiluhung terserap, menyerap jatidirinya tetap kokoh di bumi kelahirannya, sejauh kalimahnya mampu meresapi kalbu pembaca.

Ia sekadar lulusan Aliyah setingkat SMA, maka sangat memalukan, jika ada mahasiswa kurang bisa menulis. Alam pendidikan kelak benar-benar menuju titik kehancuran, kalau mereka tak pandai mengamalkan segenap keilmuannya, hanya berpelesiran -desa ke kota, adu-gengsi gagah-gagahan, otaknya nol putul apalagi mengadopsi teori, pula mazhab aliran sedari negeri jauh, yang jelas-jelas tidak bisa mengakar di bumi Nusantara.

Minimal beberapa hari ini di Jombang, aku coba meresapi beberapa kemungkinan ke depan; pertama membakar gairah kawan Fikri. MS kelahiran Muara Enim, Sumatera Selatan, 12 November 1982 yang pernah lulus kuliah di STKIP Jombang, kala bertemu dirinya di malam pementasan teater bertajuk “Elegi Sebuah Negeri.” Serta memberi usulan spasi pada nama cerpenis Wongwingking menjelma Wong Wing King, kelahiran Jombang jebolan UNDAR.

Penyair Fikri. MS yang aktif dalam dunia teater, menceritakan hari-harinya disibukkan komunitas, sehingga sedikit luang waktu berkarya tulis, meski berbakat kesastrawian kuat. Semoga sekembali dari tanah Jawa, ada ruangan oval sendiri, waktu khusyuk mengudar segenap pengalaman jalan-jalannya selama ini membentuk gugusan karya, berangkat dari realitas ditempa bacaan-bacaanya. Setidaknya ia sudah menancapkan ruh semangatnya pada Komunitas Sanggar Teater Gendhing (STG) di Muara Enim, yang digagas bersama kawan-kawannya semenjak 18 Agustus 2008 yang sampai sekarang menggeliat. Tampangnya mengingatkan aku pada kawan Marhaliam Zaini asal Riau, yang berkacamata penuh selidik memandangi mungkin juga saat membaca, menelisiki hasil pendahulu demi ditumpahkan dalam karya yang sudah menyatu sejiwa-raga, seperti percampuran ruh di ubun-ubun seniman.

Cerpenis Wong Wing King yang sebelumnya membentuk Sanggar Sinau Lentera, kini menjelma Lentera Sastra Sepuluh. Juga menggagas Komunitas Teater Sanggar Seni Mentari Indonesia, dalam lingkungan UNDAR. Sosoknya malu-malu tapi haus belajar disamping dirinya pengajar, sehingga ringanlah kakinya melangkah, menambah wawasan di manapun dalam jangkauannya. Namanya mengingatkan aku pada buku “Pelita Hidup” yang disusun Moerthiko, penerbit Sekretariat Empeh Wong Kam Fu, 1979, yang diprakatai Empeh Wong Kam Fu sendiri. Lagian tidak keliru, Wong Wing King (dalam bahasa Jawa bermakna Orang berada di Belakang) pula berdarah turun Cina atas silsilah dari Kediri.

Malam itu di kampus AMIK Jombang, digelar acara rutin setiap tanggal 10an pengajian sastra, yang membedah salah satu cerpennya. Lantas diriku teringat rutinitas dulu di Lamongan, yang rutin pula menampik tulisanku untuk dibedah, sampai menjadi buku. Hanya satu esai yang dibahas pun sebatas permukaan, padahal sudah kufotokopi di setiap acara bulanan. Entah imbas atau apa, acaranya tak berjalan lancar hingga lima tahun dari sekarang, dan sepertinya mulai diaktifkan kembali, mungkin juga tak lama.

Acara di AMIK tak tampak bebentuk senioritas, sehingga memudahkan bertukar pengalaman, maka diriku tidak segan mengajukan usulan, agar bulan depan karyaku dibahasa, dan aku bersyukur diterima dengan tangan terbuka. Ya semoga bisa ajek menimba keilmuan di kota Jombang, meski jarak Lamongan-Jombang lumayan membuat pegal, tapi kukira ini baik, daripada membaca-menulis dalam kamar sedirian, yang ada kalanya minim kontrol. Setidaknya, atas bacaan kawan-kawan di sana, kelak beberapa kekurangan terketahui, guna ditambal dalam perevisian.

Gejala kemandekan acara rutin kegiatan sastra biasanya tak ditopang penambahan bacaan para peserta, maka berputar itu-itu saja kajiannya dari waktu sudah-sudah. Rupa-rupa ini mungkin berasal sikap kegantengan, tapi dalam pancapain keilmuan tidak tampak peningkatan, biasanya sebagai gong penutup seolah-olah berbijak rasa menampung jalannya diskusi. Padahal kedatangan peserta tentu diniatkan menimba keilmuan saling mengisi, bukan adu gengsi, apalagi adu mulut tanpa referensi.

Sangat disayangkan jika para pelaku sastra di Lamongan tak terus sinahu, tapi masih suka disebut-sebut, apalagi bangga dimasukkan dalam antologi Jatim, tetapi tidak mencerminkan tanjakan, padahal usia terus bertambah, kematian senantiasa menyapa. Kukira ajaran ini masih patut didengungkan; “mencari ilmu sampai ke liang lahat.” Namun aku bersyukur, masih ada beberapa yang mau berdiskusi sepadan, meski di waktu-waktu kebetulan; Rodli TL, Imamuddin SA, Agus B. Harianto, dan Denny Mizhar, AS Sumbawi sepulang dari Malang, Haris Del Hakim dari Surabaya. Sehingga mengurangi kecelakaan pula kebelusuknya tilikan tengah terbangun diatas masing-masing, yang diharapkan paparan terkemuka melalui jalan lurus mencerahkan.

Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah