Mansur Muhammad
"Saya menulis dan, memang harus menulis. Setiap hari. Soal isi, pikir nanti. Apalagi teknik." seloroh Pak Cucuk SP selaku pembicara dalam acara SelaSAstra tadi malam. Acara sederhana yang cukup unik ini diselenggarakan di kedai Boenga Ketjil milik Pak Andhi. Ruang berdesain nyentrik ini membuat nyaman siapa saja yang hadir. Entah sekedar ngobrol atau diskusi --semi resmi, seperti yang terjadi tadi malam. Banyak kalangan penulis dan penikmat sastra dari berbagai komunitas hadir di sana.
Jujur, kami terlambat datang. Sekitar pukul 20:40 baru sampai. Hampir tertinggal satu jam. Acara sudah serius ketika Pak Andhi menyambut kami dan mempersilahkan kami duduk. Diskusi sudah melebar. Sepertinya sudah selesai pembahasan buku dan segala proses kreatif penulisnya. Jadi saya hanya kebagian gelak tawa. Apa lagi, Gus Binhad. Beliau selalu mengutarakan kritiknya dengan khas. Tak banyak ba bi bu, langsung ke pokok permasalahan. Pedas memang. Namun, disampaikan dengan guyonan yang membuat suasana justru menjadi akrab.
Diskusi berjalan cukup dinamis. Ada komunikasi yang hangat antara pemateri dan audiens, atau audiens dengan audiens. Meski ada sedikit loncatan tema yang berawal dari pertanyaan salah satu peserta, tapi ini justru membuat diskusi menjadi hidup. Pemateri pun menanggapi dengan ramah. Peserta menanyakan apakah buku 'Mengenang Kota Hilang' adalah manifestasi dari suara suara yang sempat dibungkam seperti halnya tragedi kelabu kesusastraan Indonesia pada masa silam. Penulis, yang tak lain adalah Lek Gir (Panggilan akrab R. Giryadi) dengan enteng menjawab tidak. Jawaban sederhana namun terdapat kejujuran di sana. Beliau menulis untuk dirinya sendiri. Untuk kenangan itu sendiri. Artinya, beliau benar-benar ingin bebas dari segala persepsi yang berkembang di dalam kesusastraan. Beliau ingin menunjukan idealismenya sebagai sastrawan, ingin bebas dari segala keruwetan formal kesusastraan. Maka dari itu, beliau tak begitu menggubris pada cangkang. Dalam hal ini merujuk pada segala persyaratan yang bersifat tekstual. Seperti EYD, efektifitas sebuah kalimat, gaya-gaya penulisan juga teknik penyampaian sebuah pesan yang ingin disampaikan penulis. Sastra tidak akan pernah berhenti pada suatu karya, tambah beliau yang kemudian bercerita sedikit riwayat perjalanan hidupnya. Mulai dari menjadi seorang jurnalis, perupa, aktor, penulis naskah drama dan banyak lagi proses kreatif yang beliau lakoni. Semua ini akan mempengaruhi corak sastra beliau. Bahwa ada salah satu peserta yang menilai bahwa gaya bertutur beliau seolah cenderung dramatik --mungkin juga puitik-- ini tidak bisa disangkal. Semua dilihat dari akar sastra mana penulis itu tumbuh dan lingkungan di mana penulis tumbuh. Begitulah, karya tidak bisa lepas sepenuhnya dari latar belakang dan pengalaman penulis.
Diskusi kemudian beralih pada teknik. Dalam pembahasan inilah waktu dihabiskan. Ini juga menanggapi pertanyaan salah satu peserta. Namun, pertanyaan ini justru tidak mengacu pada buku yang dibedah melainkan pada cerpen sang penulis yang sempat dimuat harian Kompas beberapa minggu yang lalu. Cerpen ini dinilai kurang berteknik dan berjalan datar-datar saja. Lebih dari itu, seakan nengamini si peserta tersebut, Gus Binhad juga menyesalkan kurang adanya perenungan yang berarti di dalamnya. Perbincangan semakin seru ketika diskusi dikuasai dua sastrawan hebat. Cucuk SP dan Agus Sulton. Seperti kalimat pembuka di atas, Cucuk SP mengaku, dalam proses kreatifnya, beliau tak pernah memberi perhatian lebih pada teknik. Teknik, masih dalam pendapatnya, hanya akan menghambat laju kreatifitas dan produktifitas kegiatan menulis itu sendiri. Lagi pula menulis harus sebebas-bebasnya, tambah beliau. Menanggapi ini, lagi-lagi Gus Binhad berkelakar.
"Lha wong Cucuk iki wes ma'rifat kok..tingkat tinggi iki.." Sontak, semua yang pada mulanya serius jadi riuh tergelak.
"Lha iya, saya kasih contoh. Ada sepasang pengantin yang baru nikah. Sebelumnya, mereka sudah merancang detail apa saja yang akan mereka lakukan di malam pertama nanti. Tapi, ketika mereka sudah berhadap-hadapan di atas ranjang, semua rencana mereka buyar. Begitu pun teknik." timpal Pak Cucuk bersemangat.
Lantas diskusi menegang ketika kemudian Gus Binhad justru bertolak belakang dengan apa yang disampaikan Pak Cucuk. Bagaimanapun, ujarnya, seorang penulis pasti menggunakan teknik. Meskipun teknik yang digunakan tidak pernah tertulis di buku mana pun. Dan teknik, tak lebih hanyalah soal bagaimana penulis berkomunikasi. Dan pembahasan teknik menggantung begitu saja seusai pemaparan Gus Binhad ini.
Bertambah malam, diskusi lebih seru dan menantang. Acara diskusi yang diagendakan akan membedah buku anggitan Pak R. Giryadi yang berjudul 'Mengenang Kota Hilang' ini, seiring berjalannya acara, tema ini menjadi kabur. Pembahasan teknik meluas hingga ke filsafat dan teori-teori kesusastraan. Kami yang masih awam hanya diam mendengarkan sambil menyeruput kopi. Dan pembahasan mengenai teknik, filsafat, teori-teori kesusasteraan ini terus berjalan sampai acara selesai pada jam 23:20, molor satu setengah jam dari jadwal yang telah di tetapkan. Tapi ada rasa puas tersendiri. Acara ditutup oleh Pak Andhi dan Pak Giryadi membagikan buku-bukunya secara cuma-cuma hampir ke seluruh peserta. Tak terkecuali kami.
26 Mei 2016
https://selasastrain.blogspot.co.id/2018/03/selasastra-teknik-menulis-dan-kerancuan.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar