Minggu, 23 Februari 2020

ANAK TANGGA MENGENAL ALLAH

Dien Makmur

Setelah mendengar kabar berpulangnya Mas Janus A. Satya, Inna lillahi wa inna ilayhi raji’un. Mendadak saya teringat catatan lama, atau sengaja kini di-re-post sebagai pengingat, kalau saya pernah mengupas meski sebatas kulit ari, atas karyanya. Selamat jalan menuju surga, sahabatku...
***

Adalah Janus A. Setya, lelaki kelahiran Kota Malang, 28 Februari, anak dari pasangan Prof. Drs. H. Sofyan Aman. SH (alm), dan Hj. Uswah Sacheh (alm), yang tinggal di Jakarta bersama istri tercintanya, Fien A. Satya.

Lelaki berkacamata, yang gemar dengan dunia tulis-menulis khususnya puisi, ini merupakan sosok lelaki periang. Perihal ini bisa dilihat dari bagaimana cara dia berkomunikasi dengan teman-temannya lewat Facebook, yang menggunakan bahasa candaan segar khas “kera-kera ngalam” (baca; bahasa keseharian orang Malang yang dibalik).

Dia juga lelaki agamis, untuk kesimpulan ini setidaknya saya ketahui dari betapa dirinya sangat menyukai sosok Gus Dur, selain dapat dilihat dari beberapa karya-karyanya, yang kebanyakan bernuansa religi. Sebut saja; JABAL RAHMAH (19 Mei 2010), MEMBURU MALAM (23 Agustus 2010), LEBARAN (27 Agustus 2010), TUNGGU AKU DI LANGGAR ITU (26 Mei 2010), dan LELAKI ANAK PURNAMA (7 Mei 2013).

Namun, bukan ‘seabreg’ karya tersebut yang hendak saya coba bahas. Terakhir di sebuah komunitas sastra tepatnya “Grup Puisi 2,7”, -sebuah grup yang di dalamnya ada semacam gerakan sastra pembaharuan, yang digawangi oleh Imron Tohari, kemudian diperkuat Cunong Nunuk Suraja, Hayat Abi Cikal, Mulyana Syarif, Qiu Blangkon, dan ada beberapa teman lain yang tak dapat saya sebutkan di sini- saya menemukan karya teranyar Janus A. Setya yang bertitel Mengejamu (21 Juli 2013).
***

Mengutip dari apa yang sudah diucapkan H.B. Jassin mengenai Puisi; “Puisi merupakan pengucapan dengan perasaan yang di dalamnya mengandung pikiran-pikiran dan tanggapan.” Dan menjumput kutipan dari apa yang ditulis sastrawan Jambi, Dimas Arika Miharja di dalam Manifesto: Proses Kreatif Penciptaan Puisi; “Puisi ialah gelegak riak jiwa, kesan-kesan perseptual, rekaman rangsang puitik yang tumbuh memutik di antara kelopak bunga kata. Sajak selalu bergerak serupa riak menjadi ombak, lalu bergulung serupa gelombang rasa dengan irama nada sebagai hasil olah pikir, dzikir, dan menafsirkan hidup dan kehidupan.”

Sepertinya, apa yang telah ditulis JAS (Jayus A. Setya) dalam puisinya “Mengejamu,” sudah dapat mewakili sebutan puisi yang oleh H. B. Jassin, dan Dimas Arika Miharja maksudkan. Berikut lengkap puisinya:

MENGEJAMU

alifku tak sampai
pada ha’ aku kapai-kapai

J A S / 2013
***

Sebetulnya, pesan apakah yang hendak disampaikan dalam puisi ini? Kemudian situasi serupa bagaimana yang tengah melandai hati dan pikirannya? Sebab dalam puisi tersebut, ada beberapa citraan mengeja; alif, ha.’ Selain itu, ada citraan gerak seperti kapai-kapai.

Membaca puisi dengan pemilihan judul “Mengejamu,” yang pada larik pertamanya ada huruf hijaiah “alif,” setelahnya di larik kedua ada huruf hijaiyah “ha.” Saya jadi teringat akan sebuah riwayat, kala Nabi Muhammad Saw., didatangi seorang lelaki Yahudi yang menanyakan makna dari huruf-huruf hijaiah, yang waktu itu kebetulan tengah bersama Amirul Mukminin Ali. Maka, lantas Nabi Muhammad memerintahkan kepada Ali untuk menjawabnya. “Setiap huruf hijaiah adalah nama-nama Allah;” kata Ali. Kemudian disambung menyebutkan satu-persatu arti dari “alif” hingga “ya.” Dalam riwayat ini juga dijelaskan, seorang Yahudi tersebut memeluk Islam setelah mendengar penjelasan dari Imam Ali bin Abi Thalib.

Namun, apa korelasi antara sifat-sifat Allah yang dijelaskan dalam riwayat tersebut, di setiap huruf hijaiah dengan puisi di atas?

Kalau ada di antara pembaca berpendapat atau merasakan kebingungan menelaah puisi 2,7, pun saya merasakan hal yang sama. Sebab puisi model ini, selain rumit dalam proses penciptaannya juga rumit ditelaah. Bagaimana tidak, puisi yang hanya dua larik, tetapi mengandung berlarik-larik pesan, pemikiran juga pembahasan. Karenanya, tidak bosan-bosannya saya berdecak kagum kepada pengkarya puisi “Mengejamu,” Janus A. Setya, dan pencetus Puisi 2,7; Imron Tohari.

Setelah melewati beberapa waktu perenungan mengenai isi puisi tersebut, sampailah saya pada kesimpulan dari beberapa tafsir yang ada mengenai makna huruf-huruf hijaiyah. Dan sepertinya, penyair menganalogikan kesatuan huruf hijaiyah, sebagai anak tangga dalam mengenal Allah Swt.

Lalu mengapa pada puisinya, penyair mengatakan; “Alifku tak sampai?” Bisa jadi sang penyair berpijak pada, “Man ‘Arafa Nafsahu Faqad ‘Arafa Rabbahu,” yang artinya; “Siapa yang kenal dirinya, akan mengenal Allah.” Alifku tak sampai, maksud tak sampai di sini, barangkali tidak sampainya mengenal Allah, hingga pada makna yang terdapat dalam huruf “ya.” Atau penyair merasa belum mengenal utuh diri pribadinya. Ini dijelaskan di larik kedua; “pada ha’ aku kapai-kapai.”
***

Benarkah ada manusia yang tidak mengenal dirinya sendiri? Jawabannya banyak. Kalau hanya mengenal siapa nama kita, siapa orang tua kita, dari kecil sudah mengetahui. Tentu saja bukan itu yang dimaksud. Diri yang dimaksud adalah diri sebenar diri, yang mendiami dalam raga (jasmani), ia ialah jiwa (rohani), yang ini erat kaitannya dengan tebal-tipisnya keimanan kita. Akhir kata, ini puisi renungan bernas!

Sukabumi, 20, Juli, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah