Minggu, 27 Juni 2021

(Me) Revolusi Pendidikan Lewat Perlawanan

Judul Buku : Guru: Mendidik Itu Melawan!
Penulis : Eko Prasetyo
Penerbit : Resist Book
Cetakan : Pertama, Mei 2006
Tebal : xii + 206 hal
Peresensi : A. Qorib Hidayatullah *
 
Sepertinya tak dapat dipungkiri, kemajuan pesat sebuah bangsa atau negara disebabkan kemapanan bingkai sistem pendidikannya. Kedewasan berpolitik, majunya perekonomian, hidup berkesadaran sosial, dan budaya masyarakat – sangat sulit dilepaskan dari peran agung pendidikan. Satu contoh, mencuatnya kasus korupsi yang menyebabkan bangsa ini tertorehkan tinta hitam dunia sebagai koruptor rangking wahid. Serasanya, tak dapat dipisahkan dengan keberadaan pendidikan bangsa ini yang menggambarkan kegagalannya.
 
Kegagalan-kegagalan dalam bidang pendidikan, oleh Eko Prasetyo penulis buku ini, Guru: Mendidik Itu Melawan, cukup lihai dipotretnya. Meliputi, kebijakan kurikulum, pengelolaan guru, dan managemen pendidikan tidak luput dari amatannya . Dengan gaya eksplorasi ulasan yang mendalam dan ketajaman isi, buku ini memberikan angin segera dan mengundang para aktivis pendidikan guna mendiskusikannya. Dan sebaliknya, menjadi tamparan telak bagi birokrasi elit pendidikan yang hanya enak-enak duduk santai dietalase gedung-gedung Diknas.
 
Tentang kebijakan-kebijakan pemerintah dalam dunia pendidikan, Eko Prasetyo merangkum penjelasan-penjelasannya dalam gambar tabel. Misalnya, kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kurikulum. Penulis kemudian mencari problemnya: “pergantian (kurikulum) yang berulang-ulang tanpa pernah dievaluasi”. Terakhir, dicarilah solusi dari kebijakan kurikulum dengan problemnya yang akan mengahasilkan dampak: “peserta didik terbebani baik karena perubahan yang terlalu cepat maupun konsekuensi biaya yang ditanggung” (hal 43).
 
Terbantu dari tabel itulah, akan mempermudah pembacaan kita dengan ghirah kultur kritis terhadap proses dan berlangsungnya pendidikan di Indonesia. Kalau dilihat dari sumbangsih pemikiran, yang ia tuangkan lewat buku-bukunya sangatlah besar sekali. Ia sangat getol memotret keberlangsungan dan keberadaan pendidikan Indonesia. Ia sepertinya tak takut, apalagi sungkan-sungkan berhadap-hadapan dengan birokrasi pemerintah, utamanya birokrat pendidikan. Itu terlihat dari karya-karyanya yang mengurai dan mengkritisi habis pendidikan di Indonesia. Seperti dalam karya lainnya, yang juga berbicara tentang dunia pendidikan, Orang Miskin Dilarang Sekolah, dan Pengumuman: Tidak Ada Sekolah Murah dll.
 
Bahkan, mengenai anggaran pendidikan pun tidak lepas dari bidikannya. Misalkan, angaran pendidikan yang semestinya harus sesuai dengan undang-undang sebesar 20%, tapi praktik dilapangan-anggaran pendidikan yang disetujui pemerintah pada tahun 2006 hanya 8,4%. Presentase sebesar ini yang membuat sektor pendidikan hanya mendapat jatah sekitar Rp 36 triliun dari total anggaran yang mestinya dialokasikan sebesar Rp 425 triliun. Lain lagi, dana tersebut yang masih dipotong oleh Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp 12 triliun (hal 24).
 
Menyoal dana BOS, yang kerap diskriminasi dalam praktiknya, yaitu tidak mengindahkan kesenjangan pendidikan antara kelompok masyarakat miskin dan kaya (Kompas, 02/01/2007). Yang seharusnya, ada penyikapan serius pemerintah melalui kebijakan pembiayaan yang kian berpihak kepada kalangan miskin. Sehingga pada prinsipnya, BOS yang menjamin siswa miskin bisa tetap bersekolah dengan membebaskan mereka dari seluruh iuran sekolah dan penyediaan bantuan transportasi dapat terlaksana.
 
Bentuk Perlawanan
 
“Toyib, guru dari Tangerang, masih menyimpan kesal. Sebagai guru honor daerah di Kabupaten Tangerang, dia digaji Rp 200.000 per bulan. Honor itu seharusnya diterima setiap tiga bulan. Tiga bulan pertama, beres. Namun, selama sembilan bulan kemudian honor itu tidak kunjung datang. Setelah demonstrasi oleh para guru, baru uang yang menjadi haknya itu turun. Bagi Toyib, honor bulanannya itu sangat berharga untuk menopang kehidupan sehari-hari.” (Kompas, 02/01/2007)
 
Sekelumit gambaran keadaan guru honorer diatas, si Toyib, menjadi ulu persoalan dalam buku ini. Secara khusus, Eko Prasetyo dengan karyanya ini mutlak diperuntukkan kepada seluruh guru-guru honorer di Indonesia. Permasalahannya sekarang, di satu sisi perlunya menisbatkan ucapan-ucapan sakral yang sudah ada semenjak dulu, seperti: Guru, pahlawan tanpa tanda jasa, dan Guru, sebuah profesi yang mulia dan terhormat. Kalimat-kalimat itu sah-sah saja didaulatkan kepada semua guru Indonesia sebagai bentuk penghormatan kepadanya, yang telah mengajarkan anak-anak kita tentang kebajikan dan nilai-nilai universal kehidupan. Namun disisi lain, kita juga harus bertanya bagaimana cara membalas jasa-jasa guru? Kata Victor Hugo, sang maestro dan seorang sastrawan besar, hanya dua orang yang menyumbang besar bagi peradaban sebuah bangsa yakni seorang guru dan seorang perawat.
 
Dalam bab terakhir, Guruku: Jangan Takut Melawan dalam buku ini, penulis memberikan ruang khusus untuk hal ihwal perlawanan sosok guru. Sudah saatnyalah kita memberikan balasan jasa yang setimpal kepada guru, dengan memberikan gaji kesejahteraan yang layak. Melihat fenomena dimasyarakat pada umumnya, profesi guru hanya dijadikan profesi sampingan. Pendikotomian itu bukanlah tanpa alasan. Hal itu terjadi sudah bisa disangka, karena gaji atau uang kesejahteraan guru sangatlah minim. Meski, telah ada UU Guru dan Dosen serta Rancangan peraturan pemerintah tentang Guru dan Dosen masih tetap ada rasa kekahawatiran ketiadaan jaminan terhadap perlindungan profesi guru.
 
Kalau melihat dari full dedication sosok guru, utamanya guru yang ada dipedalaman sangatlah memprihatinkan keberadaaanya. Ia masih betah-betah duduk mengajar, meskipun gaji kesejahteraannya minim. Ia bergairah mendidik, meskipun tinggal dipedalaman dengan fasilitas apa adanya. Pengorbanannya tak dapat diukur dan ditukar sebatas nominal. Hanya satu komitmennya, ia khawatir nanti bangsa ini akan hancur karena generasinya bodoh-bodoh.
 
Guru sering kali mendidik dan mengajari murid atau generasi muda untuk berpikir besar tentang bangsa ini, mengingat bangsa ini dulu didirikan oleh para pemikir besar. Ia memberitahu dan memaparkan tentang Nasionalisme Soekarno, Ekonomi Rakyat Hatta, Sosialisme Tan Malaka, dan prinsip etika Haji Agus Salim (hal 196-198). Sementara bangsa Indonesia tahun-tahun ini, dirundung musibah atau bencana yang beraneka rupa silih berganti kerap terjadi tanpa jeda, membuat hati sakit dan prihatin – sepertinya lebih menyakitkan dan memprihatinkan, ketika engkau dan profesimu (guru) sudah tidak dihargai lagi. Apakah memang itu, bentuk takdir perlawananmu untuk merevolusi pendidikan Indonesia?
***

http://sastra-indonesia.com/2008/12/me-revolusi-pendidikan-lewat-perlawanan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah