Membaca Karya Tulisan dan Akting Bengkel Sastra UNJ
Anjrah Lelono Broto *
“Seharusnya kesadaran akan seni dan berkesenian dapat menempat pada ruang dan waktu yang terus musti ditanamkan.” (Agus Riadi, Ketua DeKaJo)
Tanpa iringan musik Gambang Kromong khas Betawi atau pun ceceran riang senandung Lagu Kicir-Kicir, Teater Kopi Hitam Indonesia (TKHI) menapakkan kaki di tanah Si Pitung yang sekarang menjadi ibukota tanah air tercinta. Di bawah bimbingan inginan sederhana untuk men’silahturakhim’kan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang”, awak TKHI mengucap salam kekerabatan berkesenian dan berkebudayaan kepada kawan-kawan komunitas Bengkel Sastra Universitas Negeri Jakarta (Bengsas UNJ) di jantung ladang kerja kreasinya, Rawamangun.
Repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” yang beberapa waktu lalu dipergelarkan dengan konsep pementasan panggung arena terbuka di Surabaya (dalam rangkaian agenda Festival Seni Surabaya, FSS 2011), masih setia memempercayai Gandis Uka (Siti Mafruchah) sebagai pemeran tokoh Inong, Cucuk Espe sebagai Sandek, Farid ‘Doelkhamdie’ Khuzaini sebagai tokoh Silay, penulis sendiri sebagai tokoh Madranu, serta Wahyu Hidayat, Roy Zikin, dan Agus ‘Srufuet’ di barisan pemusik.
Ketetapan komposisi ini dilandasi spirit bahwa proses teater adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan, sehingga akan terasa menyakitkan apabila satu kerja kreatif berteater diwujudkan dalam satu kali pementasan semata. Spirit ini pulalah yang menjadi mata air bagi inginan sederhana TKHI untuk men’silahturakhim’kan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” karya dan sutradara Cucuk Espe dan musiknyab dicompose oleh Farid ‘Dhoelkamdhie’ Khuzaini ini ke beberapa kota, seperti Jakarta, Madiun, Solo, dan Yogyakarta dalam tajuk pentas keliling.
Nir Sekatisme Bengsas
Sebagaimana pesan mendasar dalam repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” yang mengungkap kegetiran subordination position kaum perempuan, TKHI membutuhkan penawar hati bagi kerja kreatif selanjutnya dan selanjutnya, di Jakarta. Metropolitian karakter Jakarta tentu saja menawarkan beragam penawar hati yang menggoda-menggiur bagi pegiat seni di jajaran awak TKHI yang masih menunduk dalam strata ‘dhalang sing dhurung sepira bangkit’ (meminjam kosakata Kartolo Cs).
Lalu dimana sisi menggoda-menggiurnya Bengsas, hingga TKHI jatuh hati dan memilihnya sebagai suami dalam lakon ‘kawin kontrak’ ala pergelaran seni pertunjukkan teater? Mengingat, Bengsas bukanlah komunitas yang fokus bergelut-menggeliat dalam bidang seni pertunjukkan teater.
Kesejatian Bengsas sebagai unit kegiatan mahasiswa (UKM) di bawah payung Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni UNJ, merupakan komunitas yang unik. Meski makna yang diusung dalam nama komunitas ini adalah “sastra”, ternyata komunitas yang berdiri di tahun 2008 ini memiliki tiga divisi yang umumnya dipandang dalam perspektif dikotomis oleh mayoritas pegiat seni tanah air. Selama ini berkembang pemahaman bahwa ketika seorang pegiat seni nawaitu bergelut-menggeliat di salah satu cabang seni, maka seakan haram hukumnya baginya untuk menyentuh wilayah cabang seni yang lain. Tiga divisi tersebut adalah (a) penulisan kreatif, (b) teater, dan (c) film.
Komunitas yang dimotori oleh salah satu dewi penyair tanah air, Helvi Tiana Rosa, ini memberikan ruang seluas-luasnya bagi anggota Bengsas untuk berproses dalam bidang tulis-menulis, baik esay, puisi, cerpen, novel, naskah drama, hingga skenario film. Keluasan ruang yang menjadi wilayah Divisi Penulisan Kreatif ini, menuai melimpahnya hasil karya yang kemudian diterjemahkan ke bahasa pemanggungan oleh anggota komunitas lainnya di Divisi Teater dan Divisi Film. Alur sinergi kerja kreatif yang dikembangkan dalam rahim Bengsas ini juga acapkali berbalik, terkadang repertoar teater ataupun produksi film yang justru menjadi hulu bermuaranya tulisan kritik, analisis, maupun karya sastra lainnya yang bersifat saduran.
Konstruksi sinergitas lintas cabang seni inilah yang melahirkan keunikan bagi karakter kerja kreatif di komunitas yang secara yuridis formal menamakan dirinya sebagai “Bengkel Sastra, dimana fokus dalam cabang seni sastra semata yang kaprah diterima publik sebagai sebuah keniscayaan. “Adalah sebuah kejahatan berupa pembajakan identitas andaikata seorang penulis, sastrawan, atau pegiat seni tulis-menulis menyentuh wilayah yang bukan maqam-nya. Persepsi seperti inilah yang kemudian membelenggu, padahal proses kreatif dalam seni, bahkan dalam hidup itu sendiri, menganjurkan pembebasan yang logis. Sangatlah logis apabila kita juga memberi ruang kawan-kawan di Bengsas untuk menulis, berakting, dan memperhatikan perspektif kamera,” tutur Ferdi, salah satu tetua Bengsas yang terkenal dengan joke-jokenya.
Keunikan sinergitas lintas cabang seni inilah yang membuat TKHI dengan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” memilih Bengsas sebagai labuhan hati ketika menyandarkan sauh di Ibukota Jakarta.
Menjadi Aktor
Bisalah jadi hulu yang dipilih oleh kawan-kawan Bengsas berbeda dengan awak-awak TKHI. Akan tetapi pada kenyataanya, ketika kami bertemu-sua dengan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” sebagai petanda silahturakhim, penulis merasai degup-denyutan nadi yang seirama. TKHI yang menempatkan “teater” di jujuran nama team work berkesenian dan berkebudayaan ternyata juga menyentuh wilayah-wilayah cabang seni yang lain. Selama ini, awak TKHI setiap minggu selibat dengan kru radio Suara Pendidikan Jombang (SPFM) dalam acara “Talkshow Belajar Sastra”. Artinya, awak TKHI juga melakonkan lakuan yang sama dengan lakuan kawan-kawan Bengsas.
Dalam upaya juang menjadi aktor yang baik ala Grotowsky, awak TKHI mencoba mampu sentuhi wilayah di luar panggung, dimana komunikasi antara pelakon di atas panggung dengan penonton dikonstruksi tanpa sekat pemisah. Di satu sisi, pengertian penonton pun mengalami perluasan makna menjadi publik itu sendiri, sehingga berkarya kreatif dalam cabang-cabang seni yang lain merupakan kelaziman, bukan kezaliman.
Pada lap seperti inilah, inginan untuk membangun kesadaran akan seni dan berkesenian dapat menempat pada ruang dan waktu yang terus musti ditanamkan, sebagaimana pernyataan Bpk. Agus Riadi di awal tulisan ini bukanlah semata gagasan yang musykil untuk diwujudkan.
***
*) Awak Teater Kopi Hitam Indonesia.
https://goresananjrahlelonobroto.wordpress.com/2014/12/13/esai-inong-tanpa-sekat/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 08 September 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar