Selasa, 02 Juni 2020

Heidegger dan Pengabaian Goenawan Mohamad

Dwi Pranoto

Tulisan A.S. Laksana “Sains dan Hal-Hal Baiknya” dan sanggahan Goenawan Mohamad (GM) “Sains dan Masalah-Masalahnya, Sulak dan Dua Kesalahannya”, sebenarnya sama-sama menyokong sains. Namun keduanya dipisahkan oleh sains sebagai praksis dan “sains sebagai ide”. Oleh karenanya, A.S. Laksana dalam “Sains dan Hal-Hal Baiknya” lebih menyodorkan bukti-bukti mengenai manfaat sains untuk memecahkan masalah aktual dan memudahkan kerja manusia. Pada sisi lain, Goenawan berupaya membawa sains lebih pada semacam situasi-situasi kritisnya yang ditandai oleh kejumudan.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, harus dijelaskan di sini bahwa apa yang disebut “sains sebagai ide” adalah seperti melatakan sains di atas meja operasi: menginterogasi, mengamati, mendiskrepsikan, mendefinisikan, dan menilai. Tentu saja, GM tidak secara ketat melakukan langkah-langkah itu dalam tulisannya. Namun, yang pasti, GM meletakan sains sebagai obyek; persis seperti ia menggunakan Karl Popper untuk membela sikap skeptisnya terhadap sains. Hal ini membuat GM berada di “luar” sains, dan membedakannya dengan posisi A.S. Laksana yang relatif di “dalam” sains. Namun, apa yang mesti diingat, percakapan antara AS Laksana dan GM berada di dalam pandemi covid-19.

Problem paling kentara dari sanggahan Goenawan dalam “Sains dan Masalah-Masalahnya” adalah ia tidak mengacu pada masalah aktual, pandemi covid-19, sebagai tantangan yang harus dijawab sains saat ini. Sanggahan Goenawan juga melepaskan diri dari kecenderungan anti-sains dalam masyarakat Indonesia hari ini. Padahal, “Sains dan Hal-Hal Baiknya”, bagaimanapun, meletakan dirinya dalam dua hal itu. Akibatnya, sanggahan Goenawan Mohamad hanya mempersoalkan “berkhidmat kepada Hegel dan Heidegger” dan itupun dilepaskan dari sifat relatifnya terhadap “berkhidmat pada sains”. Saya tidak ingin berbantah mengenai apakah GM “anti-Hegel” atau tidak. Tapi penilaian GM terhadap AS Laksana, perihal “berkhidmat kepada Hegel dan Heidegger”, tidak ditarik dari kasusnya secara utuh. Alih-alih, GM justru merefleksikan clausa “berkhidmat kepada Hegel dan Heidegger” melalui sejarah dirinya sendiri.

Problem pengabaian pandemi dan kecenderungan penanggapan sosial terhadapnya membawa GM ke kekeliruan selanjutnya. Bukan soal “kepastian sains” yang disanggahnya, yang bagaimanapun adalah kesalahan pembacaan AS Laksana atas pernyataan GM. Mungkin serangan AS Laksana yang memparalelkan “kritik-kritik” GM terhadap sains dengan “serangan gereja atas Galileo” meleset dari posisionalitas GM. Namun, serangan AS Laksana tersebut juga mesti sekaligus dibaca sebagai respon terhadap kecenderungan semangat anti-sains yang dihembuskan dalam dalih-dalih keagamaan di musim pandemi ini. Dari pada menanggapi serangan A.S. Laksana dalam kerangka kasus aktual, GM malah menyebut pernyataan-pernyataan AS Laksana sebagai usang, sembari menegakan posisionalitasnya sendiri.

Problem pengabaian pandemi ini berlanjut saat GM berpidato tentang fenomonologi Heidegger. Maksudnya, GM tidak membawa pandemi covid-19 “melampaui” tatapan sains dalam terang fenomonologi Heidegger. Hal ini tampaknya berakar pada pemahaman GM yang keliru atas pikiran-pikiran Heidegger. Bila GM benar membaca “What is Thing?” (saya tidak bisa bahasa Jerman, jadi tak membaca “Die Frage nach dem Ding”) ia pasti tahu bahwa Heidegger meletakan pikiran-pikiran filsafatnya dalam lapangan yang total berbeda dengan sains dan tidak dapat dibandingkan. “However, with our question we stand outside the sciences, and the knowledge for which our question is neither better nor worse but totally different”. Jadi pikiran-pikiran Heidegger tidak dapat digunakan untuk menggebuki sains. Selain itu, pengoperasian istilah Gestell dalam tulisan GM benar-benar jauh dari Heideger. “Gestell” yang dalam bahasa Inggris sering diterjemahkan “Enframing” bukan berarti “’membaca’ realitas dalam bentuk sudah dalam pigura”. Gestell (dalam “What is Thing?” saya tidak menemukan Gestell, saya menemukannya dalam “The Questioning Concerning Technology”) adalah semacam titik berangkat atau posisionalitas dari himpunan sains/teknologi, manusia, dan alam yang di dalamnya bersamayam potensionalitas suatu kelahiran atau penyingkapan kebenaran, semacam suatu ruang yang menyimpan bakal bringing-forth, bakal poiesis. Heidegger tidak bicara sains/teknologi sebagai suatu prosedur ilmiah dan/atau hal apapun yang ilmiah, tapi esensi sains/teknologi. Ia menghilangkan kategori-kategori sains seperti sosiologi, epidemologi, fisika, biologi. Artinya ia tidak membedakan pembangkit listrik tenaga nuklir dengan bom atom, tidak membedakan mesin panen dengan instalasi gas beracun untuk “memanen” orang-orang Yahudi di kamp konsentrasi. Bergeser sedikit dari posisi yang diambil Heidegger dalam memandang esensi, kita akan menemukan pengabaian keputusan etik dan pilihan-pilihan politis yang memerosotkan kita ke dalam kekejian. Saya khawatir, pengabaian GM terhadap pandemi terjadi karena pengambilan posisi yang demikian.

2 Juni 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah