Agus Sulton *
radarmojokerto.co.id
/1/
Kepulauan nusantara sejak
kurun waktu yang lampau memiliki beragam sejarah peradaban dan peninggalan.
Masing-masing daerah mempunyai ciri khas dalam bahasa dan jenis aksaranya.
Lewat berbagai temuan dan analisis isi manuskrip diberbagai daerah di nusantara
akhirnya dapat diketahui bahwa setiap daerah mempunyai kekayaan intelektual
dalam berbagai dasar ilmu. Kekayaan inilah yang menarik perhatian para penjajah
sumber budaya untuk memburu manuskrip di pelosok-pelosok nusantara. Tujuannya
tidak lain adalah untuk lebih mengetahui adat istiadat dan mempelajari budaya
nusantara masa lampau guna memperluas wilayah jajahan dan akhirnya pengakuan
hak paten.
Manuskrip itu merupakan
salah satu peninggalan masa lalu dalam bentuk tertulis yang diturunkan secara
turun temurun?-sejak dulu sampai sekarang ini. Penulisannya menggunakan tulis
tangan di atas kertas, daun lontar, bambu, kayu, batang tebu dan sebagainya.
Sebagian besar manuskrip tersebut tersimpan di perpustakaan atau meseum, baik
di dalam negeri ataupun di luar negeri, bahkan beberapa manuskrip masih banyak
yang disimpan oleh masyarakat sebagai koleksi pribadi.
Dalam pengkajian lebih
lanjut, karya tulis nenek moyang kita itu?-diindikasikan banyak mengandung
informasi yang berlimpah. Isi manuskrip tidak hanya sebatas pada kesusastraan,
tetapi menyangkut berbagai bidang seperti: pengobatan, hukum adat istiadat, mitologi,
tauhid, silsilah (keturunan raja, tariqat, keluarga), primbon, dan sebagainya.
Siti Chamamah Soeratna, dalam Filologi Sebagai Pengungkap Orisionalitas dan
Transformasi Produk Budaya (2003) mengatakan, secara teoritis, naskah klasik
menyimpan berbagai informasi yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan
sesuai dengan kandungan informasi yang dibawanya seperti sastra, sejarah,
pengobatan, adat istiadat, agama, dan sebagainya. Oleh sebab itu, para ahli
dari beberapa disiplin ilmu setidaknya bisa menjadikan manuskrip sebagai data
untuk menggali suatu informasi. Para sejarawan misalnya sudah lama memanfaatkan
sejarah babad sebagai bagian bukti otentik dalam mengetahui hari jadi sebuah
daerah atau kota.
Ada banyak hal yang lebih
berguna apabila merefleksikan kembali ke masa lalu lewat manuskrip. Bisa jadi
diperlukan untuk menaklukan dunia hiperrealitas sebagai dampak kekeliruan zaman
modern. Atas dasar itulah manuskrip perlu untuk digali sebagai jembatan
penghubung masa lampau dengan masa sekarang. Manuskrip itu sendiri adalah saksi
sejarah yang terjadi pada zamannya. Hal ini, harus diperlakukan seadil-adilnya
jika memang identitas suatu bangsa berkeinginan menjadi bangsa yang hebat.
/2/
Dalam perkembangannya,
aspek sejarah ini berkaitan dengan aspek sosial, sehingga ajaran nilai budi
pekerti sebagaian mendominasi dalam menyampaikan gagasan atau amanat dari
berbagai aspek kehidupan. Seperti yang diungkapkan dari beberapa hasil
penelitian terhadap manuskrip kuno oleh para filolog Indonesia dan dunia pada
sebagian naskah Nusantara. Karya-karya yang ditulis orang pendahulu kita sangat
kaya dengan aspek-aspek nilai instrumental?dengan memiskinkan unsur hiburan,
walaupun ada nilai hiburan?itupun bukan dominasi primer, bahkan bisa dijadikan
jembatan untuk melemahkan pemikiran si pembaca yang dikemas dalam bentuk cerita
hiburan. Karena tulisan orang masa lampau bisa jadi sebuah pesan ideologi untuk
mempengarui masyarakat?yang pada saat itu mudah untuk terprofokasi, termasuk
metode dalam penyabaran agama Islam yang di dalam ajarannya sarat berbagai
lukisan kehidupan, buah pikiran, tuntunan, nasehat dan sebagainya.
Sikap-sikap itulah yang
dijadikan sebagai tonggak umat manusia sejak dulu sampai sekarang?untuk
diterima dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu dalam setiap tindakan manusia
harus mempertimbangkan baik dan buruknya suatu tindakan, serta tidak melanggar
etika dan norma yang berlaku dilingkungan sekitarnya. Sikap ini dinamakan
dengan budi pekerti. Budi pekerti merupakan landasan moral bagi manusia dalam
menapaki hidup.
Salah satu manuskrip yang
mengajarkan nilai budi pererti adalah Syair Kanjeng Nabi yang terdiri dari 26
halaman bolak-balik ditulis dengan huruf Arab (pegon) berharakat, berbentuk
syair. Manuskrip tersebut tersimpan di perpustakaan pribadi Agus Sulton
bernomor AS. Ar. 12. Diduga naskah ini terdiri atas berbagai macam bahasa, ada
bahasa Sunda, bahasa Makasar, bahasa Bugis, dan bahasa Aceh dengan nama Nabi
Meucuko.
Manuskrip Syair Kanjeng
Nabi secara umum berisi tentang Nabi Muhammad dalam peristiwa dicukur oleh
malaikat Jibril atas dasar perintah Tuhan. Jibril turun ke bumi dengan membawa
daun kastuba dan diantar oleh 20.000 malaikat. Daun itu akan dipakai sebagai
topi Nabi Muhammad setelah dicukur.
Dari sudut pandang lain,
kandungan teks syair ini juga menyimpan khasiat doa yang berjumlah 28 macam.
Serta menggambarkan kehidupan Nabi Muhammad, yaitu kehidupan di antara
masyarakat Jahiliyah yang berperan sebagai manyampai wahyu kepada umatnya.
Dalam hal ini, memberitahukan manakah yang baik dan yang buruk, yang bermanfaat
dan mudharat dan mana yang halal dan yang haram.
Seperti yang terdapat
dalam kutipan teks Syair Kanjeng Nabi berikut:
aja kasi kufur ing Allah
jangan sampai kufur kepada Allah
lan muga-muga Allah
nulungi dan semoga Allah membantu
ing wong kang gelek maca
kepada orang yang sering membaca (syair)
Sedikit ungkapan teks
syair tersebut merupakan peringatan bahwa dalam situasi dan kondisi yang
bagaimanapun, kita harus taat kepada Allah dan bersyukur. Kekuatan yang paling
tinggi hanyalah kekuatan dari Allah. Itulah sebabnya, Allah akan memberikan
kemudahan (membantu) bagi manusia yang tetap menjalankan pada ajaran Islam
(teks dalam syair) dan menjauhi dari segala larangan-Nya.
Seiring dengan itu,
ungkapan nilai teks Syair Kanjeng Nabi bisa juga di jadikan alternatif atau
pedoman dalam kehidupan berkepribadian budi pekerti atau bisa jadi sebagai alat
pengendali, dalam arti untuk membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan
kufur kepada Allah. Orang yang berbudi pekerti secara tidak langsung akan dapat
terhindar dari sifat-sifat tercela seperti rasa dengki dan iri hati.
Kombinasi sinergis antara
nilai-nilai budi pekerti dan manuskrip lama merupakan suatu muatan intensitas
dalam jati diri suatu masyarakat atau bangsa sebagai revitalisasi dalam
mengungkap teks manuskrip sehingga karakter seseorang bisa dijadikan nilai
dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara
universal karakter dideskripsikan sebagai nilai kemanusiaan yang lebih tinggi.
Untuk itu, nilai budi pekerti merupakan dasar pengetahuan yang perlu dipelajari
dan dilaksanakan. Dari situlah nilai budi pekerti akan tetap teraktualisasi
dalam kehidupan seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan.
***
*) Agus Sulton lahir di
Jombang, 1986. Status sebagai mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI
Jombang. Penggiat di Lingkar Study Warung Sastra (LISWAS, komunitas tulis dan
apresiasi sastra) Ngoro-Jombang. Kumpulan puisi pribadinya ”Tetesan Tinta Air
Mata” (ditulis dari tahun 2002-2005), ”Sketsa Tak Bermantra 1” (ditulis dari
tahun 2004-2006), ”Berhias Mata Kaca” (ditulis dari tahun 2006-2008), dan
“Kantin Pelatuk Naga” 2010. Karya lainnya berupa cerpen, esai, dan 1 novel
pribadi ”Rembulan Bernyanyi”. Saat ini tinggal dan berkarya, di Desa Rejoagung,
Kec Ngoro, Kab Jombang JATIM. http://sastra-indonesia.com/2010/07/spirit-revitalisasi-dalam-mengungkap-teks/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar