Reporter
: Wildan Ibnu Walid
Koleksi buku literasi sastra dan seni tersimpan rapih di
Galeri Buku Bengkel Deklamasi Taman Ismail Marzuki. (Wildan Ibnu Walid/
JawaPos.com)
Di tengah riuh gemerlap kota metropolitan, tersimpan
"surga kecil" bagi pecinta literasi sastra. Tepatnya di pojok Gedung
Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta
Pusat.
Toko
buku bernama Galeri Buku Bengkel Deklamasi itu sudah lebih dari 20 tahun
berdiri. Tepatnya pada 1996 silam. Keberadaannya mewarnai geliat seni, budaya
dan sastra di tanah air.
Bengkel
Deklamasi itu menyimpan jutaan koleksi judul buku lawas. Utamanya yang bergenre
sastra dan buku-buku kiri. Buku-buku terbitan karya pujangga besar tanah air
pun tersimpan rapih. Bukan saja dari dalam negeri, buku langka terbitan luar
negeri pun tersedia di Galeri Bengkel Deklamasi.
Pantas
saja jika toko buku itu menjadi tempat tongkrongan bagi seniman, penyair,
budayawan, akademisi hingga aktivis. Mereka bisa dengan mudah mendapatkan
buku-buku langka dalam bahasa asli, terbitan pertama.
Usut
punya usut, Bengkel Deklamasi itu milik Jose Rizal Manua, sutradara teater yang
baru saja mendapat penghargaan sutradara terbaik dunia, teater anak dan grup terbaik dalam 15th World Festival Of Children of Theatre di Jerman 2018
lalu.
Bersama
anaknya, R. Ni Soe, Jose Rizal mengelola Toko Bengkel Deklamasi. Menurut R Ni
Soe, koleksi buku yang disediakan lebih banyak disediakan bagi pegiat sastra,
seni, budaya dan filsafat.
Karya
buku novel, sastra, dan prosa banyak dicari ketimbang buku-buku populer yang
saat ini merajai di toko-toko buku modern di Jakarta. Di toko buku ini tidak
membatasi pengunjung yang datang untuk membeli, atau hanya sekedar membaca
untuk bahan-bahan menulis cerita.
"Buku-buku
ini spesifikasinya lebih banyak literasi sastra, seni dan budaya, jadi lebih
kepada novel, prosa dan puisi," ujarnya kepada JawaPos.com, Minggu (27/1).
Selain
itu, koleksi buku yang disediakan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan
mahasiswa-mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Kampus yang tak jauh dari
kawasan Taman Ismail Marzuki.
Dari
sekian banyak buku, karya-karya WS Rendra, Taufik Ismail, Chairil Anwar,
Pramoedya Ananta Toer, Sutardjih Calzoum, Soe Hoek Gie, dan buku Madilog karya
Tan Malaka masih paling diminati.
Tak
hanya itu, buku-buku kesusastraan lama seperti Babad Tanah Jawa dan buku
tentang era pendudukan kolonial di Batavia masih banyak diminati. Tidak saja
dari akademisi tanah air, sarjana luar negeri pun mengagumi koleksi buku di
Bengkel Deklamasi.
Menurut
R. Ni Soe, koleksi buku masterpiece di Galeri Buku Bengkel Deklamasi pun dicari
oleh dosen-dosen dan pecinta buku luar negeri. Pada umumnya, mereka mengagumi
koleksi buku pengarang aslinya yang masih orisinil dan sulit dicari.
"Akademisi
dari luar negeri banyak juga mencari di sini. Mereka kagum. Tak jarang kalau
mereka bilang di sini asalah harta karun literasi sastra dunia," ujarnya.
Sejumlah
nama besar seperti Presiden Puisi Sutardjih Calzoum Bachri, Profesor Salim Said
pun setia berkunjung ke Galeri Buku Bengkel Deklamasi untuk mencari literasi
sastra untuk mencari bahan menulis cerita.
"Tokoh
penulis dan teater seperti Profesor Salim Said pun mengakui banyak mencari
buku-buku dari sini. Ada semua di sini," kata R. Ni Soe.
Editor
: Bintang Pradewo

Tidak ada komentar:
Posting Komentar