Penulis: Widie Nurmahmudy
Editor: Mas Garendi
jatimplus.id
Sempat dikira sinting. Tidak ada angin, hujan dan pemberitahuan, sejumlah muda mudi tiba tiba berteriak. Di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Blambangan, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, mereka melepaskan ekspresi. Mendeklamasikan bait puisi.
Suara yang terdengar berubah ubah. Terkadang pilu menyayat. Terkadang meraung, menggeram, melengking tinggi serupa binatang kesakitan yang diburu. Ada kalanya berteriak lantang berwibawa, ditingkah gelak tawa. Tidak sedikit yang mengernyitkan dahi. Banyak pengunjung RTH Blambangan yang kurang mengerti.
“Bahkan kami sempat diteriaki pengunjung RTH. Dikira gila. Karena memang tidak ada woro woro sebelumnya, “kenang Mohammad Syahrum Munir salah seorang penggagas komunitas Selapan Sastra RTH Blambangan Banyuwangi. Bukannya surut. Bagi mereka teriakan orang orang yang tidak mengerti justru menjadi lecutan cemeti.
Peristiwa itu berlangsung akhir 2018 lalu. Di tangan para pemuda pecinta sastra RTH telah menjelma bak panggung terbuka. Sebuah pentas dengan sebagian penonton yang tidak mengerti. Dan muda mudi penghayat sastra itu “tidak peduli”. Mereka semakin menggila berekspresi. Yang terpenting, pesan berkesenian mereka telah tersampaikan. “Bagi kami itulah tantangannya, “kata Munir.
Dalam durasi 15 menit, penampilan para pemuda itu telah membuat goresan besar di dunia sastra. Mendobrak stigma sastra. Sastra yang selama ini masih dianggap eksklusif, yakni khususnya di wilayah Banyuwangi. Stigma yang mengganjal eksplorasi sastra menjadi tidak maksimal.
Bisa dibilang cukup mujur. Usai pagelaran puisi di RTH Blambangan para pemuda ini bertemu Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Banyuwangi. Oleh ketua lembaga seni yang berafiliasi dengan ormas Nahdlatul Ulama (NU) itu mereka mendapat suport positif.
Taufik WR memberikan ruang kepada komunitas Selapan Sastra untuk lebih mengenal dan melestarikan sastra sebagai bagian dari budaya. “Kami mendapat respon positif dari Pak Taufik WR selaku Ketua Lesbumi Banyuwangi. Dan itu membuat kami semakin bersemangat, “terang Munir.
Gagasan Warung Kopi
Dari mana ide komunitas sastra berasal ?. Mohammad Syahrum Munir dengan enteng menyebut warung kopi. Tepatnya obrolan warung kopi. Sebuah tradisi silaturahmi ringan. Kumpul kumpul, kongkow, bicara ngalor ngidul sambil menikmati kehangatan kopi.
“Benih gagasan itu tiba tiba bergulir, “katanya. Para pemuda itu menginginkan sebuah wadah yang bisa menampung ide kreatif tentang sastra. Sastra yang inklusif. Membumi. Yang bisa dinikmati semua orang, memercik di semua tempat dan bisa dilakoni siapa saja tanpa harus dibebani embel embel identitas sastrawan.
Bukan sastra yang eksklusif. Berjarak. Memucuk diatas menara gading. Yang hanya bisa dilakukan dan dinikmati segolongan orang. “Setelah melalui proses diskusi, maka kami menyepakati nama Selapan Sastra. Terbentuk pada November 2018, “jelas Munir.
Dalam perhitungan Jawa, selapan berarti 35 hari. Sejak terbentuk, dalam waktu 35 hari, para sastrawan muda Banyuwangi itu berpentas membacakan puisi. Uniknya, pentas baca puisi itu dilakukan dari desa ke desa. Berpanggung di balai desa atau ruang terbuka hijau.
Selain berpentas, mereka juga menenggelamkan diri ke dalam kehidupan masyarakat. Mereka menyerap apa saja yang terjadi di masyarakat. Apa saja yang dikeluhkan dan dibutuhkan. Lalu semuanya disuarakan. Menjadi bahan bakar puisi yang tidak habis habis.
“Pada bulan puasa lalu, kami bisa membuat acara dua kali, “paparnya. Sejak berdiri komunitas Selapan Sastra tercatat sudah 9 kali berpentas. Di setiap acara memadukan seni membaca puisi, monolog dan musikalisasi puisi. Di pentas yang ke-9, semakin banyak pihak yang terlibat.
Ekspresi seni para pemuda Muncar, Tegaldlimo, Cluring dan Genteng mendapat dukungan Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Dalam pentas itu mereka mengusung tema “Sastra Dari Desa”.
Diluar itu juga digelar diskusi bersama sejumlah sastrawan Banyuwangi, yakni diantaranya Fatah Yasin Nor dan Taufik WR Hidayat serta Agus R Subagyo alias Rego Ilalang yang menjadi bintang tamu. “Anggota kami beragam, ada yang pedagang, guru, mekanik, tukang kayu, jual air, siswa, mahasiswa. Kami ingin menunjukkan bahwa pemuda desa juga mampu bersastra,” kata Munir.
Munir yang hanya berbekal ijazah formal Madrasah Aliyah dan sehari hari berjualan kopi itu tidak menyangka embrio yang digagas bersama itu telah berkembang pesat. Banyak yang ingin bergabung dengan antusias tinggi. Kawasan Muncar yang selama ini hanya dikenal sebagai daerah penghasil ikan dan industri pengalengan terbesar di Indonesia, ternyata mampu menjadi tempat persemaian sastra yang subur.
Slamet Ari Wibowo atau dikenal dengan nama pena SAW Notodiharjo juga berpendapat serupa. Slamet yang juga salah satu penggagas Selapan Sastra merasa mimpi memperkenalkan sastra di desa desa menemukan jalan nyata. Road show pentas puisi berlari kencang. Bahkan menjelang pentas di bulan Agustus mendatang, Slamet telah menyiapkan Antologi Puisi para penyair komunitas Selapan Sastra.
“Kami memang bermimpi memasyarakatkan sastra di desa desa, “kata Slamet yang juga berprofesi sebagai seorang pendidik (guru) ini.
https://jatimplus.id/ketika-para-pemuda-banyuwangi-mengkampanyekan-sastra-pedesaan/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar