Rabu, 25 Agustus 2021

TERLENA DI TAMAN TASYBIH, SAMPAI KAPAN?

Imam Nawawi
 
Tasybih (metafora) adalah salah satu godaan 'setan' yang paling sulit dihindari, terutama dalam menulis teks yang sejak awal diniatkan agar tampak puitis. Setan selalu menyesatkan, bahkan walaupun ajarannya mengandung kebaikan. Jangan heran bila muncul Gereja Setan untuk menandingi gereja yang sudah mapan.
 
Seorang penyair menulis sebuah puisi berjudul Romansa Biadab, dengan harapan mampu menggambarkan tokoh kau di mata penyair sebagai sosok yang biadab. Kebiadaban tersebut ditandai dengan satu indikator berupa bujuk rayunya yang manis. Rasa manis itu, yang mestinya hanya dapat diukur oleh indera perasa, diibaratkan dengan kicauan seekor burung dan semerbak bunga, yang hanya mampu dinikmati oleh indera pendengaran dan penciuman.
 
Perhatikan bait berikut:
 
Harum semerbak kicau rayuan
Berdengung kencang terngingang melayang
Sekejap saja sabit mengembang
Di bujuk lidah yang pintar bersilat.
 
Namun, nyatanya, penyair kecewa. Kekecewaan tersebut digambarkan dengan lidah orang yang tajam seperti sabit. Kekecewaan itu pula yang menjadikan penyair cukup yakin menulis kisah romansa yang penuh kebiadaban.
 
Kebiadaban tokoh kau kembali disamakan dengan abjad, atau mungkin perilaku personal yang pandai berkata-kata tetapi hampa bukti. Banyak janji manis, disertai rupa yang menjanjikan awalnya, namun berakhir ketidakpastian. Perhatikan bait berikut:
 
Abjad telanjang memeluk remang
Meringkuk gurau di pucuk tenang
Rupa meramu senyap tersirat
Diam sejenak tanpa kalimat.
 
Namun, sekali lagi, tasybih/metafora itu setan. Terlalu lama mengikuti perilaku setan maka sesat tampak di mata. Jangan heran bila upaya memahami karakteristik yang penulis sematkan untuk menjelaskan dan memberi sifat pada abjad dan rupa menuntut pembaca mengerutkan kening. Padahal tujuan bait di atas sama dengan bait sebelumnya, sekedar mau memastikan pembaca tentang indikator-indikator kebiadaban tokoh kau yang mau dibahas dalam romansa ini.
 
Pengulangan demi pengulangan terus dilakukan, misalnya:
 
Kekasihku yang ada di titian angan
Mesra mengawan di dalam delusi
Menyenangkan bermain sakit
Sengaja kamu masih kusimpan
 
Bait di atas tentang tokoh kau yang notabene adalah kekasih tokoh aku (penyair). Kemesraan hanya delusi; suka menyakiti; dan aku suka untuk terus disakiti; rasa sakit yang dipelihara. Cara memelihara rasa sakit itu antara lain, menyimpan dalam kenangan, yang mana kenangan itu sendiri bagaikan buku yang mampu mencatat semua kisah. Bait-bait berikutnya hanya berkisah tentang cara-cara tokoh aku memelihara rasa sakit yang ditimbulkan oleh kebiadaban.
 
Perhatikan semua bait berikut:
 
Dengan lembut kuletakkan pelan
Di lembar hitam buku kenangan
Selagi manis pernah ku kecap
Sebelum hati mati saat kasmaran
 
Rasa berada di ambang batas
Berbalik arah secara bebas
Menyusun lagi sejenak kisah
Berharap masa meninggal sisa
 
Tarikan napas terakhir pada kamu yang masih bahagia
Puas aku menganiaya renjana yang terbengkalai
Kamu ... sudah mengikat milikku dan menjadikannya tak berpemilik
Lagi ...
 
Bagi saya, puisi berjudul romansa biadab ini cukup menggambarkan perilaku biadan seseorang yang diamini dan diterima secara naif oleh orang lain yang sedang mabuk cinta. Tetapi, apa guna/manfaat bagi saya mendengarkan kegelisahan orang lain? Sampai detik ini, tulisan dibuat, tak muncul inspirasi lain selain bahwa ini kisah cinta yang naif. Kenaifan tersebut salah satunya karena mengajarkan kebiadaban diterima tanpa perlawanan. Ini tentu saja bukan keindahan nilai yang dimau para moralis.
 
Kedua, puisi yang selalu mengulang-ulang teknik penulisan dengan metode metafora/tasybih, cukup positif jika diniatkan sebagai upaya menciptakan teknik baru dan menyediakan bahan material untuk membangun teknis metaforis yang baru. Jika tidak maka apa pentingnya bagi upaya pengayaan teknik metafor atau teori tasybih?
 
Saran saya, penyair bukan adalah kreator, bukan eksekutor. Penyair menciptakan kebaruan, bukan mengulang-ulang yang sudah lumrah. Wallahu a'lam bishawab.
***

http://sastra-indonesia.com/2021/08/terlena-di-taman-tasybih-sampai-kapan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah