Nurel Javissyarqi **
Judul sangat tepat nan penuh daya pikat serta mampu mewakili keseluruhan isi kepala cerita; tampak ada dunia yang dipaksakan masuk, namun tak menjadikan ilustrasi pemerkosaan. Suatu kesengajaan yang melampaui batas, tapi masih bisa dianggap tahap kenormalan. Ketika Dunia Kecil berbicara; inilah alam raya lorong panjang penuh kejutan mengasyikkan, dengan sajian dan penyajiaan yang tak membosankan. Ada jenis kamus tebak-tebakan, kadang mengena dan sekali tempo diplesetkan menjadi gurauan kecil yang pasti tak mencederai saat jatuh kecelakaan dalam setengah sengaja, pun sesuatu yang mengsle dari engsel-nya, tetapi tetap berbentuk dunia alit pemikiran, sebab perhatian sangat, menentukan keadaan, kehadiran di luar realitas kebanyakan pembaca alam kehidupan.
Sapaan ini ditulis saat menanti waktu pementasan naskah teater karya saya di kampus Universitas Negeri Jember, garapan Teater Tiang dengan sutradara Tomtom, yang bertitel "Zaitun, Cahaya di atas Cahaya" dari buku "Balada-balada Takdir Terlalu Dini" [Cet 1 Mei 2001, PUstaka puJAngga (PuJa) dan FKKH Yogya, Cet ke 2 Jan 2006, PuJa dan Lintang Sastra Yogya]; ada semisal kebertemuan waktu di mana membaca manuskrip novel ini. Dunia Kecil serupa waktu pendendam, atau suara-suara lantang dibicarakan sebab dari ke-tirakat-an mendiamkan diri dalam dunia terpencil, sebuah wilayah tidak terjangkau, daerah terlarang, ruang rahasia, namun kini mulai menampakkan diri sebagai hal pembuka saat suara-suara keinginan tak terbendung; kebertemuan itu batas tak bersisa antara dunia luar dengan dunia terowongan ganjil.
Ini novel sepenggal cermin utuh di panggung kehidupan; ada saatnya manusia dalam tahap kesadaran ingin diperhatikan sebagai pemain dan di mana ia menanti jalannya cerita memanggil dirinya tampil kembali dengan ritme-ritme kesadaran penataan batin, pengolahan waktu, di samping butuh ornamen pembantu agar dunia panggung benar-benar telah melewati beberapa latihan seperti kesabaran, usaha keras, ketajaman menganalisa sebelum menjadi wacana publik. Penantian sangat penting dengan mengolah batin, menajamkan rasa, dan gerak-gerak lincah itu berasal dari beberapa latihan trampil, mempertimbangkan dan membuka segala jalur kemungkinan agar jenis-jenis kelemahan bisa diatasi lewat beberapa akrobat jitu nan memukau; saudaraku A. Syauqi Sumbawi menjaga intensitas kemungkinan amat mengagumkan tersebut, bagaimana ia membolak-balik perkara dari yang lemah menjadi lincah, yang berat ditekuk begitu mudah, dan diciptakannya ruang meditatif pembeda dari keseharian yang lumrah, privasi cantik 'kan dipanggil-panggil dari segenap penjuru untuk berbagi.
Saat pembacaan sampai seperempat manuskrip novel ini, saya merasakan kekaguman luar biasa. Daya tutur penceritaannya seperti Hermann Hesse yang kalem, tidak securiga Jostein Gaarder, namun masih kuat membangun rasa penasaran. Ada kemiripan Alan Lightman membuat filosofis pada hitungan-hitungan masa. Setidaknya kekaguman ini melebihi kedekatan selama ini; sebagai teman keseharian, kayaknya di luar nalar kami saat berdialog di warung kopi. Itulah dunia imajinya yang melampaui batas percakapan yang pernah beredar di angkringan.
Membaca Dunia Kecil, kayak melihatmu yang lain sahabat, di luar fisikal. Ini dunia kepala kita; manusia. Jangan-jangan pembaca tulisan saya pun berkata sama; realitas yang tersampaikan lewat kata-kata, dunia kecil, pikiran, dan khayalan di setiap kepala insan. Ada langkah-langkah penuh kesadaran sebagai makhluk pilihan; hidup berpilihan sendiri. Membaca omong kosong bukan membuang waktu percuma, menyebut ini kemampuan berani tanpa harus suntuk dengan aturan hukum yang membuat mandul. Dan kota kami mempunyai semuanya jika membaca tak sekedarnya.
Dunia Kecil memang seolah tak memiliki harapan, namun terlampiaskan di sana; pembaca akan mendapatkan harapan-harapan itu melewati terowongan pikiran masing-masing. Inilah harapan satu-satunya yang paling jitu sebagai keagungan sebuah karya yang memberi banyak inspirasi para pembacanya. Karya ini telah melewati tahap itu; ketinggian penciptaan yang tersekat rasa kurang percaya diri atau ini kevulgaran rasa malu, menjadi keluguan cantik, seperti kata pelukis Van Gogh; "dengan keluguannya wanita juga bisa indah." Dan dengan keluguannya, novel ini menjadi indah.
A. Syauqi Sumbawi telah menemukan teknik tersendiri bagaimana pembaca digiring terus penasaran dengan tidak perlu banyak pertanyaan filosofis berlebih. Kita seperti diajak berjalan di jalur serba penuh kejutan; kemungkinan yang jelas-jelas membangun kesadaran masa depan, kegelisahan kita diaduk-aduk, merayu cepat hendak memperkosa cerita namun menjadi terangkut oleh sang sutradara; penulis takdir kebersamaan nalar-perasaan yang terus kembara. Inilah dunia kalian; manusia-manusia yang siap ribuan tantangan, tidak sebagai penunggu keindahan semata, tersebab batu-batu kerikil dilalui, kabut tebal terus diterjang akan semakin menawan, lebih cantik dari sekuntum bunga terdiam di taman impian.
Dunia kecil bukanlah mimpi, tetapi suatu bangunan kesadaran utuh dari gugusan kegelisahan besar bernama kerahasiaan, dan saudara akan tampak serupa anak kecil yang tercekik rasa haus penasaran, kian memuncak mupus. Hanya sekat-sekat penceritaanlah yang menghentikan untuk termenung kembali, dan melanjutkan kembara bacaan dengan gairah terbaru.
A. Syauqi Sumbawi mampu membangun nafas-nafas pembacanya dengan terapi kejiwaan yang mengagumkan. Saya sebut ini rasa malu; keluguan indah di waktu-waktu kini telah mulai sirna dan nampak pudar oleh kemolekan tampakan cerita-cerita picisan. Kejujuran pencerita Dunia Kecil telah mampu mengangkat hal remeh, terkalahkan, tak diperhatikan karena dianggap ketololan, menjelma kejeniusan; ini tak terdapat pada karya-karya orang lama yang kadang tampak merendahkan diri yang sejatinya mengangkat nalarnya. Sedangkan novel ini sanggup membangun kekasaran itu menjadi dialogis terapi yang manusiawi sebagai jarak serta jembatan antara keseriusan dan goda. Sehingga pembaca menemukan bangunan kekaguman yang tak terkira.
Saya angkat ini bukan berdasar persahabatan semata, tapi murni membaca karya tersebut di luar apa yang saya perkirakan dari sebuah pertemanan, dan sebagai musuh kreatif jika kalian tidak percaya keobjektifan saya. Buat apa mengangkat sesuatu yang rendah, sementara waktu terus bergulir menemukan muara kebenaran, kehakikian kerja yang indah; manakala saudara sekadar membaca tulisan ini akan tidak menemukan apa yang terkemukakan, olehnya bacalah dan kalian akan segera jujur menerima keadaan sebenarnya, keniscayaan sebuah tutur gaib yang menghipnosis sukma, menjelajah dalam dunia kecil saudara bersama pengarang.
Ini bukan kesimpulan atau komentar, tapi salam hormat; sejatinya akan tidak mewakili jika disebut seperti itu, dan tidaklah pantas melakukannya terhadap sesuatu yang sudah mampu menerjemahkan dirinya. Saya sekedar omong-omong saja. Omong kosong barangkali, dari dunia yang benar-benar kosong tanpa nilai. Tidakkah saudara telah lama sadar; dunia sekarang banyak kekosongan jiwa ketika tanda-tanda hanya sekedar tubuh-tubuh bergerak tanpa maksud, seperti tindakan anarkis yang tak tahu maksud tujuan? Apa tujuan saudara? Mengakhiri cerita sebelum habis? Atau berperang dengan prasangka diri sendiri berlarut-larut? Novel ini memberi jawaban secara keseluruhan, ketersesatan memberi penyadaran, penyimpangan yang nanti dapat mengetahui letak kesejatian. Maka, novel ini perlu dibaca bagi yang tengah di seberang jalan, yang ragu melangkahkan kaki ketika hendak bertekad, dan yang mengendap-endap sebab cahaya keyakinan di dadanya masih kurang terang; bacalah sebelum nalar-nalar saudara dibajak pikiran-pikiran yang tak bertanggungjawab.
Novel ini tak mewajibkan pembaca mengakui, menerima dengan saklek atau ia tidak sepenuhnya bertanggungjawab, karena pertanggungjawaban hanya ada pada diri masing-masing, jarak dunia kecil saudara dengan dunia realitas pandangan mata. Pembaca karya sastra dewasa tentu menyadari kekerdilan diri ketika dihadapkan ke sebuah novel kecil ini; inilah mata batin saudara, wujud rangkuman dari khayal, kamus yang siap dibuka kapan saja ketika membutuhkan dunia kecil. Pembaca bebas menjadi aktor yang mana, terpenting meyakininya, sebab dengan kepercayaan kita sanggup memasuki dengan leluasa.
Namun bukan berarti sewaktu saudara saking percaya dirinya akan kasus kerahasiaan, saudara lantas tidak perlu membaca ini, sebab bagaimana pun dunia kecil tetaplah berbeda satu sama lain. Dari perbedaan itu akan memperluas soal menjadi jawaban atas jarak keengganan yang mulai jelas, atau ketika merasa sok akrab, maka matilah penalaran. Sebab itu sebaiknya menempatkan diri sebagai seorang murid di hadapan karya-karya batin sebelum menggerakkan kesadaran luar yang penuh kecerdasan teknik serta akrobatik atas hasil saudara nyerocos dalam buku-buku. Itu sangat kurang jikalau saudara mabuk, tak bisa jelas memandang mana sesuatu yang perlu ditinggal dan sepantasnya dikerjakan.
Kemampuan menghipnosis merupakan daya yang harus diandalkan dan dimilik para pencerita. Saya menemukan energi novel ini sangat kuat, meski ada beberapa titik sekedarnya. Namun perlu disadari, kadang kita melihat perjalanan hidup terlintas biasa diterima sebagaimana dianggap kewajaran. Nilai yang mengalir perlahan menatap wajah manusiawi yang tidak harus perlu dimaknai secara gamblang. Tidakkah kelupaan juga memberikan banyak fungsi, selain tak banyak bicara?! Kadang kita perlu waktu refreshing, tidak seluruh bermuatan makna dalam penceritaan (atau jalan cerita hayat tidak harus melulu bermakna manfaat produktif), kalau tidak ingin pembaca sempoyongan, kalau berharap pembaca bisa berleha-leha.
Saudara tentu tahu kapan beristirah dan kapan waktunya meneruskan perjalanan. Ini berhubungan erat dengan kesehatan akan segala termiliki; ingatan, daya penasaran, pun demam yang perlu diperhitungkan berhenti atau melangkah terus mengusir kebosanan atau sebaliknya demi meningkatkan daya kemampuan. (Aktor) Yangrana memiliki kemampuan menata kediriannya, di mana mencret dan saat harus mengumpulkan energi sebelum hendak menaiki panggung pemikiran yang menawan. Suatu peran penuh daya pikat, pembaca diajak bergelantungan oleh beberapa cerita terikat di batang kayu kemungkinan sebelum temukan akar-akar kemampuan melihat cahaya matahari kepastian.
Inilah ungkapan tak berhenti bergumam dalam mulut batinku, sahabat; kau pantas diandalkan, tanpa meminta sebuah keyakinan dari siapapun. Sebab yang kau sampaikan itu merupakan serpihan-serpihan yang ternikmati dan kami menggelinding dari keberadaan masing-masing sebagai sosok kesadaran. Pembaca mungkin berat membaca sketsa abtraksi dari novel saudara, namun setidaknya mampu merangkak dari dinding tebing kekisah dan sekali tempo menginjakkan penalaran penuh mantap, menjadikan kami meyakini diri sendiri; inilah Dunia Kecil yang diandalkan. Dan kami pasti menyambangi ulang dengan penuh penasaran dan penasaran, lantas menyadari bahwa rasa penasaran itu dunia kecil yang sejati, sebagaimana filsuf yang terus diteror ribuan pertanyaan diri terdalam.
Setelahnya, saya serahkan kepada pembaca; ingin menjadi penjelajah imaji, filsuf, peneliti sejati, atau seorang perayu handal, bahkan seorang yang tidak mau menemui seseorang sama sekali; segelas air siap berubah warna kebusukan atau tetap murni di dalam kulkas. Semua memiliki resiko masing-masing. Saudara tentu tahu, resiko itu seperti bayangan; ketika kita memilih huruf A, maka resiko pilihan itu serupa bayangan huruf A ketika disorot cahaya. Begitu pun dengan pilihan huruf-huruf lain serta bayangannya.
Univ. Negeri Jember, 13 Juli 2007
*) Epilog Novel Dunia Kecil ; Panggung & Omong Kosong, Karya A. Syauqi Sumbawi, Penerbit PUstaka puJAngga, Cetakan pertama : 11 September 2007.
**) Nurel Javissyarqi (penulis buku Trilogi Kesadaran)
http://sastra-indonesia.com/2019/09/dengan-keluguannya-novel-ini-menjadi-indah/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar