Sabtu, 26 Juli 2014

Geliat dari Forum Lingkar Pena

Dwi Fitria
Jurnal Nasional, 31 Agu 2008

Bertopangkan nilai-nilai keagamaan, karya sastra tidak muncul sekadar seni dan hiburan.

DI tengah-tengah booming film-film horor yang marak membanjiri bioskop-bioskop di Tanah Air, muncul sebuah film fenomenal, Ayat-ayat Cinta (AAC) yang dibesut oleh sutradara Hanung Bramantyo. Film ini mengusung sesuatu yang berbeda dari tema horor yang banyak mewarnai film-film seangkatannya. AAC mengangkat tema islami. Kesuksesan film ini masih suatu anomali bagi banyak orang. Di luar semua itu, film itu sukses menyedot jutaan penonton.

Film itu sendiri diangkat dari novel laris karya Habiburahman El Shirazy, yang menjadi semakin laris setelah difilmkan. Per-Juni 2007 lalu, novel ini telah dicetak ulang hingga 24 kali. Kabar terakhir, novel Ayat-ayat Cinta telah terjual sebanyak 700 ribu kopi.

Novel ini berkisah tentang perjalanan cinta Fahri, seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Al-Azhar Kairo, dengan pilihan pelik yang ia hadapi ketika keadaan membuatnya harus berpoligami.

Habiburahman El Shirazy sendiri tergabung dalam Forum Lingkar Pena, sebuah forum yang mewadahi penulis-penulis yang sebagian besar punya latar belakang Islam. Habiburahman bukanlah satu-satunya eksponen yang punya nama besar dalam komunitas ini. Helvy Tiana Rosa, motor penggerak Lingkar Pena, dan Asma Nadia yang kini menjadi ketua FLP, adalah dua nama lain yang juga telah meninggalkan jejak tersendiri dalam khasanah Sastra Indonesia.

Pada 2005 lalu, cerpen Helvy, Jaring-Jaring Merah dinobatkan sebagai cerpen terbaik dalam sepuluh tahun terakhir oleh majalah sastra Horison. Helvy baru saja menerbitkan sebuah kumpulan cerpen berjudul Bukavu. Sementara Asma Nadia, kerap menulis buku-buku fiksi seperti Istana Kedua, maupun nonfiksi semisal serial La Tahzan yang laris di kalangan pembaca terutama para pembaca remaja. Forum Lingkar Pena yang berlatar belakang Islam, mau tidak mau kerap membuat keduanya diasosiasikan dengan karya-karya sastra Islam.

Mengolah nilai Islam

Keduanya tidak menolak bahwa karya-karya mereka kental mengusung nilai-nilai islami. Tapi ini tidak berarti bahwa karya yang lahir dari kedua penulis bersaudara itu berisi dakwah per-se dan berusaha dengan vulgar menggurui pembacanya.

“Dakwah pada dasarnya adalah mengajak kepada kebaikan. Tetapi tidak berarti bahwa menulis karya dengan mengangkat nilai-nilai islami akan terjebak menceramahi atau menggurui,” ujar Asma. “Jika biasanya kawan-kawan sastrawan lain berangkat membuat karya sebagai satu bentuk ungkapan kegelisahan, begitu juga dengan kami. Kami juga berangkat dari kegelisahan yang sama.

Asma memiliki kepedulian terhadap masalah perempuan, hak asasi manusia, dan poligami. Kegelisahannya memandang realitas berhubungan dengan hal-hal ini mewarnai karya-karyanya. Yang membuat berbeda adalah, ia menggunakan kacamata Islam untuk memandang masalah ini dalam karya-karyanya.

“Islam adalah sebuah sistem yang integral. Jadi saat berbicara mengenai karya, sama seperti hal lain yang saya lakukan dalam hidup saya, karya haruslah mengandung nilai ibadah,” ujar Helvy. “Dakwah menurut Islam adalah sesuatu yang baik. Tapi sebagai penulis kita harus bisa membungkusnya dengan estetika sehingga tak serta-merta semata menjadi ceramah. Kuncinya ada pada bagaimana menyampaikan pesan tanpa berdakwah secara verbal. Dakwah itu harus dibungkus dengan estetika, teknik serta komposisi yang menarik,” ujar Helvy.

Baik Helvy maupun Asma sama-sama melihat nilai-nilai Islam sebagai nilai-nilai universal yang humanis. Ini bisa dilihat dari banyak pengarang di luar Islam yang baik secara sadar atau tak sadar mengangkat nilai-nilai Islam dalam karya-karya mereka.

“Sebetulnya harus dibedakan antara sastra Islam dan sastra islami, saya pernah menulis sebuah makalah tentang masalah ini, sastra Islam adalah sastra yang penulisnya memang beragama Islam, dan punya komitmen untuk menyebarkan nilai-nilai, versi ustad-ustadlah,” ujar Helvy.

Sementara sastra islami adalah sastra yang ditulis orang-orang non-Muslim, tapi amat terlihat bahwa nilai-nilai yang disampaikan oleh si pengarang bernuansa Islam. Helvy mengambil contoh Kahlil Gibran. “Ia bukan orang Islam, tapi karya-karyanya sangatlah islami,” ujar Helvy.

Hal ini bisa terjadi karena Islam mengandung muatan yang melintas batas-batas agama. “Berbicara Islam, sama juga artinya berbicara tentang peristiwa sosial, kemiskinan, juga hak asasi manusia,” kata Asma.

Tanggung jawab penulis

Baik Asma maupun Helvy, tidak terlalu ambil pusing soal label sastra Islam yang kerap dilekatkan kepada mereka. “Saya tidak pernah mempermasalahkan apakah karya saya dianggap karya islami atau Sufi, semua tergantung pada pandangan pembacanya,” kata Helvy.

Namun berbeda dengan banyak sastrawan lain yang menganggap bahwa ketika sebuah karya diterbitkan maka pengarangnya tak lagi berhak melakukan apa pun, Helvy mengambil sikap yang berseberangan.

“Pertanggungjawaban penulis tak berhenti sampai di situ. Amat penting bagi penulis untuk memahami bagaimana bukunya akan memberi makna kepada pembacanya. Misi saya adalah menulis buku yang bisa membawa pencerahan dan membuat pembacanya bergerak ke arah yang lebih baik, sehingga mereka menjadi makin baik setelah membacanya. Ada saja karya sastra yang entah mengapa berakibat buruk pada pembacanya, ada keinginan membunuh orang misalnya,” ujar Helvy.

Helvy mengambil contoh pembunuhan terhadap John Lennon. Mark David Chapman membunuh Lennon dengan menembaknya lima kali dari belakang pada 8 Desember 1980. Ketika ditangkap Chapman membawa-bawa buku The Catcher in The Rye karya J.D Salinger. Pembunuh Lennon ini menyatakan bahwa buku itu bisa menjelaskan perspektif dan motifnya melakukan pembunuhan.

“Seorang pengarang tidak bisa lepas tangan setelah buku dilempar ke pasar. Ia masih memiliki tanggung jawab sosial terhadap pembacanya,” kata Helvy.

Baik Asma maupun Helvy sama-sama mengatakan bahwa secara keseluruhan karya-karya mereka mendapatkan sambutan yang amat positif. Dan predikat sastra Islam yang kerap ditempelkan kepada karya-karya mereka tidak menyurutkan antusiasme pembaca.

“Respons yang diberikan kepada karya saya datang dari berbagai kalangan usia, juga berbagai kalangan masyarakat. Ada ibu-ibu berusia 55 tahun dan 65 tahun yang memberikan tanggapan kepada buku saya. Selain itu saya juga mendapatkan respons dari pembaca beragama lain,” ujar Asma Nadia.

Helvy memulai karier kepenulisannya di majalah Annida, dan ia tidak menampik bahwa sebagian besar pembacanya berasal dari kalangan Muslim, sebab memang pembaca beragama Islamlah yang menjadi sasaran konsumen majalah tersebut.

“Tapi ini tak berarti pembaca karya saya terbatas di kalangan Muslim saja. Ada karya-karya saya yang sudah diterjemahkan ke bahasa-bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, Swedia. Mungkin ini berarti karya saya juga bisa diterima oleh kalangan di luar Islam,” kata Helvy.

Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/08/oase-budaya-geliat-dari-forum-lingkar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah