Dwi Fitria
Jurnal Nasional, 31 Agu 2008
Bertopangkan nilai-nilai keagamaan, karya sastra tidak muncul sekadar seni dan hiburan.
DI tengah-tengah booming film-film horor yang marak membanjiri bioskop-bioskop di Tanah Air, muncul sebuah film fenomenal, Ayat-ayat Cinta (AAC) yang dibesut oleh sutradara Hanung Bramantyo. Film ini mengusung sesuatu yang berbeda dari tema horor yang banyak mewarnai film-film seangkatannya. AAC mengangkat tema islami. Kesuksesan film ini masih suatu anomali bagi banyak orang. Di luar semua itu, film itu sukses menyedot jutaan penonton.
Film itu sendiri diangkat dari novel laris karya Habiburahman El Shirazy, yang menjadi semakin laris setelah difilmkan. Per-Juni 2007 lalu, novel ini telah dicetak ulang hingga 24 kali. Kabar terakhir, novel Ayat-ayat Cinta telah terjual sebanyak 700 ribu kopi.
Novel ini berkisah tentang perjalanan cinta Fahri, seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Al-Azhar Kairo, dengan pilihan pelik yang ia hadapi ketika keadaan membuatnya harus berpoligami.
Habiburahman El Shirazy sendiri tergabung dalam Forum Lingkar Pena, sebuah forum yang mewadahi penulis-penulis yang sebagian besar punya latar belakang Islam. Habiburahman bukanlah satu-satunya eksponen yang punya nama besar dalam komunitas ini. Helvy Tiana Rosa, motor penggerak Lingkar Pena, dan Asma Nadia yang kini menjadi ketua FLP, adalah dua nama lain yang juga telah meninggalkan jejak tersendiri dalam khasanah Sastra Indonesia.
Pada 2005 lalu, cerpen Helvy, Jaring-Jaring Merah dinobatkan sebagai cerpen terbaik dalam sepuluh tahun terakhir oleh majalah sastra Horison. Helvy baru saja menerbitkan sebuah kumpulan cerpen berjudul Bukavu. Sementara Asma Nadia, kerap menulis buku-buku fiksi seperti Istana Kedua, maupun nonfiksi semisal serial La Tahzan yang laris di kalangan pembaca terutama para pembaca remaja. Forum Lingkar Pena yang berlatar belakang Islam, mau tidak mau kerap membuat keduanya diasosiasikan dengan karya-karya sastra Islam.
Mengolah nilai Islam
Keduanya tidak menolak bahwa karya-karya mereka kental mengusung nilai-nilai islami. Tapi ini tidak berarti bahwa karya yang lahir dari kedua penulis bersaudara itu berisi dakwah per-se dan berusaha dengan vulgar menggurui pembacanya.
“Dakwah pada dasarnya adalah mengajak kepada kebaikan. Tetapi tidak berarti bahwa menulis karya dengan mengangkat nilai-nilai islami akan terjebak menceramahi atau menggurui,” ujar Asma. “Jika biasanya kawan-kawan sastrawan lain berangkat membuat karya sebagai satu bentuk ungkapan kegelisahan, begitu juga dengan kami. Kami juga berangkat dari kegelisahan yang sama.
Asma memiliki kepedulian terhadap masalah perempuan, hak asasi manusia, dan poligami. Kegelisahannya memandang realitas berhubungan dengan hal-hal ini mewarnai karya-karyanya. Yang membuat berbeda adalah, ia menggunakan kacamata Islam untuk memandang masalah ini dalam karya-karyanya.
“Islam adalah sebuah sistem yang integral. Jadi saat berbicara mengenai karya, sama seperti hal lain yang saya lakukan dalam hidup saya, karya haruslah mengandung nilai ibadah,” ujar Helvy. “Dakwah menurut Islam adalah sesuatu yang baik. Tapi sebagai penulis kita harus bisa membungkusnya dengan estetika sehingga tak serta-merta semata menjadi ceramah. Kuncinya ada pada bagaimana menyampaikan pesan tanpa berdakwah secara verbal. Dakwah itu harus dibungkus dengan estetika, teknik serta komposisi yang menarik,” ujar Helvy.
Baik Helvy maupun Asma sama-sama melihat nilai-nilai Islam sebagai nilai-nilai universal yang humanis. Ini bisa dilihat dari banyak pengarang di luar Islam yang baik secara sadar atau tak sadar mengangkat nilai-nilai Islam dalam karya-karya mereka.
“Sebetulnya harus dibedakan antara sastra Islam dan sastra islami, saya pernah menulis sebuah makalah tentang masalah ini, sastra Islam adalah sastra yang penulisnya memang beragama Islam, dan punya komitmen untuk menyebarkan nilai-nilai, versi ustad-ustadlah,” ujar Helvy.
Sementara sastra islami adalah sastra yang ditulis orang-orang non-Muslim, tapi amat terlihat bahwa nilai-nilai yang disampaikan oleh si pengarang bernuansa Islam. Helvy mengambil contoh Kahlil Gibran. “Ia bukan orang Islam, tapi karya-karyanya sangatlah islami,” ujar Helvy.
Hal ini bisa terjadi karena Islam mengandung muatan yang melintas batas-batas agama. “Berbicara Islam, sama juga artinya berbicara tentang peristiwa sosial, kemiskinan, juga hak asasi manusia,” kata Asma.
Tanggung jawab penulis
Baik Asma maupun Helvy, tidak terlalu ambil pusing soal label sastra Islam yang kerap dilekatkan kepada mereka. “Saya tidak pernah mempermasalahkan apakah karya saya dianggap karya islami atau Sufi, semua tergantung pada pandangan pembacanya,” kata Helvy.
Namun berbeda dengan banyak sastrawan lain yang menganggap bahwa ketika sebuah karya diterbitkan maka pengarangnya tak lagi berhak melakukan apa pun, Helvy mengambil sikap yang berseberangan.
“Pertanggungjawaban penulis tak berhenti sampai di situ. Amat penting bagi penulis untuk memahami bagaimana bukunya akan memberi makna kepada pembacanya. Misi saya adalah menulis buku yang bisa membawa pencerahan dan membuat pembacanya bergerak ke arah yang lebih baik, sehingga mereka menjadi makin baik setelah membacanya. Ada saja karya sastra yang entah mengapa berakibat buruk pada pembacanya, ada keinginan membunuh orang misalnya,” ujar Helvy.
Helvy mengambil contoh pembunuhan terhadap John Lennon. Mark David Chapman membunuh Lennon dengan menembaknya lima kali dari belakang pada 8 Desember 1980. Ketika ditangkap Chapman membawa-bawa buku The Catcher in The Rye karya J.D Salinger. Pembunuh Lennon ini menyatakan bahwa buku itu bisa menjelaskan perspektif dan motifnya melakukan pembunuhan.
“Seorang pengarang tidak bisa lepas tangan setelah buku dilempar ke pasar. Ia masih memiliki tanggung jawab sosial terhadap pembacanya,” kata Helvy.
Baik Asma maupun Helvy sama-sama mengatakan bahwa secara keseluruhan karya-karya mereka mendapatkan sambutan yang amat positif. Dan predikat sastra Islam yang kerap ditempelkan kepada karya-karya mereka tidak menyurutkan antusiasme pembaca.
“Respons yang diberikan kepada karya saya datang dari berbagai kalangan usia, juga berbagai kalangan masyarakat. Ada ibu-ibu berusia 55 tahun dan 65 tahun yang memberikan tanggapan kepada buku saya. Selain itu saya juga mendapatkan respons dari pembaca beragama lain,” ujar Asma Nadia.
Helvy memulai karier kepenulisannya di majalah Annida, dan ia tidak menampik bahwa sebagian besar pembacanya berasal dari kalangan Muslim, sebab memang pembaca beragama Islamlah yang menjadi sasaran konsumen majalah tersebut.
“Tapi ini tak berarti pembaca karya saya terbatas di kalangan Muslim saja. Ada karya-karya saya yang sudah diterjemahkan ke bahasa-bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, Swedia. Mungkin ini berarti karya saya juga bisa diterima oleh kalangan di luar Islam,” kata Helvy.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/08/oase-budaya-geliat-dari-forum-lingkar.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar