Senin, 22 Februari 2021

Pascarealitas, Market Plan Sastra Indonesia

Kedung Darma Romansha *
Jawa Pos, 21 Feb 2021
 
Sastra Indonesia pascareformasi bisa dikatakan sebagai penanda lahirnya generasi baru sastra Indonesia. Lengsernya Orde Baru sangat memengaruhi pelbagai aspek kehidupan, baik politik, sosial, ekonomi, budaya, maupun pandangan hidup, sehingga membentuk kondisi yang sekarang disebut sebagai era demokrasi.
 
Karya sastra, sebagai produk kebudayaan, tak dapat dilepaskan dari efek tersebut. Eagleton secara tegas menyatakan bahwa karya sastra adalah bentuk-bentuk persepsi, cara khusus dalam memandang dunia, dan juga memiliki relasi dengan cara memandang realitas yang menjadi mentalitas atau ideologi sosial suatu zaman.
 
Ketika rezim Orde Baru, kontrol kebudayaan, baik film, seni rupa, teater, maupun sastra sendiri, berada di tangan pemerintah. Lalu, pascareformasi remot tersebut beralih pada komunitas-komunitas, agen-agen sosial, organisasi, atau kelompok-kelompok masyarakat, yang kemudian dalam sastra kita mengenal Angkatan 2000, Sastra Wangi, hingga Sastra Siber, dan ditambah semakin menjamurnya komunitas-komunitas sastra, organisasi sastra, yang bergerak menyambut –yang kini kita sebut sebagai generasi milenial.
 
Faktor utama yang memungkinkan sastra Indonesia mengalami perubahan secara masif seperti itu adalah disebabkan (1) perubahan yang sangat mendasar dalam sistem pemerintahan dan (2) era baru munculnya generasi tekno-virtual. Kehidupan pers yang terkesan serbabebas-serbaboleh juga ikut mendorong terjadinya perkembangan itu. Termasuk menjamurnya koran-koran online, media sosial, sebagai penanda zaman baru telah dimulai. Maka, kehidupan sastra Indonesia seperti berada di atas panggung terbuka.
 
Di media sosial, setiap orang, komunitas, dan organisasi adalah agen. Meski begitu, semua diatur oleh kuasa wacana, bahkan mulai cara pandang sosial, realitas objektif, budaya, ideologi, perlahan-lahan diarahkan ke cara pandang yang ekonomistik. Inilah apa yang disebut theatrum politicum (teater politik) oleh Bourdieu, di mana wacana diatur sedemikian rupa oleh para pengatur laku (script writer). Maka, apabila kita pahami, terjadinya dinamika di mana terdapat hubungan antara mereka yang mewakili (aktor-aktor), mereka yang diwakili (karakter-karakter), dan para agen (mereka yang menghendaki serta menemukan pola-pola tertentu dalam kaitan antara aktor dan karakter yang ada). Dan kepuasan itu akan dapat dicapai apabila para aktor dengan berbagai karakternya dapat memenuhi kehendak para agen yang memintanya untuk melakukan fungsi-fungsi tertentu. Maka, muncullah persaingan, baik itu internal (antarsastrawan dan antarkomunitas sastra) maupun eksternal (antarkelompok kepentingan). Maka, di tengah panggung terbuka seperti ini, kerja sastrawan tak ubahnya mesin produksi dan arena sosial kita menjadi pertukaran simbol, status sosial, gagasan, ideologi, dan bahkan estetika berbahasa.
 
Dunia Baru Sastra Indonesia
 
Memasuki era digital, sastra Indonesia sebagai produk budaya mengalami pergeseran di pelbagai lini, terutama dalam wacana produk dan dunia kapital. Munculnya media sosial, toko buku online, dan menjamurnya penerbit indie adalah tanda bahwa dunia telah berevolusi dalam bentuknya yang mini dan praktis. Setiap orang bisa membuat penerbitan dengan perizinan yang mudah. Setiap orang bisa mencetak buku secara terbatas (indie). Setiap komunitas bisa menjadi agen dengan hadirnya media digital yang serbamudah-serbabebas. Toko buku online, misalnya, adalah arah baru market dalam dunia buku. Ia hadir dalam dunia yang mengecil dengan jangkauan yang lebih besar.
 
Lantas, bagaimana sastra Indonesia dapat menjangkau pasar dunia? Barangkali ini pertanyaan klise dan agak membosankan, yang pada praktiknya masih maju mundur nggak asyik banget. Mengapa demikian? Saya kira persoalannya juga masih sama, yaitu mengenai penerjemahan (Indonesia ke bahasa asing) dan jaringan. Meskipun kita tahu Komite Buku Nasional sudah melakukan kerja sama dengan para penerbit (baik mayor maupun indie) dalam event sastra internasional, antara lain London Book Fair dan Frankfurt Book Fair. Namun, lagi-lagi persoalannya adalah penerjemahan dan jaringan yang mungkin masih dalam monopoli kekuasaan dan/atau dalam praktik fungsi-fungsi tertentu dalam arena kekuasaan. Kita membutuhkan banyak agen untuk mempromosikan sastra Indonesia ke mancanegara. Misalnya Benedict Anderson yang mempromosikan karya Pramoedya Ananta Toer dan Eka Kurniawan, yang dalam konteks ini menjadi sangat penting.
 
Beberapa tahun ke depan (pascapandemi) saya mempunyai keyakinan dunia buku global akan beralih ke e-book, meskipun saya tahu hal ini sudah berlangsung lama dan saya tidak mengatakan dunia buku cetak akan hilang sama sekali. Namun, dalam konteks ini dalam arti lebih luas, yaitu pasar buku digital antarbangsa. Setiap orang dari berbagai negara bisa langsung membeli e-book sastra terjemahan. Artinya, kerja penerjemahan karya sastra menjadi sangat penting di sini. Sementara sampai saat ini, kita masih mengalami kesulitan untuk mencari penerjemah yang benar-benar concern di bidangnya. Jika saja ke depan lahir lembaga-lembaga khusus yang concern terhadap penerjemahan (bahasa Indonesia ke bahasa asing), niscaya kendala ini dapat diatasi secara bertahap. Selain itu, lembaga-lembaga tersebut bisa mengakomodasi sekaligus menjembatani penerbit Indonesia untuk bekerja sama dengan penerbit manca. Dengan begitu, pasar sastra (Indonesia) akan berubah?
***
 

*) Kedung Darma Romansha, sastrawan dan aktor, tinggal di Jogjakarta. http://sastra-indonesia.com/2021/02/pascarealitas-market-plan-sastra-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah