Jumat, 15 Mei 2020

Potret Poskolonial Indonesia dalam Sastra

Judul: Post-kolonialisme Indonesia, Relevansi Sastra
Penulis: Prof Dr Nyoman Kutha Ratna SU
Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, 2008
Tebal: xii+497 halaman
Peresensi: Lukman Santoso Az
suaramerdeka.com

KETERBENTUKAN Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga hari ini, yang meliputi wilayah dari Sabang sampai Merauke, sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa semata-mata didasarkan atas kesadaran ber-Tanah Air, berbangsa, dan berbahasa yang sama. Nasionalisme Indonesia yang begitu kuat yang lahir hampir satu abad ini disadari atau tidak merupakan akibat langsung kolonialisme.

Dengan kata lain, kolonialismelah yang dianggap sebagai faktor utama kebangkitan nasionalisme. Selain itu, membenarkan yang dikatakan Kartodirdjo (1990), bahwa realitas sejarah ini terjadi karena ada hubungan secara terus-menerus antara ciri-ciri politik kolonial dengan kebangkitan nasionalisme itu sendiri. Artinya, intensitas perlawanan bangsa indonesia tergantung dari kualitas represif pemerintah kolonial Belanda. Dan secara historis, kolonialisme di Indonesia sekaligus dengan hegemoni politik dan ekonomi beserta sistem eksploitasinya, telah terjadi sejak awal abad ke-17, yakni ditandai dengan pendirian Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC) oleh Belanda. Kemudian disusul Inggris yang juga mendirikan organisasi sejenis, yaitu East Indies Company (EIC) yang berpusat di Kalkuta, India. Selanjutnya serikat dagang Belanda yang bertujuan menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara ini lebih dikenal dengan nama Kompeni. Hegemoni politik dan sistem eksploitasi Kompeni membawa perubahan dalam berbagai bidang, seperti; sistem birokrasi, industrialisasi, transportasi, edukasi, komunikasi, dan berbagai bentuk hubungan sosial lain.

Dampak Psikologis

Perubahan inilah yang membawa dampak psikologis berupa kesadaran berbangsa dan ber-Tanah Air atau bernasionalisme. Berangkat dari realitas historis itulah tampaknya buku ini hadir. Buku ini diberi judul Postkolonialisme Indonesia; Relevansi Sastra tampaknya dengan pertimbangan beberapa hal, yaitu pertama, semua pembicaraan yang berkaitan dengan teori poskolonialisme mengacu pada implikasi kolonialisme Indonesia itu sendiri. Kedua, objek yang menjadi kajian buku ini didominasi oleh masalah-masalah yang berkaitan dengan sastra, baik fiksi maupun nonfiksi. Masalah-masalah yang berkaitan dengan sejarah, pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan, pada umumnya berfungsi sebagai pendukung dalam kajian tersebut.

Dalam pandangan penulis, pergeseran minat penelitian postkolonialisme menuju karya sastra, pada dasarnya disebabkan beberapa hal, antara lain, yakni banyak naskah karya sastra yang dapat dijadikan objek, karya sastra lebih menarik sebab menceritakan kehidupan manusia yang penuh kemungkinan, dan yang terpenting, dalam karya sastralah bahasa sebagai wacana, dieksploitasi sedemikian rupa sehingga semua maksud yang tersembunyi dapat dibongkar.

Hegemoni narasi-narasi orientalisme dapat ditelanjangi secara lebih tuntas dalam karya sastra, baik melalui cara-cara penyajian yang dilakukan oleh pengarang, maupun cara-cara analisis yang dilakukan pembaca. Dalam kaitannya dengan aktivitas kreatif ini, tentu sejumlah karya sastra yang dianggap relevan, yaitu yang dapat menjelaskan ciri-ciri postkolonialisme. Karya-karya yang dimaksudkan tersebut mewakili keseluruhan khazanah sastra Indonesia modern, khususnya fiksi, sejak Sastra Melayu Tionghoa hingga menjelang periode 2000. Sependapat dengan Edward Said (1995), yang menunjuk novel sebagai korpus utama data penelitian poskolonialisme, dengan pertimbangan bahwa novel memiliki medium yang paling luas dan lengkap, sehingga dianggap mempunyai kemampuan tertinggi untuk menjelaskan kehidupan manusia.

Ciri-ciri Poskolonialisme

Karena sejumlah karya yang memiliki ciri-ciri poskolonialisme yang menjadi objek kajian buku ini merupakan representasi periodisasi. Karya Sastra yang menjadi objek kajian buku ini yaitu, karya sastra empat periode pertama; sastra Melayu Rendah (Tionghoa), sastra Hindia Belanda, sastra Balai Pustaka, dan sastra Pujangga Baru, yang juga disebut sebagai sastra sebelum perang, masing-masing menampilkan dua karya, sedangkan periode terakhir, periode sesudah Pujangga Baru, yang juga disebut sastra sesudah perang menampilkan lima karya.

Khazanah sastra yang dibagi menjadi periode, angkatan dan generasi tersebut tentu memiliki cirinya masing-masing. Sebut saja sastra Melayu Tionghoa misalnya, dengan menggunakan bahasa Melayu Rendah, merupakan khazanah yang sangat kaya dan beragam. Sastra Melayu Tionghoa justru banyak menjanjikan perlawanan terhadap kolonial Belanda yang cukup kental, seperti dilukisakan dalam cerita Nyai Dasima (G Francis, 1896) dan cerita Nyai Paina (H Kommer, 1900). Dalam periode selanjutnya, sastra Balai Pustaka merupakan karya sastra yang lahir pada periode ketiga, sehingga seolah-olah merupakan hasil pemerintah kolonial yang sesuai dengan tujuan pemerintah, maka wajar jika tampak tidak banyak menampilkan perlawanan terhadap penjajah. Karena itulah mungkin, sastra Balai Pustaka sering ditolak sebagai awal sastra Indonesia modern.

Cerita Siti Nurbaya (Marah Rusli, 1922) dan cerita Salah Asuhan (Abdoel Moeis, 1928), yang merupakan karya sastra Balai Pustaka pada umumnya menunjukkan sejumlah ciri dalam kaitan dengan kekuasaan kolonial terhadap kreativitas sastra. Nah, dalam periode selanjutnya sastra Pujangga Baru tampak lahir dengan menampilkan ciri-ciri yang sangat berbeda. Sesuai dengan namanya, Pujangga Baru bermaksud untuk menampilkan kebaruan, baik dalam kaitan dengan sastra maupun kebudayaan. Karena itu sastra Indonesia modern dianggap dimulai pada periode Pujangga Baru, bukan pada periode Balai Pustaka. Karya sastra Pujangga Baru, termasuk juga di dalamnya karya-karya sesudah perang, tampaknya sesuai dengan kompleksitas kehidupan manusia paskakolonialisme yang menampilkan berbagai masalah, seperti ditunjukkan melalui novel Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana, 1937), Belenggu (Armijn Pane, 1940), ataupun novel-novel sesudah perang, seperti Ateis (Achdiat Karta Mihardja, 1949), Pulang (Toha Mohtar, 1959), Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer, 1981), Burung-burung Manyar (YB Mangunwijaya, 1981), dan Para Priyayi (Umar Kayam, 1992), yang kesemuanya juga diulas dalam buku ini.

Pembacaan postkolonialisme sebagaimana proses pemahaman postkulturalisme pada umumnya merupakan pembacaan politis, strategis sehingga pembacaan melalui karya sastra ini, pada gilirannya justru memberikan hasil yang lebih luas dan beragam dalam aspek apa pun.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah