Minggu, 08 September 2019

Inong Tanpa Sekat

Membaca Karya Tulisan dan Akting Bengkel Sastra UNJ
Anjrah Lelono Broto *

“Seharusnya kesadaran akan seni dan berkesenian dapat menempat pada ruang dan waktu yang terus musti ditanamkan.” (Agus Riadi, Ketua DeKaJo)

Tanpa iringan musik Gambang Kromong khas Betawi atau pun ceceran riang senandung Lagu Kicir-Kicir, Teater Kopi Hitam Indonesia (TKHI) menapakkan kaki di tanah Si Pitung yang sekarang menjadi ibukota tanah air tercinta. Di bawah bimbingan inginan sederhana untuk men’silahturakhim’kan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang”, awak TKHI mengucap salam kekerabatan berkesenian dan berkebudayaan kepada kawan-kawan komunitas Bengkel Sastra Universitas Negeri Jakarta (Bengsas UNJ) di jantung ladang kerja kreasinya, Rawamangun.

Repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” yang beberapa waktu lalu dipergelarkan dengan konsep pementasan panggung arena terbuka di Surabaya (dalam rangkaian agenda Festival Seni Surabaya, FSS 2011), masih setia memempercayai Gandis Uka (Siti Mafruchah) sebagai pemeran tokoh Inong, Cucuk Espe sebagai Sandek, Farid ‘Doelkhamdie’ Khuzaini sebagai tokoh Silay, penulis sendiri sebagai tokoh Madranu, serta Wahyu Hidayat, Roy Zikin, dan Agus ‘Srufuet’ di barisan pemusik.

Ketetapan komposisi ini dilandasi spirit bahwa proses teater adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan, sehingga akan terasa menyakitkan apabila satu kerja kreatif berteater diwujudkan dalam satu kali pementasan semata. Spirit ini pulalah yang menjadi mata air bagi inginan sederhana TKHI untuk men’silahturakhim’kan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” karya dan sutradara Cucuk Espe dan musiknyab dicompose oleh Farid ‘Dhoelkamdhie’ Khuzaini ini ke beberapa kota, seperti Jakarta, Madiun, Solo, dan Yogyakarta dalam tajuk pentas keliling.

Nir Sekatisme Bengsas

Sebagaimana pesan mendasar dalam repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” yang mengungkap kegetiran subordination position kaum perempuan, TKHI membutuhkan penawar hati bagi kerja kreatif selanjutnya dan selanjutnya, di Jakarta. Metropolitian karakter Jakarta tentu saja menawarkan beragam penawar hati yang menggoda-menggiur bagi pegiat seni di jajaran awak TKHI yang masih menunduk dalam strata ‘dhalang sing dhurung sepira bangkit’ (meminjam kosakata Kartolo Cs).

Lalu dimana sisi menggoda-menggiurnya Bengsas, hingga TKHI jatuh hati dan memilihnya sebagai suami dalam lakon ‘kawin kontrak’ ala pergelaran seni pertunjukkan teater? Mengingat, Bengsas bukanlah komunitas yang fokus bergelut-menggeliat dalam bidang seni pertunjukkan teater.

Kesejatian Bengsas sebagai unit kegiatan mahasiswa (UKM) di bawah payung Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni UNJ, merupakan komunitas yang unik. Meski makna yang diusung dalam nama komunitas ini adalah “sastra”, ternyata komunitas yang berdiri di tahun 2008 ini memiliki tiga divisi yang umumnya dipandang dalam perspektif dikotomis oleh mayoritas pegiat seni tanah air. Selama ini berkembang pemahaman bahwa ketika seorang pegiat seni nawaitu bergelut-menggeliat di salah satu cabang seni, maka seakan haram hukumnya baginya untuk menyentuh wilayah cabang seni yang lain. Tiga divisi tersebut adalah (a) penulisan kreatif, (b) teater, dan (c) film.

Komunitas yang dimotori oleh salah satu dewi penyair tanah air, Helvi Tiana Rosa, ini memberikan ruang seluas-luasnya bagi anggota Bengsas untuk berproses dalam bidang tulis-menulis, baik esay, puisi, cerpen, novel, naskah drama, hingga skenario film. Keluasan ruang yang menjadi wilayah Divisi Penulisan Kreatif ini, menuai melimpahnya hasil karya yang kemudian diterjemahkan ke bahasa pemanggungan oleh anggota komunitas lainnya di Divisi Teater dan Divisi Film. Alur sinergi kerja kreatif yang dikembangkan dalam rahim Bengsas ini juga acapkali berbalik, terkadang repertoar teater ataupun produksi film yang justru menjadi hulu bermuaranya tulisan kritik, analisis, maupun karya sastra lainnya yang bersifat saduran.

Konstruksi sinergitas lintas cabang seni inilah yang melahirkan keunikan bagi karakter kerja kreatif di komunitas yang secara yuridis formal menamakan dirinya sebagai “Bengkel Sastra, dimana fokus dalam cabang seni sastra semata yang kaprah diterima publik sebagai sebuah keniscayaan. “Adalah sebuah kejahatan berupa pembajakan identitas andaikata seorang penulis, sastrawan, atau pegiat seni tulis-menulis menyentuh wilayah yang bukan maqam-nya. Persepsi seperti inilah yang kemudian membelenggu, padahal proses kreatif dalam seni, bahkan dalam hidup itu sendiri, menganjurkan pembebasan yang logis. Sangatlah logis apabila kita juga memberi ruang kawan-kawan di Bengsas untuk menulis, berakting, dan memperhatikan perspektif kamera,” tutur Ferdi, salah satu tetua Bengsas yang terkenal dengan joke-jokenya.

Keunikan sinergitas lintas cabang seni inilah yang membuat TKHI dengan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” memilih Bengsas sebagai labuhan hati ketika menyandarkan sauh di Ibukota Jakarta.

Menjadi Aktor

Bisalah jadi hulu yang dipilih oleh kawan-kawan Bengsas berbeda dengan awak-awak TKHI. Akan tetapi pada kenyataanya, ketika kami bertemu-sua dengan repertoar “Inong; Dongeng Rumah Jalang” sebagai petanda silahturakhim, penulis merasai degup-denyutan nadi yang seirama. TKHI yang menempatkan “teater” di jujuran nama team work berkesenian dan berkebudayaan ternyata juga menyentuh wilayah-wilayah cabang seni yang lain. Selama ini, awak TKHI setiap minggu selibat dengan kru radio Suara Pendidikan Jombang (SPFM) dalam acara “Talkshow Belajar Sastra”. Artinya, awak TKHI juga melakonkan lakuan yang sama dengan lakuan kawan-kawan Bengsas.

Dalam upaya juang menjadi aktor yang baik ala Grotowsky, awak TKHI mencoba mampu sentuhi wilayah di luar panggung, dimana komunikasi antara pelakon di atas panggung dengan penonton dikonstruksi tanpa sekat pemisah. Di satu sisi, pengertian penonton pun mengalami perluasan makna menjadi publik itu sendiri, sehingga berkarya kreatif dalam cabang-cabang seni yang lain merupakan kelaziman, bukan kezaliman.

Pada lap seperti inilah, inginan untuk membangun kesadaran akan seni dan berkesenian dapat menempat pada ruang dan waktu yang terus musti ditanamkan, sebagaimana pernyataan Bpk. Agus Riadi di awal tulisan ini bukanlah semata gagasan yang musykil untuk diwujudkan.
***

*) Awak Teater Kopi Hitam Indonesia.
https://goresananjrahlelonobroto.wordpress.com/2014/12/13/esai-inong-tanpa-sekat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah