Amarzan Loebis
majalah.tempointeraktif.com
AMAHUSU, Amboina, 29 Juli 2007
Restoran itu menghadap ke laut. Malam baru saja bangkit. Di langit ada bintang, kemudian lampu-lampu pada kapal yang berlayar perlahan. Di dalam restoran, di semacam latar yang kepanggung-panggungan, satu band oom-oom Ambon memainkan lagu-lagu lama peninggalan big band Glenn Miller dan Benny Goodman.
Kami berlima meriung meja: Goenawan Mohamad, Teguh Ostenrik, Laksmi Pamuntjak, Arif Zulkifli-biasa kami panggil Azul-dan saya. Masih ada Frits, sopir mobil carteran dari Hotel Amans-betul, pakai huruf "s". Kerusuhan Maluku baru saja usai. Sepanjang siang kami bertemu penduduk berwajah ramah dan riang. Di lereng menuju Amahusu, di suatu tempat yang menghadap Teluk Ambon, kami dijamu seorang perempuan manis-istri salah seorang raja di kepulauan cengkeh dan pala itu-dengan kopi tubruk dan sukun goreng yang nyaman.
Sebelum santap malam, semuanya mengucapkan selamat ulang tahun kepada GM. Teguh, dengan iringan band oom-oom Ambon itu, menyanyikan sebuah lagu Amerika yang saya kenal tapi lupa judulnya. GM dan Laksmi berdansa sebentar-lebih sebagai basa-basi. Sedangkan saya dan Azul mengkhawatirkan satu hal: GM harus menulis "Caping" malam ini!
***
RUBRIK Catatan Pinggir dalam majalah Tempo bukanlah tajuk rencana. Sebermula ia merupakan usaha mengisi sepetak "ruang kosong" dan mengelakkan rasa bosan. Nama -rubriknya Fokus Kita. Di ruangan ini diperkenalkan para jurnalis Tempo yang terlibat menyiapkan edisi terakhir.
Karena barisan jurnalis Tempo pada masa awal itu belum panjang, segera timbul rasa jelak memperkenalkan wartawan yang itu-itu saja. Pada 5 Maret 1977-artinya pada usia keenam-Fokus Kita diganti dengan esai pendek, dan itulah cikal-bakal Catatan Pinggir.
Nama Catatan Pinggir-kelak lebih dikenal dan dikenang sebagai "Caping"-dirujukkan kepada semacam marginalia: catatan-catatan yang ditorehkan pada tepi halaman buku yang sedang dibaca. Ia semacam percikan-percikan yang berlintasan menyeberangi ide dan peristiwa. Ia tidak mengagitasi, tidak memprovokasi. Ia ibarat gumam, yang tak dipandu oleh nada dan irama.
Fokus Kita dan "Caping" kebetulan ditulis orang yang sama: Goenawan Mohamad. Pada mulanya ada pikiran, "Caping" boleh saja diisi oleh anggota Sidang Redaksi Tempo yang lain-tak mesti GM. Hingga 40 tahun usia majalah ini, pikiran itu tinggal pikiran!
Karena khuluknya yang marginalia, hampir bisa dipastikan setiap keping "Caping" mengutip-paling tidak menyebut-judul satu atau beberapa buku. Mungkin dengan cara itu GM ingin mendorong atau memandu para pembaca majalah Tempo untuk memetik buku yang bermanfaat di toko atau di bibliotek. Saya kira hanya sebatas itu. GM, misalnya, pasti tak pernah membayangkan dengan cara itu ia ingin "mengangkat minat baca anak bangsa menuju dunia ilmu pengetahuan" dan seterusnya.
Saya pernah bertanya kepada GM, apa yang membuat dia kuat menulis "Caping" setiap minggu, selama hampir empat puluh tahun terus-menerus. "Deadline," katanya, dengan senyumnya yang cerdik dan gampang mengecoh itu. "Kalau tidak ada deadline, tentu saya tidak menulis."
***
BANTUL, Yogyakarta, 14 Januari 2011.
Kami berempat, GM, Sitok Srengenge, Azul, dan saya, bersunyi-sunyi di sepetak hutan yang dibeli Sitok di Desa Bangun Jiwo, di pelosok yang belum terpetakan. Di sela hutan itu Sitok membangun rumah yang mengingatkan saya pada kastil-kastil perburuan di Eropa Kuno.
Hari itu Jumat, hari deadline majalah. Azul, yang baru diangkat menjadi redaktur eksekutif, mengingatkan GM bahwa sejak beberapa nomor terakhir deadline dimajukan, tidak lagi Sabtu petang seperti sebelumnya, tapi Jumat malam. GM menjawab singkat, "Ya, dan saya belum punya ide."
Dari pengalaman saya belajar, kalau GM bilang belum punya ide, dia memang belum punya ide! Saya langsung paham, "Caping" masih seperti dulu: percikan yang berlintasan menyeberangi ide dan peristiwa. Karena jaringan di "kastil perburuan" itu sangat buruk, malamnya kami berlabuh di sebuah kafe khas Yogya di Prawiro Taman, atau di manalah-saya tak ingat pasti. Saya dan Azul, dalam status cuti, tetap punya kewajiban memeriksa beberapa naskah. Sejam setelah bersenyap di depan laptop masing-masing, GM sudah membuat pernyataan, "Saya sudah mengirim 'Caping'."
***
PENGALAMAN Ambon dan Bantul makin memperkuat keyakinan saya: "Caping" tak bisa ditebak. Kecuali dalam beberapa kasus, "Caping" seperti tak punya urusan dengan newspeg, dengan aktualitas. Lebih dari itu, "Caping" tak bisa di-"intervensi".
Di Maluku, misalnya, kami menyerap berbagai pengalaman dramatis. Mulai turun dari kapal Lambelo menggunakan tangga bergoyang ke sampan-sampan kecil yang diayunkan ombak menuju dermaga Pelabuhan Namlea, Pulau Buru, sampai diperiksa di kantor polisi. Tapi, "Caping" yang keluar esoknya berjudul "Bergman", semacam "tribute" kepada sutradara film Ingmar Bergman yang termasyhur itu.
Di Bantul juga begitu. Dengan diskusi panjang di sepanjang perjalanan darat dari Jakarta hingga Yogya, berbagai pembicaraan tentang buku, makanan, politik, dan kegemaran, "Caping" yang terbit esoknya berjudul "Di Islandia", tentang novel Gudberger Bergsson, Svanurinn, yang terbit pada 1991 dan diterjemahkan Bernard Scudder sebagai The Swan.
***
satu-satunya Pemimpin Redaksi Tempo yang membangun karier lewat "jalur agen", punya cara yang khas dalam membicarakan "Caping". Rubrik ini, katanya, "Akhirnya menjadi medan pertarungan antara GM dan dirinya sendiri." Ketika saya menyampaikan kesimpulan TH ini kepada GM, ia tersenyum dan bergumam lemah, "Mungkin."
Kelemahan GM adalah, ia selalu berhasrat mencapai yang terbaik. Ia seorang perfeksionis. Begitu dalam berpuisi, begitu dalam ber-"Caping". Perjalanan dari "Caping" ke "Caping" adalah perjalanan pertarungan antara GM dan "Caping"-nya. Dari aspek ini, saya kadang-kadang iba kepada GM, yang seolah-olah memanggul "kutukan" yang tak bisa dihindarinya, yakni sang "Caping".
Di sekitar paruh pertama 1980-an, GM seolah macet berpuisi. Saya ingat suatu hari, di sebuah warung sate di lantai atas Proyek Senen, tempat Tempo berkantor ketika itu, GM dan saya berbincang dengan Keith Foulcher, pengamat sastra kiri Indonesia dari Monash University.
Keith bertanya, "Mengapa Anda tidak menulis puisi lagi?" GM menjawab, ringan sekali, "Amarzan juga tidak menulis puisi, begitu pula Chairil Anwar." Beberapa tahun GM tidak menerbitkan puisi. Tapi "Caping" jalan terus. "Kutukan" itu tak terhindari.
***
ADA yang berubah pada "Caping" pascabredel. Rubrik itu kini satu halaman penuh-bahkan kadang-kadang dua halaman. Ia ditempatkan di halaman akhir, dari sebelumnya di halaman tengah. Ketika saya bertanya, GM membenarkan bahwa makin lama ia makin intens menggeluti lintas pemikiran. Ia makin khusyuk menghayati filsafat.
R. William Liddle, guru besar di Ohio State University, dalam kata pengantarnya untuk buku Catatan Pinggir Jilid 3, mengatakan, "Goenawan Mohamad adalah burung langka dalam sangkar intelektual modern Indonesia." Liddle, saya kira, melakukan kesalahan dalam memilih metafora. Langka atawa tak langka, GM tetap tak bisa diandaikan terkurung dalam sangkar apa pun, kecuali oleh orang yang cakrawala keberpikirannya memang terbatas.
Memang tak semua orang paham akan tulisan "Caping". Bahkan tak semua orang tahu persis apa yang ditulis GM setiap pekan di majalah Tempo itu. Saya pernah bertemu seorang perwakilan penerbit dari negeri Belanda, yang menyatakan sangat kagum pada tulisan GM di Tempo. "Yang mana?" saya bertanya. Dia menjawab, tanpa rasa bersalah, "Itu lho, catatan pinggir jalan!"
Tapi, dalam perjalanan menuju empat puluh tahun, "Caping"-"kutukan" itu-telah menyebarkan kerajinan berpikir, keberanian mempertanyakan, dan kesabaran menenggang perbedaan, dengan cara yang tidak berteriak, apalagi mengibarkan kelewang. "Kutukan" itu telah menyebarkan pencerahan, lewat cara yang sangat sederhana.
07 Maret 2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar