Jumat, 05 Maret 2021

Jalaluddin Rakhmat, Guru Komunikasi dan Guru Sufi

Feby Indirani *
 
Sebetulnya karena nama Jalaluddin Rakhmat, dan bukan alasan lain, yang membuat saya memilih mendaftar di FIKOM Unpad. Saat itu saya tidak tahu apapun lainnya tentang kampus yang kemudian menjadi bagian penting dari pertumbuhan saya. Apa boleh buat, saya mesti kecewa karena ternyata Kang Jalal –begitu ia akrab dipanggil—ternyata tak lagi mengajar di kampus, karena konon ada konflik dengan pihak dekanat. Bukunya, terutama Psikologi Komunikasi masih selalu menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa Komunikasi. Dan saya terpesona dengan cara Kang Jalal menulis, yang bisa menuliskan teori-teori yang kompleks dengan cara seperti orang mendongeng, akrab, lucu dan mudah dipahami.
 
Saya beruntung karena Kang Jalal mengadakan kelas tasawuf setiap Ramadhan di SMA Muthahhari yang didirikannya. Dan saat-saat itulah salah satu pengalaman belajar yang paling menyenangkan buat saya. Ia bicara selancar ia menulis. Artikulatif, tak pernah kehabisan kata pun cerita. Ia membawa pendengar (atau pembacanya)  kepada pengembaraan intelektual dan spiritual yang membuat kita hanya bisa mereka-reka betapa luas ilmunya.
 
Kang Jalal kaya akan cerita-cerita sufistik. Salah satu ceritanya yang paling saya ingat isinya sangat mirip cerpen Dodolitdodolitdodolibret yang menjadi cerpen terbaik pilihan Kompas 2010
https://cerpenkompas.wordpress.com/2010/09/26/dodolitdodolitdodolibret/ (yang membuat saya sempat kecewa kenapa Kompas memilih suatu cerpen saduran, meskipun menyadur bukanlah sesuatu yang diharamkan dan penulisnya, Seno Gumira telah mengakui itu sejak awal).
 
Dalam kisah itu, si Murid bodoh yang isi doanya rapalan tak karuan semacam dodolitdodolitdodolibret tapi memanjatkan doa dengan sepenuh hati, malah bisa berjalan di atas air mengungguli si Guru yang menguasai hapalan doa yang ‘benar’ dan membohonginya dengan doa palsu karena lelah dengan ketumpulan otak muridnya. Dalam versi Kang Jalal, rapalan itu dituturkan dalam bahasa Sunda yang tak pernah bisa saya tirukan, namun sukses membuat kami peserta kelas itu terbahak-bahak sampai berlinang air mata, karena lucu dan haru. Tergambar sosok si murid yang bloon tapi tulus itu, begitu juga kekagetan dan ketakrelaan si guru karena murid terbodohnya ternyata lebih canggih darinya.
 
Dari cerita-cerita itulah saya merasa belajar lebih banyak tentang agama dan tentang kemungkinan betapa tak terduganya Tuhan itu. Meskipun seorang intelektual yang cenderung mengandalkan rasionalitas, Kang Jalal pernah menyebut mengenai ‘beribadah seperti orang awam’ dengan nada memuliakan. Seperti sedang menyindir dirinya sendiri, ia berkata kira-kira begini, “Kita yang lebih rasional sering bilang, kenapa mesti datang jauh-jauh ke suatu tempat sekadar untuk berdoa? Bukankah berdoa bisa dari mana saja? Tapi kita mungkin kehilangan kekhitmatan dibanding para orang awam yang berdoa itu. “
 
Setidaknya dari kedua cerita di atas, kita mungkin bisa merasakan, meskipun Kang Jalal sangat getol menuntut ilmu baik dalam jalur akademik maupun non akademik, ia justru menempatkan ‘keluguan’ di tempat yang khusus. Barangkali itulah salah satu caranya mengingatkan dirinya dan hadirin agar selalu rendah hati.
 
Setelah kelas tasawuf itu, saya sempat bertatap muka lagi dengan Kang Jalal, ketika beliau berkunjung ke kantor Tempo, tempat saya bekerja saat itu. Selayaknya seorang penggemar berat, saya menghampiri beliau dan bilang bahwa saya muridnya, dan saya ingin memberikan novel pertama saya, yang saya tulis karena kekesalan saya pada pembubaran lokalisasi prostitusi Kramat Tunggak yang kemudian digantikan jadi Islamic Centre.
 
Kang Jalal menerimanya dengan senyum lebar dan bilang, “Ditulisin dong, buat Guruku, gitu..”
 
Meski itulah pertemuan fisik terakhir saya dengan beliau, cerita-ceritanya selalu hidup dalam hati saya, dan masih bisa bikin saya tertawa dan menangis hingga bertahun-tahun kemudian. Pengalaman saya di kelas tasawufnya itu, adalah salah satu benih yang jauh di kemudian hari melahirkan cerita-cerita dalam Bukan Perawan Maria (pertama terbit 2017 oleh Pabrikultur, April 2021 oleh Bentang Pustaka) dan Memburu Muhammad (Bentang, 2020). Karena saya ingin sekali bisa menghidupkan tradisi cerita-cerita sufi seperti itu dalam konteks kiwari. Dalam Hikayat Kota (5 cerita yang terjadi di kota Anda), ada 2 cerita mini yang saya sadur dari kisah yang dituturkan Kang Jalal baik dalam tulisan maupun ceramahnya.
 
Sebagai tokoh Syiah, posisinya kerap dianggap problematik. Saya tidak cukup paham kenapa di Indonesia kebencian terhadap Syiah semakin menjadi-jadi dan tak terkendali. Sampai berbagai sumpah serapah sempat mengalir ketika beliau wafat, seolah orang-orang itu meludahi makamnya yang masih basah.
 
Artikel di BBC Indonesia ini salah satu yang terbaik yang menjelaskan posisi Kang Jalal sebagai tokoh Syiah. Dalam artikel itu ia juga menuturkan sikap yang selalu ditunjukkannya melalui tulisan dan ceramahnya, bahwa ia lebih mendahulukan akhlak daripada fikih (hukum Islam).  Dalam wawancara ini, Ia menjelaskan mengapa ia cenderung memilih tasawuf, dan bukan fikih, sebagai materi dakwahnya. Fikih, menurut Kang Jalal,  tidak memberikan kehangatan dalam beragama, serta lebih sering menjadi sebab pertentangan di antara umat Islam https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2013/08/130820_tokoh_jalaluddin_rakhmat Di tengah derasnya ceramah-ceramah ‘ustaz’ cenderung sensasional tapi dangkal di media sosial, rasanya saya hanya bisa berharap buku-buku Kang Jalal, artikel-artikelnya yang tersebar di media dan buku bunga rampai pemikiran, serta rekaman ceramahnya, bisa dipublikasikan ulang secara luas.
 
Sejauh ini hingga 2 minggu setelah beliau wafat, saya bersyukur ada percakapan-percakapan publik mengenai pemikirannya, juga kutipan-kutipan mutiara hikmahnya yang mulai beredar di media sosial, sebagai pelipur rasa kehilangan.
 
Meski konon kita takkan pernah kehilangan apa-apa.
***
 
*) Feby Indirani, penulis,jurnalis, meraih Anugerah Pembaca Indonesia 2010 kategori non fiksi untuk bukunya I can (not) Hear: Perjalanan anak tuna rungu menuju dunia mendengar. Penikmat pagi hari, perjalanan dan percakapan. Penggemar buku, film dan tidur lelap. Lebih banyak tentangnya bisa dilirik di http://febyindirani.com/ atau ocehan yang kadang penting di akun twitternya @FebyIndirani
 
Link terkait:
http://sastra-indonesia.com/2021/02/rahmat-jalaluddin-rakhmat/
http://sastra-indonesia.com/2012/02/antara-sukma-nurani-dan-sukma-dzulmani/

http://sastra-indonesia.com/2012/02/ali-bin-abi-thalib-pendiri-mahzhab-cinta/

http://sastra-indonesia.com/2021/03/jalaluddin-rakhmat-guru-komunikasi-dan-guru-sufi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah