Sabtu, 24 Agustus 2019

AIR HIDUP BANYUWANGI

Taufiq Wr. Hidayat *

Di samping beberapa situs budaya dan sejarah Banyuwangi, tidak boleh dilupakan aset utama kebudayaan kita, yakni para penjaga, pelaku budaya beserta para pendukung dan penganut kebudayaan itu sendiri. Ini penting kalau kita hendak mengembangkan kebudayaan Banyuwangi yang tak belaka festival tanpa makna, atau sekadar "politik identitas" Using yang kerap jadi alat praktis "orang pusat".

Menarik benang sederhana dari persoalan mendasar, yakni kebudayaan dan sejarah memang butuh kearifan yang tidak ala-kadarnya. Adanya kehendak bersama, kesungguhan, dan keterbukaan pemerintah sebagai fasilitas kelestarian budaya—bukan penentu, dalam budaya yang meniscayakan perubahan terus-menerus, dinamis dan harmonis. Kebudayaan yang dialiri bagai air, berhembus bagai angin. "Kreatifitas hulu" yang dilaksanakan rakyat secara mandiri, misalnya sentra-sentra industri kecil, perlu didukung dan diperhatikan tidak belaka dipamer-pamerkan dalam festival, tetapi tanpa penguatan. Dalam dinamika dan harmonisasi nilai-nilai segenap unsur pada masyarakat, kesejahteraan diselenggarakan dengan semangat dan perilaku (formal maupun non-formal) yang menghargai nilai kemanusiaan, penegakan hukum dan keadilan.

Budaya sebagai dinamika pergerakan perubahan yang dinamis dan terus-menerus. Hanya dengan memahami budaya melalui pandangan seperti itulah, kiranya sanggup diciptakan sebentuk sikap hidup yang tak dangkal, yang mampu mengutamakan aktualisasi keadilan dan kemanusiaan. Bukan belaka kebanggaan-kebanggaan identitas dan kampung halaman yang cenderung gombal.

Memahami budaya dan sejarah sebagai bentuk belaka, pada gilirannya cuma menciptakan sikap bergagah-gagah dan memulia-agungkan diri sendiri. Sikap pragmatis yang tak pernah terbukti dapat melestarikan dan menjaga budaya beserta para pelaku dan penganutnya. Tidak heran, jika kehendak bergagah-gagah atau pencitraan penguasa Banyuwangi itu mewujud dengan maraknya festival—nyaris 10 tahun, sebagai upaya industri pariwisata yang lebih menguntungkan pemodal besar. Disertai pula sulitnya perizinan yang merugikan pemodal kecil yang tak siap. Kebutuhan mendasar rakyat yang tidak pernah berhenti berdialektika dengan akar tradisi dan sejarahnya itu, mustahil berharap pada sistem pemerintahan yang tetap "bergaya lama", tapi berpoles "gaya baru" dengan gincu.

Banyuwangi punya aset hidup, yakni para pelaku budaya yang telah menghasilkan bentuk budaya. Lagu-lagu Kendang Kempul misalnya, adalah kesenian legendaris yang terkenal ke pelosok dunia. Siapa tak tahu lagu “Genjer-genjer” ciptaan Mohammad Arif dari Temenggungan, Banyuwangi? Juga Shalawat Badar ciptaan Kiai Mas Ali Mansur, Karangrejo, Banyuwangi. Shalawat Badar yang dibawakan ke mana-mana oleh budaya santri-santri NU itu, menjadi khazanah budaya nusantara meski dituduh hasil adaptasi dari syair Arab. Begitu juga lagu legendaris ciptaan Andang Cy. berjudul “Umbul-umbul Blambangan” yang diakui dunia sebagai lagu etnis terbaik Asia. Berderet para pencipta lagu khas Banyuwangen yang hebat-hebat: Armaya, Fatrah Abal, Endro Wilis, Yons DD, dll.

Membicarakan hasil-hasil budaya Banyuwangi adalah sebentuk perjalanan pada dimensi ketinggian cita rasa seni yang adi luhung. Ini dibangun dan dihasilkan dari gerak dinamis yang tekun, sebagai jalan hidup, terus-menerus. Para pelaku dan penganut itu menyimpan kesetiaan dan idealisme berkarya. Tak semata hidup dari kesenian, bukan pelaku pragmatis. Tapi, mereka menghidupi kesenian sebagai wujud kesetiaan pada gerak budaya sebagai panggilan jiwa dalam hidup sehari-hari. Berapa nilai materi yang mereka dapatkan? Kecil! Bahkan lazim tak dapat apa-apa. Berapa penghasilan penari gandrung Temu yang tarian serta suaranya menjadi kebanggaan daerah dan membawa Banyuwangi ke pentas pergaulan seni nusantara dan dunia? Atau para penulis budaya? Merekalah aset budaya dan sumber aset budaya yang hidup dan terus bergerak, membuat Banyuwangi yang khas itu tetap ada. Tapi, kebanyakan hidupnya jauh dari layak. Kecuali beberapa saja, misalnya Armaya, sastrawan nasional yang memang berada. Armaya mempunyai keperdulian yang tinggi terhadap kebudayaan dan kesusastraan lokal, ia mengeluarkan dana pribadi dengan memimpin secara tunggal perhelatan kebudayaan dan sastra di Banyuwangi. Ia bersemangat membangun situs sejarah makam Buyut Atikah di Giri ketika Pemkab tidak tahu-menahu. Ia pun secara rutin menerbitkan jurnal budaya dan buku-buku budaya dan sastra di Banyuwangi.

Di manakah pemerintah dalam kegiatan-kegiatan yang sangat berarti bagi budaya dan sejarah Banyuwangi itu? Apakah yang telah diperbuat kekuasaan pada budaya dan pelaku seni-budaya Banyuwangi kecuali festival bersama para "tukang” yang bekerja untuk kepentingan bergagah-gagah dan praktis? Lantas apa bukti pencapaian riil dan berguna dari festival bagi seperangkat peralatan rias dan sekilo minyak goreng dalam kehidupan seorang gandrung Temu, misalnya? Bukankah dia diarak saat festival, dilihat turis, lalu selesai?

Banyuwangi, 2018-2019
*) Taufiq Wr. Hidayat dilahirkan di Dusun Sempi, Desa Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Taufiq dibesarkan di Desa Wongsorejo Banyuwangi. Menempuh pendidikan di UNEJ pada fakultas Sastra Indonesia. Karya-karyanya yang telah terbit adalah kumpulan puisi "Suluk Rindu" (YMAB, 2003), "Muncar Senjakala" [PSBB (Pusat Studi Budaya Banyuwangi), 2009], kumpulan cerita "Kisah-kisah dari Timur" (PSBB, 2010), "Catatan" (PSBB, 2013), "Sepotong Senja, Sepotong Malam, Sepotong Roti" (PSBB, 2014), "Dan Badut Pun Pasti Berlalu" (PSBB, 2017), "Serat Kiai Sutara" (PSBB, 2018). "Kitab IBlis" (PSBB, 2018), "Agama Para bajingan" (PSBB, 2019). Tinggal di Banyuwangi, Sekarang Sebagai Ketua Lesbumi PCNU Banyuwangi.
http://sastra-indonesia.com/2019/08/air-hidup-banyuwangi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah