Kamis, 25 Februari 2021

Cermin Cinta dalam Film Nasional

N. Syamsuddin CH. Haesy
jurnalnasional.com
 
HARI Film Nasional yang selalu diperingati 30 Maret setiap tahun, diperingati dengan berbagai cara. Ada yang menarik dicatat kali ini. Kineforum Dewan Kesenian Jakarta, memperingatinya dengan memutar film-film percintaan, di bawah tema, “Romansa Enam Dekade”. Sejak dekade 1950-an hingga 2000-an.
 
Tercatat, misalnya, film-film bertajuk Tiga Dara (1956), Pedjuang (1960), Badai Pasti Berlalu (1977), Arini, Masih Ada Kereta yang Lewat (1987), Ramadhan dan Ramona (1992), Ada Apa dengan Cinta (1992), Eiffel I?m in Love (2003), dan Love (2008). Semua film ini menawarkan tak hanya pesona romansa antar dekade. Melainkan juga mengekspresikan fenomena sosial yang menjadi setting atau latar belakang cerita-cerita film itu.
 
Tiga Dara yang masih merupakan film black and white menampilkan pesona kehidupan kalangan menengah atas yang masih kuat dipengaruhi budaya Belanda. Menghadirkan dialektika tradisionalisma dan modernisma secara diametral.
 
Film yang dibintangi Mieke Widjaya (Nana), Chitra Dewi (Nunung), dan Indriati Iskak (Neni), juga menghadirkan Rendra Karno, Bambang Irawan, dan Fifi Young. Film ini berkisah tentang romantika keluarga dengan tigas belia. Mereka menjadi piatu, sejak ibu kandung mereka wafat. Lantas ketiganya tinggal bersama nenek dan ayah yang sangat sibuk. Akan halnya sang nenek, mencarikan jodoh untuk si sulung.
 
Namun belakangan, sang calon suami justru menjadi rebutan dua kakak beradik, sehingga menimbulkan konflik sampai si bungsu mendamaikan. Pola konflik yang ditawarkan sutradara Usmar Ismail ini, menggambarkan upaya memadu-padankan tradisionalisme dan modernisme dalam bahasa ungkap yang masih sangat berhati-hati.
 
Akan halnya film Pedjuang, menghadirkan romantisme yang masih dipengaruhi kuat oleh semangat patriotisme, dalam kemasan nasionalisme yang telanjang. Film ini dirilis tahun 1960 dengan durasi 152 menit. Film hitam putih ini dibintangi Bambang Hermanto, Chitra Dewi, Rendra Karno, dan Wolly Sutinah dengan tata gambar garapan Max Tera, yang sangat sederhana.
 
Usmar Ismail jeli untuk memandang fenomena sosial yang ada pada masa itu dalam mendekati cerita sebagai ruh film ini. Dengan konsep bertutur secara visual dan naratif, diperkuat oleh selera jenaka, lewat sosok Sersan Mayor Imron, film ini menjadi referensi kita untuk memahami fenomena cinta pada masa itu. Persis, misalnya, ekspresi kejenakaan, kelincahan, dan keluguan yang ditampakkan melalui sosok Neni (yang diperankan Indriati Iskak) pada Tiga Dara.
 
Film Pedjuang sudah berbicara gambar, dan agaknya menjadi starting point dalam mengembangkan bahasa visual sebagai ruh film. Inilah kemudian yang kita saksikan dalam kepiawaian Teguh Karya ketika menggarap Badai Pasti Berlalu yang dibintangi Christine Hakim itu. Badai yang juga dipujikan karena ilustrasi musiknya itu menawarkan pilihan dramatika visual dan musikal, dengan tata gambar yang bergerak melesat maju. Terutama dengan tatawarna yang menarik.
 
Mempelantingkan Cinta
 
AKAN halnya Arini, Masih Ada Kereta yang Akan Lewat garapan Sophan Sophiaan ini, tak hanya menawarkan perkembangan teknik dan teknologi film yang lebih maju belaka. Film ini juga menafsirkan fenomena sosial yang menarik di jaman wanita karir mulai merambah kehidupan masyarakat. Film ini berkisah tentangan kesenjangan sosial, di mana sosok perempuan (Widyawati) lebih tinggi dibandingkan dengan sang pemuda (Rano Karno) yang berusia lebih muda sepuluh tahun. Film yang diadaptasi dari novel Mira W berjudul sama ini, menghadirkan romantisme dalam bahasa yang linear.
 
Romantika dalam bahasa komedi, dihadirkan Chairul Umam melalui Ramadhan (Djamal Mirdad) dan Ramona (Lidya Kandau), sepasang belia yang sedang mencari jati diri. Ramadhan jejaka anak bangsawan dan orang kaya dari Malaysia, yang bekerja sebagai pegawai biasa di Jakarta. Di sini dia jumpa Ramona. Sosok perempuan belia ini oleh sutradara dijadikan medium untuk mengekspresikan persepsi tentang berbagai masalah sosial. Misalnya ihwal perempuan hamil yang ditinggal pacarnya, perlakuan tidak adil dalam bekerja sehingga selalu berpindah-pindah. Setelah masing-masing mafhum siapa diri masing-masing, keduanya saling menolak karena merasa “dikelabui”, meski akhirnya saling memburu cinta masing-masing. Sebagai film hiburan yang happy ending, film percintaan jenaka ini, memang menghibur.
 
Akan halnya Eiffel I’m in Love yang dibintangi Samuel Rizal dan Shandi Aulia, menjadi film remaja yang renyah di tangan sutradara Nasri Cheppy, yang pernah sukses dengan Catatan si Boy, itu. Nasri memang fasih membaca fenomena cinta remaja. Sedangkan film LOVE yang menyontek film Hollywood, Love Actually. Film yang dibintangi Laudya Chintya Bella dan Luna Maya ini, termasuk film standar yang disutradari sutradara Malaysia, Khabir Bhatia. Sesuatu yang jauh dibandingkan dengan Ada Apa dengan Cinta yang disutradarai Rudi Soedjarwo, dan dibintangi Nicholas Saputra dan Dian Sastro yang lebih berwarna dan berisi.
 
Untuk memperingati Hari Film Nasional, pendekatan memutar film roman merupakan sesuatu yang menarik. Apalagi, ketika peringatan ini digelar di tengah kampanye partai politik. Momen yang seringkali, mempelantingkan cinta. Boleh juga disebut, sajian kali ini laksana menghadirkan cermin cinta dalam film.
***

http://sastra-indonesia.com/2009/03/cermin-cinta-dalam-film-nasional/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah