Selasa, 28 Januari 2020

SETIA

Taufiq Wr. Hidayat *

Dalam film “Knock, Knock” (2015), seolah digambarkan kecemasan manusia mutakhir dalam kehidupannya yang privat. Orang baik---katanya, akan selalu digoda untuk menyimpang. Tatkala ia tak kokoh pada kewajaran, ia akan melakukan penyimpangan yang tak terbayangkan. Penyimpangan yang akan membuatnya hancur, kemudian meratap dan menyesali ketololan dirinya sendiri. Bukan yang di luar dirinya yang berbahaya. Sejatinya yang berbahaya adalah dirinya sendiri, khayalan terpendam yang didorong kehendak-kehendak. Kehendak-kehendak yang selama ini selalu dipenjarakan guna menjadi seorang “good man” itu.

Alkisah tersebutlah seorang ayah yang baik. Malam itu ia sendiri di rumahnya. Istri dan kedua anaknya pergi berlibur. Hujan turun deras. Terdengar suara daun pintu diketuk: “tok, tok...” Ia pun membukakan pintu. Dua orang perempuan asing, bertubuh segar dan kenyal kehujanan, meminta tolong berteduh guna menghangatkan diri. Sang ayah yang baik itu pun mengizinkan kedua perempuan muda tersebut masuk. Si ayah baik menelepon taksi. Tapi kedua perempuan itu menggoda. Keduanya mengaku sebagai pramugari, menawarkan “layanan singkat” yang istimewa, sesuatu yang menggetarkan pusar, yakni seks. Seks bertiga. Threesome yang tak terbayangkan. Mulanya si ayah baik yang bernama Evan (Keanu Reeves) menolak. Tapi ketika ia terjebak dalam kamar mandi bersama kedua perempuan segar-bugar yang sedang bertelanjang bulat dengan kedua payudara agung menggelantung tenang. Ia pun goyah. Keduanya menggoda, mengajak bersenggama. Toh itu hanyalah seks singkat yang segera dapat dilupakan begitu saja. Seks dengan orang asing, khayalan orang-orang mapan di belantara kepastian-kepastian hidup. Siapa tidak goyah pada kedua perempuan yang diperankan sosok model dewasa itu, yaitu si liar dan berwajah nakal Lorenza Izzo dan Ana de Armas. Film yang disutradarai Eli Roth ini hendak membuat kentara realitas keluarga yang dibenturkan pada keinginan liar yang fantastis, yang tak gampang terhindarkan dari kehidupan manusia, yakni penyimpangan yang biadab dan durjana di tengah rutinitas hidup yang membosankan lantaran gagal dihikmati dalam kesadaran akan kesewajaran. Apa yang harus dijaga, dirusaknya. Pengkhianatan seringkali tampak manis dan memesona. Orang bukan binatang. Bagaimana pun. Ia justru lebih berlagak sebagai binatang daripada menjadi seekor kambing.

Dalam film ini, tatkala “threesome” yang panas dan mendebarkan itu berlalu, pagi pun datang. Tokoh Evan terbangun. Terpuaskan. Ia mengira, persoalan selesai. Tapi ia tak menduga, dirinya telah dijebak dalam situasi ganjil yang diciptakan kedua perempuan asing yang seksi tersebut. Keduanya menguasai rumah, menjajah ruang-ruang privat Evan dan keluarganya. Kenikmatan singkat semalam harus dibayar mahal. Kedua perempuan nakal itu memorakporandakan seisi rumah, menjadi kejam dan bermain-main sepuasnya. Keduanya tak lagi sopan dan menggoda, tapi berubah kejam namun gembira. Mereka tak lagi menghormati batas-batas pribadi yang disakralkan pemiliknya dalam rumah. Tatkala pengkhianatan dilakukan, segera segala batas yang ditetapkan seseorang menjadi tak punya arti. Apa lagi yang patut dihargai dari seorang pengkhianat? Tapi apa yang durjana, pengkhianatan atau kelalaian? Bukankah setiap orang perlu mawas diri dalam suatu keadaan yang baginya selalu baik-baik saja?
***

Arnold Toynbee menengarai sejarah dengan dalilnya yang mashur; "Challenge and Response". Peradaban-peradaban besar dunia melewati siklus kelahiran, pertumbuhan, lalu runtuh dan musnah. Bagi Toynbee, peradaban lahir dari proses upaya-upaya totalitas manusia guna melakukan pembelaan dari belenggu-belenggu kesulitan dalam hidup. Peradaban tak pernah tercipta dari kondisi hidup yang mudah, tanpa tantangan dan kesulitan-kesulitan. Di situ kehidupan dilangsungkan. Dari upaya melewati jalan hidup yang tak gampang, manusia membangun peradaban; terus menerus membebaskan diri.

Realitas sejarah itu sejatinya gerak dasar yang asasi dari diri manusia dalam menempuh pembebasan terhadap belenggu kehendak dan keinginan-keinginan yang tanpa batas dalam dirinya sendiri. Jalan terjal sejarah tak mungkin dilewati tanpa daya hidup yang membebaskan, tanpa harapan manusiawi pada kesejahteraan. Pada kekokohan dan penghormatan terhadap kemanusiaan. Segalanya memerlukan sesuatu yang vital itu, yang hari ini banyak dilupakan atau dilalaikan orang; kesetiaan. Kesetiaan ini---yang dalam terminologi agama, disebut iman. Ia mengajarkan, manusia hakikatnya satu. Jika sang aku dapat terluka, orang lain pun dapat mengalaminya, dan rasa sakitnya tidaklah berbeda. “Mencintaimu harus menjelma aku,” kata Sapardi dalam “Sajak Kecil Tentang Cinta”.
***

Ada yang menawarkan sebatang rokok dalam sunyi. Seperti mengerti perihal penantian yang kehilangan jarum-jarum arloji. Rupanya ia pun tahu, rokok, gula, dan kopi sudah habis. Lambung kosong. Dan di dalam gerimis, masih ada yang menangis. Tepian-tepian terkikis, bagai membayangkan anak-anak yang manis, berlarian melintasi jendela ketika senja. Banjir di selokan menceritakan seekor ikan yang tersangkut pada mata kail. Tatkala kedinginan. Rindu memanggil dalam gigil.

Ada yang terus berjalan di dalam hujan. Sendirian. Seperti melangkah untuk menemui kenangan dan menjelang harapan. Lebih baik pulang, bisik seseorang. Tiba di rumah, menghangatkan badan dengan secangkir kopi, menikmati hujan dari balik kesendirian. Hujan yang pelan-pelan masuk melalui jendela ke dalam kedua matamu yang sunyi, mengalir ke relung paling jauh yang dihuni kenangan-kenangan samar. Mendengarkan detak jam dinding. Doa-doa dalam diam. Dan malam yang sebentar kemudian akan dilarutkan.

Tapi hujan datang, katanya. Kemuskilan ingatan dan orang-orang yang ditelan pertanyaan. Tanpa kesetiaan itu kiranya, orang hanya digerakkan sesuatu yang tak pernah ia ketahui. Tak pernah ia mengerti. Tiba-tiba ia telah berada dalam kehancuran yang menyakitkan.

Sitinggil, 2020

*) Taufiq Wr. Hidayat dilahirkan di Dusun Sempi, Desa Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Taufiq dibesarkan di Desa Wongsorejo Banyuwangi. Menempuh pendidikan di UNEJ pada fakultas Sastra Indonesia. Karya-karyanya yang telah terbit adalah kumpulan puisi “Suluk Rindu” (YMAB, 2003), “Muncar Senjakala” [PSBB (Pusat Studi Budaya Banyuwangi), 2009], kumpulan cerita “Kisah-kisah dari Timur” (PSBB, 2010), “Catatan” (PSBB, 2013), “Sepotong Senja, Sepotong Malam, Sepotong Roti” (PSBB, 2014), “Dan Badut Pun Pasti Berlalu” (PSBB, 2017), “Serat Kiai Sutara” (PSBB, 2018). “Kitab IBlis” (PSBB, 2018), “Agama Para bajingan” (PSBB, 2019), dan Buku terbarunya “Kitab Kelamin” (PSBB, 2019). Tinggal di Banyuwangi, Sekarang Sebagai Ketua Lesbumi PCNU Banyuwangi.
http://sastra-indonesia.com/2020/01/setia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah