Sabtu, 06 Juni 2020

Caping, 'Kutukan' yang Mencerahkan

Amarzan Loebis
majalah.tempointeraktif.com

AMAHUSU, Amboina, 29 Juli 2007

Restoran itu menghadap ke laut. Malam baru saja bangkit. Di langit ada bintang, kemudian lampu-lampu pada kapal yang berlayar perlahan. Di dalam restoran, di semacam latar yang kepanggung-panggungan, satu band oom-oom Ambon memainkan lagu-lagu lama peninggalan big band Glenn Miller dan Benny Goodman.

Kami berlima meriung meja: Goenawan Mohamad, Teguh Ostenrik, Laksmi Pamuntjak, Arif Zulkifli-biasa kami panggil Azul-dan saya. Masih ada Frits, sopir mobil carteran dari Hotel Amans-betul, pakai huruf "s". Kerusuhan Maluku baru saja usai. Sepanjang siang kami bertemu penduduk berwajah ramah dan riang. Di lereng menuju Amahusu, di suatu tempat yang menghadap Teluk Ambon, kami dijamu seorang perempuan manis-istri salah seorang raja di kepulauan cengkeh dan pala itu-dengan kopi tubruk dan sukun goreng yang nyaman.

Sebelum santap malam, semuanya mengucapkan selamat ulang tahun kepada GM. Teguh, dengan iringan band oom-oom Ambon itu, menyanyikan sebuah lagu Amerika yang saya kenal tapi lupa judulnya. GM dan Laksmi berdansa sebentar-lebih sebagai basa-basi. Sedangkan saya dan Azul mengkhawatirkan satu hal: GM harus menulis "Caping" malam ini!
***

RUBRIK Catatan Pinggir dalam majalah Tempo bukanlah tajuk rencana. Sebermula ia merupakan usaha mengisi sepetak "ruang kosong" dan mengelakkan rasa bosan. Nama -rubriknya Fokus Kita. Di ruangan ini diperkenalkan para jurnalis Tempo yang terlibat menyiapkan edisi terakhir.

Karena barisan jurnalis Tempo pada masa awal itu belum panjang, segera timbul rasa jelak memperkenalkan wartawan yang itu-itu saja. Pada 5 Maret 1977-artinya pada usia keenam-Fokus Kita diganti dengan esai pendek, dan itulah cikal-bakal Catatan Pinggir.

Nama Catatan Pinggir-kelak lebih dikenal dan dikenang sebagai "Caping"-dirujukkan kepada semacam marginalia: catatan-catatan yang ditorehkan pada tepi halaman buku yang sedang dibaca. Ia semacam percikan-percikan yang berlintasan menyeberangi ide dan peristiwa. Ia tidak mengagitasi, tidak memprovokasi. Ia ibarat gumam, yang tak dipandu oleh nada dan irama.

Fokus Kita dan "Caping" kebetulan ditulis orang yang sama: Goenawan Mohamad. Pada mulanya ada pikiran, "Caping" boleh saja diisi oleh anggota Sidang Redaksi Tempo yang lain-tak mesti GM. Hingga 40 tahun usia majalah ini, pikiran itu tinggal pikiran!

Karena khuluknya yang marginalia, hampir bisa dipastikan setiap keping "Caping" mengutip-paling tidak menyebut-judul satu atau beberapa buku. Mungkin dengan cara itu GM ingin mendorong atau memandu para pembaca majalah Tempo untuk memetik buku yang bermanfaat di toko atau di bibliotek. Saya kira hanya sebatas itu. GM, misalnya, pasti tak pernah membayangkan dengan cara itu ia ingin "mengangkat minat baca anak bangsa menuju dunia ilmu pengetahuan" dan seterusnya.

Saya pernah bertanya kepada GM, apa yang membuat dia kuat menulis "Caping" setiap minggu, selama hampir empat puluh tahun terus-menerus. "Deadline," katanya, dengan senyumnya yang cerdik dan gampang mengecoh itu. "Kalau tidak ada deadline, tentu saya tidak menulis."
***

BANTUL, Yogyakarta, 14 Januari 2011.

Kami berempat, GM, Sitok Srengenge, Azul, dan saya, bersunyi-sunyi di sepetak hutan yang dibeli Sitok di Desa Bangun Jiwo, di pelosok yang belum terpetakan. Di sela hutan itu Sitok membangun rumah yang mengingatkan saya pada kastil-kastil perburuan di Eropa Kuno.

Hari itu Jumat, hari deadline majalah. Azul, yang baru diangkat menjadi redaktur eksekutif, mengingatkan GM bahwa sejak beberapa nomor terakhir deadline dimajukan, tidak lagi Sabtu petang seperti sebelumnya, tapi Jumat malam. GM menjawab singkat, "Ya, dan saya belum punya ide."

Dari pengalaman saya belajar, kalau GM bilang belum punya ide, dia memang belum punya ide! Saya langsung paham, "Caping" masih seperti dulu: percikan yang berlintasan menyeberangi ide dan peristiwa. Karena jaringan di "kastil perburuan" itu sangat buruk, malamnya kami berlabuh di sebuah kafe khas Yogya di Prawiro Taman, atau di manalah-saya tak ingat pasti. Saya dan Azul, dalam status cuti, tetap punya kewajiban memeriksa beberapa naskah. Sejam setelah bersenyap di depan laptop masing-masing, GM sudah membuat pernyataan, "Saya sudah mengirim 'Caping'."
***

PENGALAMAN Ambon dan Bantul makin memperkuat keyakinan saya: "Caping" tak bisa ditebak. Kecuali dalam beberapa kasus, "Caping" seperti tak punya urusan dengan newspeg, dengan aktualitas. Lebih dari itu, "Caping" tak bisa di-"intervensi".

Di Maluku, misalnya, kami menyerap berbagai pengalaman dramatis. Mulai turun dari kapal Lambelo menggunakan tangga bergoyang ke sampan-sampan kecil yang diayunkan ombak menuju dermaga Pelabuhan Namlea, Pulau Buru, sampai diperiksa di kantor polisi. Tapi, "Caping" yang keluar esoknya berjudul "Bergman", semacam "tribute" kepada sutradara film Ingmar Bergman yang termasyhur itu.

Di Bantul juga begitu. Dengan diskusi panjang di sepanjang perjalanan darat dari Jakarta hingga Yogya, berbagai pembicaraan tentang buku, makanan, politik, dan kegemaran, "Caping" yang terbit esoknya berjudul "Di Islandia", tentang novel Gudberger Bergsson, Svanurinn, yang terbit pada 1991 dan diterjemahkan Bernard Scudder sebagai The Swan.
***

satu-satunya Pemimpin Redaksi Tempo yang membangun karier lewat "jalur agen", punya cara yang khas dalam membicarakan "Caping". Rubrik ini, katanya, "Akhirnya menjadi medan pertarungan antara GM dan dirinya sendiri." Ketika saya menyampaikan kesimpulan TH ini kepada GM, ia tersenyum dan bergumam lemah, "Mungkin."

Kelemahan GM adalah, ia selalu berhasrat mencapai yang terbaik. Ia seorang perfeksionis. Begitu dalam berpuisi, begitu dalam ber-"Caping". Perjalanan dari "Caping" ke "Caping" adalah perjalanan pertarungan antara GM dan "Caping"-nya. Dari aspek ini, saya kadang-kadang iba kepada GM, yang seolah-olah memanggul "kutukan" yang tak bisa dihindarinya, yakni sang "Caping".

Di sekitar paruh pertama 1980-an, GM seolah macet berpuisi. Saya ingat suatu hari, di sebuah warung sate di lantai atas Proyek Senen, tempat Tempo berkantor ketika itu, GM dan saya berbincang dengan Keith Foulcher, pengamat sastra kiri Indonesia dari Monash University.

Keith bertanya, "Mengapa Anda tidak menulis puisi lagi?" GM menjawab, ringan sekali, "Amarzan juga tidak menulis puisi, begitu pula Chairil Anwar." Beberapa tahun GM tidak menerbitkan puisi. Tapi "Caping" jalan terus. "Kutukan" itu tak terhindari.
***

ADA yang berubah pada "Caping" pascabredel. Rubrik itu kini satu halaman penuh-bahkan kadang-kadang dua halaman. Ia ditempatkan di halaman akhir, dari sebelumnya di halaman tengah. Ketika saya bertanya, GM membenarkan bahwa makin lama ia makin intens menggeluti lintas pemikiran. Ia makin khusyuk menghayati filsafat.

R. William Liddle, guru besar di Ohio State University, dalam kata pengantarnya untuk buku Catatan Pinggir Jilid 3, mengatakan, "Goenawan Mohamad adalah burung langka dalam sangkar intelektual modern Indonesia." Liddle, saya kira, melakukan kesalahan dalam memilih metafora. Langka atawa tak langka, GM tetap tak bisa diandaikan terkurung dalam sangkar apa pun, kecuali oleh orang yang cakrawala keberpikirannya memang terbatas.

Memang tak semua orang paham akan tulisan "Caping". Bahkan tak semua orang tahu persis apa yang ditulis GM setiap pekan di majalah Tempo itu. Saya pernah bertemu seorang perwakilan penerbit dari negeri Belanda, yang menyatakan sangat kagum pada tulisan GM di Tempo. "Yang mana?" saya bertanya. Dia menjawab, tanpa rasa bersalah, "Itu lho, catatan pinggir jalan!"

Tapi, dalam perjalanan menuju empat puluh tahun, "Caping"-"kutukan" itu-telah menyebarkan kerajinan berpikir, keberanian mempertanyakan, dan kesabaran menenggang perbedaan, dengan cara yang tidak berteriak, apalagi mengibarkan kelewang. "Kutukan" itu telah menyebarkan pencerahan, lewat cara yang sangat sederhana.

07 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah