Jumat, 07 Agustus 2020

Sastra dan E=MC2

Imam Nawawi *

Minggu Pagi, No.06 Th 64/I Mei 2011

Sastra tidak cukup dipahami sebagai letupan emosi dan pikiran sastrawannya. Reduksi besar-besaran akan terjadi apabila sastra dipahami sebatas buah imajinasi kreatif. Jauh di atas segala persepsi selama ini, sastra adalah miniatur alam semesta. Kata-kata sastrawi sangat ringkas, padat, namun di balikknya terlampir rahasia dunia.

Sastra merupakan barang paling berharga yang pernah ada. Penciptaan karya sastra lahir dari tangan-tangan kaum intelektual yang super genius. Sebab hanya kaum cendikiawan yang mampu menyelipkan rahasia dunia di balik kalimat-kalimat singkat sastrawi mereka.

Untuk sastra sebagai kalimat padat imajinatif saya setuju dengan Sutardji Calzoum Bachri ketika mengatakan bahwa teks Sumpah Pemuda bukan sekadar dokumen sosial politik. Persyaratan sebagai karya puisi yang imajinatif, bahasa padat, kuat, dan menyaran makna, teks Sumpah Pemuda telah memenuhinya dengan sempurna (Republika, 9/9/2007).

Catatan berikutnya teks resolusi Sumpah Pemuda tersebut tidak lahir dari otak-otak bodoh. Teks resolusi ini diciptakan oleh tokoh-tokoh intelektual terkemuka pada Kongres Pemuda kedua di Jakarta, 28 Mei 1928. Sutan Takdir Alisjahbana, Muhammad Yamin, dkk., adalah orang-orang genius dan ilmuan kelas kakap yang memelopori penciptaan teks sastrawi Sumpah Pemuda (Asep Sambodja, Epilog: Kronik Sejarah Sastra Indonesia, 1928).

Teks Sumpah Pemuda sebagai karya sastra berhasil menampilkan impian, imajinasi, gejolak emosi dan pikiran penciptanya dalam wajah yang ringkas namun kuat. Yang seandainya gejolak emosi dan pikiran tersebut diurai maka dibutuhkanlah ribuan halaman kertas untuk menjelaskan perjalanan sebuah perjuangan panjang supaya bahasa-bahasa daerah, bahasa Melayu, bangsa Hindia Belanda, putra-putri Jawa, Sumantera, Sulawesi dan seterusnya, tergantikan oleh Bahasa Indonesia, Bangsa Indonesia, dan Tanah Air Indonesia.

Akan tetapi—sekali lagi—sastra itu sendiri lebih dari sekadar impian dan imajinasi. Sastra adalah barang ilmiah yang lahir dari kerja riset dan penelitian dengan tetap mempertahankan nilai-nilai sastrawinya sebagi kalimat singkat dan kuat. Mungkin kita akan tersentak mendengar Albert Einstein yang memopularkan sepenggal karya ‘puisinya’: E=MC2. Kalangan akademikus tidak akan asing lagi terhadap teori persamaan cetusan sang genius puitis Einstein ini.

E=MC2 adalah simbol-simbol tentang beberapa unsur urgen dunia; energi, massa, dan cahaya, yang mulanya parsial namun kemudian dikonstruksi sedemikian rupa menjadi satu paket kesatuan utuh, satu sama lain dikait-kaitkan oleh kekuatan imajinasi logis otak Einstein. 

Roland Barthes (1972) dalam Mythologies menyediakan ruang khusus untuk mengulas karya sang genius Einstein. Aspek-aspek semiotis dan mistisisme dalam teori Einstein dipapar dengan detail. Katanya, kita telah menemukan semua tema gnostik; kesatuan jagat, kemungkinan ideal dalam suatu reduksi fundamental terhadap dunia, kekuatan yang bersifat membuka dalam kata, usaha keras sepanjang masa antara sebuah rahasia dan sebuah ungkapan, gagasan bahwa seluruh pengetahuan hanya dapat ditemukan sekaligus. E=MC2 adalah persamaan historis atau sebuah kunci yang kesederhanaannya tak terduga, polos, murni, dan membuka ruang misteri yang sempat terkunci selama berabad-abad.

Beberapa huruf konsonan, satu angka, tanpa satu pun huruf vokal dalam teori ciptaan Einstein ini ‘mungkin lebih mantra’ dari puisi-puisi mantra presiden penyair kita Sutardji. Mendengar teori Einstein dibacakan, tenaga sebagian kaum sastrawan kita akan melemah, kehilangan daya dan optimisme, untuk tampil menandingi karya sastrawi Einstein tersebut. Bahkan, ketika mengambil objek batu, air, udara untuk mencitakan karya sastra, perlu kiranya ‘berguru’ kepada karya-karya para filsuf Berkeley, Schelling yang secara sastrawi mereka telah membincangkan tentang batu hermetist, air ter (tar-water), dan oksigen.

Berbeda lagi ketika mengambil objek bulan, matahari, dan cahaya yang masih banyak digandrungi. Objek-objek ini telah menginspirasi kaum genius untuk melahirkan teori dan madzhab pemikirannya. Sekadar contoh, Isyraqiyah, Wahdat al-Wujud, dan Wahdat al-Syuhud adalah madzhab-madzhab pemikiran yang orisinil produksi filsuf Timur, dan kini telah mendunia serta diamini Barat.

Muhyiddin Ibnu Arabi dalam ‘Anqa’ Maghrib fi Khatm al-Auliya wa Syams al-Maghrib, Al-Tanazzulat al-Maushuliyat, Al-Isra ila Maqam al-Asra, dan Al-Tajalliyat, menampilkan dirinya sebagai sosok sastrawan ulung dengan objek-objek cahaya, matahari, dan bulan. Karya-karya Ibnu Arabi lebih dari sekadar imajinasi, ia telah mencapai garis batas ilmiah sebuah ilmu pengetahuan.

Akan tetapi, sebagai karya sastra teori E=MC2 yang sangat ilmiah tersebut tetap saja tidak tuntas dipahami. Sebab bahasa yang sastrawi selalu mengungkapkan sekaligus menutupi dirinya sendiri. Ini watak dasar dari sebuah karya sastra. Karena itulah, Albert Einstein pun, sang pencetus teori, tidak sepenuhnya berhasil memahami teorinya sendiri. Pada saat detik-detik menjelang kematiannya pihak rumah sakit meminta Einstein terus berpikir tentang relativitas. Einstein yang sedang berbaring; kepalanya dipenuhi kabel-kabel listrik: gelombang otaknya direkam (Roland, 1972).

Einstein membawa ketidakpahaman sampai ke liang lahat. Roland Barthes memberi penilaian, “kegagalan ada pada pihak Einstein. Einstein mati tanpa pernah memverifikasi persamaan yang di dalamnya rahasia dunia terlampir (E=MC2).” Sehingga pada akhirnya, masih menurut Roland, dunia tetap bertahan, hampir tidak terbuka, rahasia itu tertutup lagi, kode itu belum lengkap.

Dengan cara itulah, Einstein membiarkan E=MC2 layaknya sepenggal puisi yang tak selesai ditafsiri, dan menunggu karya sastrawi tandingannya. Pintu ‘ijtihad’ untuk berkarya belum tertutup.

***

*) Imam Nawawi, lahir di Sumenep 1989. Sempat belajar di beberapa pondok pesantren seperti PP. Assubki Mandala Sumenep, PP. Nasyatul Muta'allimin Gapura Timur Sumenep, PP. Annuqayah Guluk-guluk Sumenep, PP. Hasyim Asy'ari Bantul Yogyakarta, PK. Baitul Kilmah Bantul Yogyakarta, PP. Kaliopak Bantul Yogyakarta, dan PP. Al-Qodir Sleman Yogyakarta. Kini sedang menempuh pendidikan jenjang S2 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah