Minggu, 16 Februari 2020

Sastra Jungkir Balik


Bandung Mawardi *
Koran Sindo, 3/9/2017

Sejak puluhan tahun silam, Budi Darma lazim menganggap sastra itu jungkir balik. Segala anutan gampang berubah, dan berkebalikan saat tersaji di cerita.

Imajinasi memungkinkan peruntuhan ketetapan atau kebakuan, mengajak pembaca bergerak di batas ragu, kejutan, dan keliaran. Sastra menghindari keabsolutan, bermaksud memungkinkan pengarang dan pembaca bergerak ke situasi, dan hal terjauh. Buku kumpulan cerita berjudul Kritikus Adinan sejenak mengundang pembaca berkenan masuk ke jagat jungkir balik gubahan Budi Darma.

Pada 1984, Budi Darma pernah menjelaskan bahwa pengarang terbius untuk menulis mungkin tak memikirkan faedah perbuatan menulis. Kita membuktikan dengan membaca cerita-cerita mengejutkan, menjengkelkan, dan memusingkan, keanehan atau keganjilan menguasai ketimbang kewajaran. Pembaca tak dibiarkan bersantai saat bersantap cerita.

Budi Darma sedang menggedor imajinasi dan tumpukan gagasan telanjur mengikuti realitas. Kita mulai menikmati aneh di cerpen berjudul Penyair Besar, PenyairKecil. Budi Darma tampak menaruh kritik pada obsesi penggubah puisi. Tenar dan serbuan pujian memicu Penyair Kecil tekun marah, sedih, dan sangat berharap. Alkisah, Penyair Besar diundang berceramah di suatu kota.

Panitia ingin meladeni dengan kehormatan, meski berlebihan. Sikap itu ditentang Penyair Kecil, mengaku sebagai teman lama dari Penyair Besar. Iri melanda dan mengarah ke ejekan mengandung marah kepada panitia: “Mereka berusaha untuk menyambut kau besar-besaran, diinapkan di hotel segala, itu perlunya untuk korupsi.

Itulah kalau orang tidak tahu apa itu sastra sebenarnya dan tidak tahu apresiasi sastra yang sebenarnya.” Di jagat perpuisian, orang-orang sering terobsesi jadi pujangga tenar, tapi gagal menggubah puisi-puisi apik. Penyair Kecil gegabah mengumbar marah dan iri ke sembarang orang. Dia menggubah puisi-puisi bermodal plagiat, dan meniru secara ceroboh.

Pada Penyair Besar, dia ingin minta nasihat, tapi berlagak paling mengerti puisi dan menebar hujatan kepada para tokoh sastra. Marah tak pernah padam. Pengakuan mangkel: “Sajakku ini sangat indah. Ketika kukirimkan ke Horison, ditolak. Semua orang Horison rupanya goblok.” Penyair Besar berusaha sabar tapi gagal.

Ulah dan kata Penyair Kecil justru mengabarkan penjungkir balikan kemuliaan berpuisi dan keinsafan untuk mempersembahkan puisi-puisi bergelimang makna. Cerpen mengesankan suguhan Budi Darma berjudul Kritikus Adinan. Para pembaca mungkin lekas ingat novel Proses dari Franz Kafka saat membaca awal-awal cerita.

Kritikus Adinan mendapat surat panggilan ke pengadilan tanpa tahu kesalahan dan tuduhan. Dia dipaksa datang ke pengadilan dalam bingung dan ketiadaan informasi gamblang. Di pengadilan, dia sering terkena marah akibat gerak raga atau bahasa. Di pengadilan, dia perlahan mengerti ada keapesan sebutan diri sebagai kritikus.

Sekian pihak mencurigai kebiasaan menulis kritik dan pengakuan pada pemberian sebutan Kritikus Adinan. Budi Darma seperti sedang mengusik tata politik dan sastra pada masa Orde Baru. Kritik adalah gangguan dan momok.

Di pengadilan, Kritikus Adinan mendapat serangan keras: “Mengapa kau tidak sanggup memberi tahu kepada semua orang mengenai kritik yang kau tulis, sehingga semua orang tahu bahwa kau kritikus? Mengapa kau tidak sanggup melarang semua orang yang tidak tahu kau menulis kritik, tapi menamakan kau kritikus?” Perkembangan sastra Indonesia masa 1970-an sampai 1990-an mencatat otoritas para kritikus sastra mendapat gugatan.

Ketokohan HB Jassin ingin dikoreksi dengan kemunculan para kritikus baru, meski masih timpang dalam pembuktian publikasi tulisan-tulisan kritik sastra dan pengaruh. Di mata para pengarang, kritikus sastra gampang diremehkan dan ditolak, berdalih tak pernah mengerti atau mengalami pergulatan sebagai pengarang.

Kritikus Adinan dihadapkan pada jungkir balik kebermaknaan menulis kritik, pengakuan publik, dan penolakan atas nama pengadilan. Situasi tak keruan juga dialami tokoh di cerpen berjudul Pengarang Rasman . Di suatu kota, jajaran birokrasi dan publik ingin menghormati Pengarang Rasman. Penghormatan itu sulit diterima dengan seribu argumentasi.

Pengarang Rasman telanjur dianggap pengarang besar, meski orang-orang enggan membaca buku-buku hasil bersastra dari Pengarang Rasman. Orang-orang cuma ingin mengecap bahwa Pengarang Rasman itu tenar dan besar tanpa apresiasi ke teks-teks sastra. Pengarang Rasman memilih menghindari pesta pujian. Dikota, posisi Pengarang Rasman sering salah dan berisiko dilematis.

Para pejabat dan wartawan sering memaksa Pengarang Rasman terlibat dalam pelbagai perkara dengan urun pemikiran atau solusi. Pengarang Rasman kalem menjawab berulang tanpa bosan: “Maaf, saya tidak punya pendapat.” Jawaban itu malah sering dipelintir dan dimanipulasi dalam pemberitaan di koran atau obrolan dalam acara-acara publik.

Pengarang Rasman dipaksa dijadikan tokoh panutan dan sumber pemikiran bijak. Pembaca agak mengerti bahwa ketokohan dalam cerita itu mengacu ke tuntutan publik di Indonesia agar pengarang selalu mengerti pelbagai hal dan mau berpendapat.

Pengarang “dipaksa” berpredikat penggerak perubahan, bukan melulu penggubah cerita di lembaran-lembaran kertas. Budi Darma telah mengingatkan bahwa pengarang rentan terjungkir balikkan oleh serbuan tuntutan publik. Begitu.

*) Bandung Mawardi, Kuncen Bilik Literasi (Solo).
http://koran-sindo.com/page/news/2017-09-03/0/15/Sastra_Jungkir_Balik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah