Senin, 09 Agustus 2021

Sastrawan Batubara yang Terlupakan

Damiri Mahmud
Harian Analisa, 4 Nov 2012
 
Para seniman dan budayawan Kabupaten Batubara sangat terkesan mengingat kembali bahwa di daerah mereka Kabupaten Batubara yang dimekarkan dari Kabupaten Asahan pernah eksis seniman dan sastrawan besar yang selama ini seperti terlupakan. Seperti yang saya kemukakan dalam “Dialog Kebudayaan” yang digelar oleh Kadis Kebudayaan dan Pariwisata bertempat di Balai Resto baru-baru ini, para seniman dan sastrawan dari sini telah mengukir pena mereka dalam mengisi khazanah sastra Indonesia Modern.
 
Tambahan pula, ditilik dari sisi kebudayaan, Batubara memiliki rasa memiliki yang kuat. Sejak dari mulanya lagi, ketika wilayah ini mula dihuni awal abad ke-delapan-belas oleh lima klan: Lima Laras, Tanah Datar, Lima Puluh, Pesisir dan Suku Boga, memang sudah terpisah dari Asahan. Pada zaman penjajahan ketika dibentuk residensi Sumatera Timur, 1889, terdiri dari 5 Afdeling: Deli, Batubara, Asahan, Labuhan Batu, Bengkalis.
 
Daripada mencari perbedaan yang tak kunjung selesai, lebih baik bersatu menapaki jejak yang dirintis oleh para pendahulu. Tersebutlah misalnya, Syarif Anwar, bertempat tinggal di Tanjung Tiram, Batubara. Dia banyak menulis puisi tentang laut. Puisi-puisinya dimuat di Ruang Kebudayaan, Mimbar Umum, ketika itu diasuh oleh Aoh K. Hadimaja. Salah satu puisinya tentang laut berjudul Aku Raja Laut diikutkan Aoh dalam bukunya Beberapa Faham Angkatan 45. Buku itu ditulis Aoh menguatkan pendapatnya bahwa Angkatan 45 masih terus subur berkembang mengikuti tradisi penulisan Chairil Anwar. Dimasukkannya puisi S. Anwar dalam buku itu di antara sekian banyak puisi penyair Indonesia, karena puisi ini dan punya kualitas dan arti yang bernas untuk direnungkan.
 
Ada lagi HA Dharsono, seorang penyair yang banyak menulis di tahun 1950-an itu. Begitu juga Usman Al-Hudawi begitu banyak pula menulis cerita pendek di ruang-ruang kebudayaan Medan.
 
Dt. A. Azmansyah lahir di Lima Laras, Tanjung Tiram, Batubara, 29 Juni 1940. Menulis mulai tahun 1954. Karya-karyanya terutama berupa puisi dimuat di harian dan majalah, seperti “Analisa” dan “Waktu” terbitan Medan, “Panji Masyarakat”, “Mimbar Indonesia” (Jakarta), majalah “Basis” (Jogjakarta) dan majalah “Sastrawan” (Singapura). Puisi-puisinya terkumpul dalam beberapa antoloji seperti:
 
Bunga Laut, Tangkahan, Antologi Puisi Asean (Bali), Muara (Indonesia/Malaysia). Meraih juara lomba Cipta Puisi Hari Pahlawan Sumut (1959). Juara II Lomba Cipta Puisi se Sumut (TBM, 1981). Meraih Hadiah Kreatifitas Sastra DKM (1982).
 
Datuk Azmansyah, salah seorang ahli waris Istana Lima Laras. Selalu mengikuti berbagai kegiatan dan seminar sastra dan budaya di Indonesia dan Malaysia.
 
BY Tand, lahir di Indrapura, Batu Bara, 10 Agustus 1942. Kumpulan Sajaknya Sketsa memenangkan hadiah utama Puisi Putra II Malaysia, 1983, bersama dengan Sapardi Djoko Damono dari Indonesia dan Zurinah Hasan dari Malaysia. Kemenangan BY Tand ini cukup mengejutkan dan menggembirakan. Dia adalah penyair yang cukup menonjol di Indonesia. Puisi, esai dan cerpennya banyak dimuat di harian Waspada, Analisa, Mimbar Umum, Berita Buana, Republika dan terutama di Majalah Sastra Horison. Dia banyak menghadiri seminar di Medan, Jakarta dan di berbagai kota di Malaysia. Tahun 1984 dia membacakan puisinya secara tunggal di TIM Jakarta. Kepenyairan BY Tand menjadikan blantika kesusastraan di Sumatera Utara lebih diperhatikan. Beberapa karyanya diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dan Belanda. Puisi-puisinya masuk dalam antoloji puisi para penyair terkemuka Indonesia: Tonggak, Horison Sastra Indonesia. Kumpulan sajaknya: Ketika Matahari Tertidur (1979), Sajak-sajak Diam (1983). Kumpulan cerpen Si Hitam terbit di Malaysia. Tahun 1982-1992 Lazuardi Anwar bersama BY Tand dan kawan-kawan mendirikan “Dialog Utara” suatu perhimpunan kerjasama dengan Gapena (Gabungan Persatuan Penulis Nasional Malaysia) yang menggelar pertemuan dwitahunan di Sumatera Utara dan Utara Malaysia. Pertemuan ini mendapat perhatian pemerintah kedua Negara serumpun.
 
Kumpulan Puisi Sketsa yang memenangkan hadiah utama di Malaysia itu belum pernah diterbitkan. Pnyairnya, BY Tand, telah meninggal dunia tahun 2001. Kita tak mengetahui lagi keberadaan naskah itu. Kita perlu menyiasatinya karena merupakan harta dan aset kebudayaan kita. Saya kira ada beberapa lagi karya BY Tand belum kita ketahui bagaimana nasibnya. Setelah dia meninggal dunia BY Tand seperti penyair yang terlupakan. Padahal semasa hidupnya dia telah berbuat untuk kesusastraan dan kebudayaan kita.
 
Begitu pula karya-karya Dt. A. Azmansyah belum terkumpul secara baik. Padahal beliau penyair yang produktip di masanya, sehingga puisi-puisinya cukup banyak juga. Bagaimana pula dengan karya-karya Usman Al-Hudawi. Beliau pun banyak menulis terutama cerita pendek. Begitu pula dengan karya-karya HA Dharsono, Syarif Anwar, A. Anwar dan Ananta Pinola serta Akhas Taufiq Rokan. Lebih disayangkan pula dengan karya-karya Haity Ibrahim. Dia adalah seorang pengarang perempuan, mungkin satu-satunya, pada masanya. Haity, penulis cerita pendek yang produktip dan bermutu. Jangankan karya-karyanya, bahkan keberadaannya pun sudah tidak lagi diketahui. Terakhir, sekitar tahun enam-puluhan, dia dikatakan pindah ke Jakarta. Pada masanya itu, karya-karyanya banyak dimuat di lembaran budaya “Mimbar Umum” sebuah media yang sangat memperhitungkan kualitas karya.
 
Sudah saatnya kita bekerja keras mencari jejak akan keberadaan karya-karya mereka yang tenggelam dan terlupakan, karena bagaimana pun di dalamnya tersimpan berbagai hal dan peristiwa yang perlu kita baca dan ketahui.
 
Ketika hari pertama “Dialog Kebudayaan” itu saya menyebut-nyebut nama Haity Ibrahim, seorang peserta dari Lima Laras, Yohanan, pensiunan Penilik Kebudayaan, menyebutkan Haity Ibrahim masih hidup dan menjadi tetangganya! Saya terkejut besar dan mohon kepada beliau supaya dapat mengajaknya. Saya memang banyak membaca cerpen beliau ketika masih remaja.
 
Besoknya muncullah seorang perempuan berkulit kuning langsat dengan gurat-gurat kecantikan masih tersisa di wajahnya, Haity Ibrahim. Segera saja pemandu acara mendaulatnya untuk membacakan karya-karyanya. Ada dua puisi yang kita sediakan dan kedua-duanya dibacakannya dengan vocal yang masih baik.
 
Haity merangkum kisahnya. Tahun 60-an dia diutus oleh Lembaga Kebudayaa Nasional (LKN) ke Jakarta kemudian bermukim di sana. Di sana katanya dia pernah belajar di IKJ dan latihan drama di bawah asuhan Teguh Karya. Setelah lebih tiga puluh tahun di Jakarta, atas permintaan keluarga, tahun 2000 Haity pulang ke Batubara.
 
“Saya sangat merindukan pertemuan seperti ini…” kesannya mengharukan. Dua belas tahun sudah pulang kampung, namun tak ada yang mengusiknya. Padahal, katanya, dia bersedia melatih para remaja dari ilmu yang didapatnya dari Teguh Karya. Luar biasa!
 
“Kami sering teriak berdua-dua di pinggir pantai membaca puisi.” Kata Yohanan tertawa ketika ngobrol.
 
Asro Kamal Rokan lahir di Simpang Dolok, Batubara, 24 Desember 1960. Menulis puisi dan cerpen. Asro membacakan cerpen-cerpennya secara tunggal di Taman Budaya, Medan. Tahun 1984 dia mewawancarai Damiri Mahmud tentang eksistensi sastra di Sumatera Utara, dimuat di “Merdeka”, Jakarta. Wawancara itu memancing polemik besar dan berkepanjangan dan disudahi dengan menggelar Seminar Sehari di Taman Budaya, Medan. Dia hijrah ke Jakarta, 1986, bekerja di Harian Merdeka. Kemudian di Harian Republika, menjadi Pemimpin Redaksi (2003-2005). Pada Juli 2005 Asro menerima Keppres dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pemimpin Umum LKBN Antara (2005-2007). Kini, Asro bertugas sebagai Dewan Pengawas LKBN Antara dan Special Envoy for General Affair Organization of Asia Pacific News Agencies (OANA). Untuk tugas-tugasnya itu, Asro harus selalu melawat ke luar negeri. Ketika saya menghubunginya supaya dapat hadir dalam dialog ini, Asro mengatakan, bertepatan sekali dia akan berangkat ke Amerika (Sabtu, 20 Okt.) dan baru kembali tanggal 30 Okt.
 
Melihat potensi besar para seniman dan budayawan yang nyaris tak dikenal dan terlupakan oleh masyarakat Batubara sendiri, para budayawan yang berdialog di Balai Resto itu sepakat akan membuat berbagai kegiatan. Bersama pihak pemerintah (diwakili Asisten II Bupati Batubara, H. Helman Herdady, SH, MAP) para budayawan itu akan menggelar kegiatan masuk sekolah, lomba baca puisi, dan yang tak kurang pentingnya akan memberikan reward atau penghargaan seni kepada para sastrawan yang ikut mengukir dan mengharumkan nama Batubara. Semoga.
***

http://sastra-indonesia.com/2018/02/sastrawan-batubara-yang-terlupakan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah