KAMPUNG KUNING
Saat menulis buku itu dia kehabisan bahan. Maka dengusnya: “Aku minta bahan
anak-anak, kenduri, pedagang tikar, perantau dan para jawara yang menumpang
kereta kelinci!” Tapi, kau mau meminta pada siapa?
Barangkali pada dermaga, atau pada para tekong yang selalu menawarkan
kreditnya. Juga pada pelancong yang menyukai ibu tua, gua onik, bumbung aren,
kenong batu dan tambak berlapis?
Setelah itu, saat dia kembali pada buku yang ditulisnya, dia membaca
kalimat begini: “Semula kampung ini berwarna gading. Tapi, setelah pohon
keramat itu dicabut, maka berwarna air,”
Dan di bawah telapak kampung, dengarlah debar kelabu yang pernah meredakan
badai. Dan mendaratkan segenap bentuk pilihan. Di dalam ingatan para pencerita
ketika menyebut: “Ya, Nabi, ya Nabi!”
Sayangnya, Nabi tak pernah diturunkan di sini. Dan dia pun cuma bisa
menghela napas. Barangkali memang buku itu tak bisa diselesaikan. Barangkali
juga kisah kampung akan mengabur. Tintanya merembes ke pantai. Terserap di
pasir.
Dan di pasir, apa yang tak bisa dimakna? Jazad renik dan tak renik saling
bergaya. Dan setiap kutuk dan runtuk yang menempel akan terus menempel. Sebagai
tanda-masuk yang biasa dicentelkan di gerbang kampung.
Akhirnya, di rumah tingkat dua itu, dia kembali menulis bukunya. Pintanya
tak lagi didengus. Dan dia merasa sendiri. Dan merasa tiba-tiba ada geliat
jentera. Yang membuatnya melihat sebuah selesaian:
“Begini saja. Pada maghrib nanti bukalah setiap pintu suraumu. Dan lihatlah
ke arah tenggara. Aku akan melepas sedekah. Dan kau bisa menerka: siapa yang
akan meraihnya? Penyaksi ataukah penggoyang!”
(Gresik, 2007)
KELOTOK
Dengan sepeda. Dengan keranjang di depan sepeda yang penuh
bekal: “Aku memanggilmu,” Rambutmu yang panjang jatuh di pusar
ranjang. Dan matamu yang tajam. Setajam ujung jukung. Yang
semalam aku gotong. Telah aku tempelkan di surat bersama
lumut dan ganggang. Surat yang saat ini aku lipat di kantong.
Surat segi empat. Surat dengan warna ungu.
“Aku membencimu Orang Gunung!” sergahmu. Dan tanganmu
meremasi selimut. Ranjang sedikit berderit. Dan aku tahu, kau
cemburu padaku. Juga pada gadis yang telah mengirimi aku
gandul. Gadis yang telah membuat si rabun jadi pecinta lagi.
Dan si pemabuk tertawa sambil berbisik: “Cinta adalah
lekuk-ceruk-teluk kekasih. Kekasih yang diburu!”
Lalu, lewat kibasan tanganmu, aku teringat pada sebuah gapura.
Gapura merah yang pernah aku gambar. Dengan dua singa batu
yang selalu mengunyah bulatan. Singa batu yang pernah mengaum.
Saat seluruh yang meluncur di laut ditumpas. Padahal, cuaca
bersih. Angin tenang. Dan di pantai, orang-orang asik bermain
gundu. Tanpa darah. Tanpa muslihat dan hasutan.
“Maka menjauhlah kau dariku Orang Gunung!” sergahmu lagi.
Seketika surat yang aku lipat di kantong terbakar. Membakar
tubuhku. Juga sepeda, keranjang dan bekalnya. Dan jika begini,
apa aku masih bisa memanggilmu? Kau melengos. Waktu itu
aku merasa, ada ketidak-beresan yang lain. Yang akan menjadi
hikayat. Yang membungkus setiap yang kau pijak.
“Tapi, mana mungkin aku menjauh darimu?” selaku. Dan kau
kembali melengos. Dan lewat setiap kayuhan sepedaku, semua yang
terlewati jadi terbakar. Menjalar. Dan yang jika dilihat dari ketinggian,
akan tampak seperti garis yang menyala. Garis yang jika disambung
akan seperti sekepal jantung. Yang ditusuk trisula yang melengkung.
Dengan percik-percik yang bertaburan. Bertaburan di gunung-gunung!
(Gresik, 2007)
DURUNG
“Apa kau kelak akan merindukan aku?” begitu bisik si jagal
pada sapi yang akan dijagalnya. Bisik sendirian. Bisik yang
ditangkap oleh tampar, lampu dan keliningan yang mengkilat.
Keliningan yang tergeletak dengan bau liur sapi yang sengak
dan menusuk. Keliningan dengan ukiran tak rumit.
“Apa kau kelak akan merindukan aku?” begitu kembali bisik
si jagal. Dan si jagal terpejam. Dia merasa hantu dari sapi
yang akan dijagalnya itu akan terus membuntutinya. Sambil
memain-mainkan ekornya. Dan melenguh mengisi arah terbangnya.
Ketika maut menutup umurnya. Senja tinggal seleher.
Arah terbangnya yang dijaga beribu punuk. Arah terbangnya
yang tak mengenal tanda silang. Apalagi tanda buntu yang
membuat siapa saja mesti berputaran. Lalu mengendap-ngendap
di antara tembok, pintu, jendela dan lancip-lancip tanduk
yang terhunus liat. Lancip tanduk yang kelabu.
“Apa, apa, apa kau kelak?” Ahai, untuk kali ini si jagal tak
meneruskan. Dan lewat parit yang penuh darah. Keranjang yang
penuh jerohan. Dan bak yang penuh kulit, urat dan kikil, si jagal
pun merasa goloknya bergerak. Melompat dari sarungnya.
Lalu bersiaga tepat di atas tengkuknya.
Saat itu, si jagal pun terkenang, pada pulau yang menyisih.
Langit yang mengkerut. Dan saat itu juga, siapa yang akan
mengayunkan golok itu ke tengkuknya? Dan siapa pula yang
akan menggantung dan menguliti tubuhnya dengan sempurna?
Si jagal pun merasa, sebagian dagingnya telah ditimbang!
(Gresik, 2007)
*) Dari kumpulan puisi Mardi Luhung bertitel “BUWUN” diterbitkan PUstaka
puJAngga, 2010.
MARDI LUHUNG: Lahir di Gresik, 5 Maret 1965. Dia lulusan Fakultas Sastra
Jurusan Sastra Indonesia Universitas Jember. Puisinya tersebar di berbagai
media, seperti: Kalam, Surabaya Post, Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo,
HAI, Kuntum, Tebuireng, Memorandum, Kolong, Teras, Buletin DKS, Kidung DKJT,
Karya Darma dan Jurnal Selarong. Sedangkan buku yang memuat puisinya adalah:
Antologi Puisi Indonesia (KSI, 1997), Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia
(Grasindo, 2003), Horison Sastra Indonesia: Kitab Puisi (Horison, 2002),
Bapakku Telah Pergi (BMS, 1995), TUK volume II Bertandang dalam Proses (TUK,
1999), Mimbar Penyair Abad 21 (DKJ, 1996), Birahi Hujan (DKJ-AKAR-Logung, 2004)
dan Living Together (Kalam, 2005). Buku puisi tunggalnya: Terbelah Sudah
Jantungku (1996) dan Wanita yang Kencing di Semak (2002). Pernah memenangkan
lomba penulisan esai tingkat nasional pada Sayembara Mengarang tentang
Apresiasi Sastra untuk Guru SLTA yang diadakan oleh Kepala Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999). Mengikuti
Program Penulisan Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara) dalam Bidang Puisi
(2002), Cakrawala Sastra Indonesia (2004), International Literary Biennale
(2005) serta diundang dalam Festival Kesenian Yogyakarta XVIII/2006. http://sastra-indonesia.com/2010/07/sajak-sajak-mardi-luhung-10/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar