Mario F. Lawi
Pos Kupang, 26 Sep 2011
MATAHARI menjelma dua. Semua orang panik dan
berteriak. Karena tiba-tiba saja sebuah bola api raksasa berputar di angkasa.
Meninggalkan gelegar dan kilau di langit. Meninggalkan bias-bias cahaya setiap
kali menjengkal angkasa. Sebagian orang berpikir bahwa bintang lain akan
mengancam keberadaan bumi.
Sebagian lagi berpendapat
bahwa inilah kutukan Tuhan bagi dunia yang semakin terpuruk.
Tapi para ilmuwan
memastikan bahwa bola raksasa itu bukanlah matahari ataupun benda-benda angkasa
yang sudah terdeteksi sebelumnya. Benda itu merupakan benda asing yang belum
pernah diketahui sebelumnya. Tak ada satelit ataupun teropong yang mampu
memastikan benda apakah itu. Temperatur bumi bahkan tidak meningkat. Hanya
frekuensi cahaya yang semakin bertambah. Malam tak akan pernah lagi menudungi
bumi dengan kelam.
Segenap penduduk bumi
serentak panik. Bola itu meluncur ke bumi, semakin lama semakin deras, seperti
bongkahan kesedihan yang jatuh dari hati yang terluka. Kadang terlihat seperti
serpihan mimpi buruk yang meluncur ke lubuk tidur. Menimbulkan percik-percik
kemerahan di sisinya yang mulai menyentuh atmosfer bumi seperti
percikan-percikan api dari dua sisi besi yang bergesekan.
Orang-orang mulai mencari
cara meninggalkan bumi. Orang-orang kaya dan para pemimpin negara mulai
menciptakan roket-roket mahahebat untuk meninggalkan bumi yang akan ditimpa
bola raksasa asing dari luar angkasa. Sebagian kepala negara bahkan menggunakan
uang rakyat untuk mendanai pekerjaan tersebut. Lebih baik sebagian orang
terbaik selamat daripada keselamatan seluruh rakyat, pikir mereka.
Mereka bahkan mengajak
serta keluarga mereka untuk pergi ke Mars yang secara ajaib sudah mulai
menumbuhkan tetumbuhan dari antara pori-porinya yang gersang.
Sedangkan bagi mereka
yang tak mampu berbuat lebih, hanya doa dan tobat yang keluar dalam setiap hela
napas.
Orang-orang miskin mulai
menangis dan meratap, melipatgandakan kesedihan yang tersisa di wajah mereka.
Tangisan mereka mulai menggema di seluruh bumi. Televisi dan radio semakin
mendramatisir tangisan-tangisan mereka dengan menyiarkannya secara
berulang-ulang diselingi acara mimbar-mimbar agama yang semakin sering diputar.
Para tokoh agama berdiri paling depan, mengajak semua orang bertobat seakan
merekalah yang paling bersih.
Di langit, gemuruh guntur
dan kilat sambar-menyambar, seolah ingin melengkapi segala ketakutan. Orang-orang
mulai berteriak-berteriak sembarangan, setiap kali ada dentum guntur dan
guratan kilat di langit. Namun, semakin mendekati bumi, kecepatan bola itu
semakin lambat.
Bola itu menghujam
bersama gemuruh di langit yang tampak cerah. Tak banyak orang yang mampu
menerjemahkan suara gemuruh itu selain mereka yang diberi karunia untuk membaca
tanda-tanda alam.
Dan orang-orang itu
sepakat bahwa gemuruh itu adalah serangkaian suara yang mengatakan bahwa dari
negara tempat bola itu jatuh akan lahir orang-orang hebat yang tak tertandingi
oleh negara mana pun dan negara itu akan menjadi negara nomor satu di dunia dan
tak tertandingi oleh bangsa dari negara mana pun juga. Presiden negara Amnesia
yang sudah berada di Mars mendapatkan kabar gembira dari para pejabatnya yang
ada di bumi bahwa bola itu jatuh di negara Amnesia, tepat di kota Metrianit,
ibukota negara Amnesia.
Bola itu melingkupi
setengah kota Metrianit. Lalu mata sang Presiden berkaca-kaca menahan tangisan
kegembiraan yang mulai menggantung di kedua kelopakmata tuanya yang mulai
menggelambir. Ia mengembuskan napas dan meniupkan doa ke hadirat Tuhan.
"Terima kasih,
Tuhan, sebentar lagi akan kaubebaskan negara kami dari derita
berkepanjangan."
Dengan penuh haru, sang
Presiden berkata kepada isterinya, "Bu, negara kita akan menjadi negara
adidaya. Rakyat kita tentu tak perlu lagi sengsara."
Setelah berunding dengan
isterinya, presiden Amnesia berpendapat bahwa kabar gembira ini harus
diberitahukan pada kepala negara-kepala negara bumi yang ada di Mars.
"Teman-teman, dunia
tak jadi kiamat."
"Hmm...
Syukurlah!"
"Ada satu lagi
berita menggembirakan."
"Apa?"
"Negara tempat bola
api itu jatuh akan menjadi negara adidaya yang baru."
"Benarkah? Lalu, apa
berita menggembirakannya?"
"Bola api itu jatuh
di negaraku," katanya sambil berlinangan airmata haru.
Semua pemimpin bangsa di
Mars seketika diam.
***
Sementara di bumi, bola
itu retak seperti sebutir telur yang menetas. Dari dalamnya tumbuh berbagai
macam tumbuhan yang belum pernah dilihat sebelumnya. Sebuah sumber mata air
mengalir dari tengah bola itu. Kemudian cahaya menyilaukan menghampar dari
retak-retak bola itu.
Lalu dari balik cahaya,
segala binatang yang pernah dan yang akan ada di bumi, baik yang telah punah
maupun yang akan mengalami evolusi, muncul berpasang-pasangan dan berjalan
beriringan seperti ketika dulu Nuh menuntun nenek moyang mereka masuk ke dalam
bahtera. Mereka kemudian menyebar ke seluruh penjuru kota.
Sebagian penduduk
memandang dengan kagum. Sebagian lain, terutama para birokrat kota, mulai
membuat kesepakatan untuk memonumenkan tempat jatuhnya bola itu. Tak tanggung-tanggung,
dana yang dipersiapkan untuk rencana tersebut konon mampu menghidupi seluruh
penduduk kota bersama keturunan mereka selama 100 tahun.
Menurut mereka, tak ada
ruginya mengucurkan dana sedemikian besar demi memperingati peristiwa
monumental tersebut. Sementara itu, dari tempat bola itu jatuh, terhamparlah
padang rumput yang kemudian tumbuh menyebar ke sekeliling kota.
Dari padang rumput itu
kemudian bertunaslah bunga-bunga, perdu dan pepohonan serta segala tanaman yang
melata. Cahaya bola itu perlahan meredup. Lalu, dari antara retakan bola,
orang-orang Metrianit melihat sepasang manusia yang telanjang berkejaran di
dekat sumber mataair. Laki-laki dan perempuan.
Naimata, 2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 20 November 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar