Seno Gumira Ajidarma *
Kompas, 8 Mei 2009
Pada hari Kamis, 26 Februari 2009, saya membaca berita tentang peluncuran
dua buku Atmakusumah Astraatmadja, seorang wartawan senior, pada ulang tahun
ke-70 dalam koran The Jakarta Post di bawah judul ”Partisan print media proven
short-lived”.
Bukanlah maksud saya untuk bersikap kritis jika menyebutkan betapa judul
kedua buku tersebut dianggap ”bukan berita” sehingga tidak akan kita ketahui
judulnya dari berita tersebut, melainkan bahwa saya terharu karena rupanya
media cetak dalam berita ini masih dianggap penting.
Disebutkan, misalnya, pendapat Atmakusumah bahwa koran seperti Jurnal
Nasional yang terhubungkan dengan Partai Demokrat adalah sama saja dengan koran
seperti Suara Karya milik Golongan Karya semasa kekuasaan Soeharto. Diungkapnya
bahwa setidaknya 50.000 eksemplar koran tersebut ”laris manis” karena dibeli
oleh Departemen Penerangan untuk dibagikan ke kantor-kantor pemerintah. Bahwa
kemudian setelah Orde Baru tamat riwayatnya bangkitlah ”jurnalisme franchise”,
yang lebih membutuhkan penerjemah ketimbang wartawan itu, ternyata dianggap
Atmakusumah sebagai wajar dan bukanlah sesuatu untuk dikecam. Disebutnya,
hari-hari ini jika semasa Orde Baru yang disebut media cetak ”idealis” bisa
mencapai 70 persen, justru semasa Reformasi hanyalah 30 persen.
Sangat mengharukan juga bahwa dalam diskusi sehubungan dengan peluncuran
buku tersebut, dengan pembicara David T Hill dan Henry Subijakto, terdapat
perbincangan mengenai kekhawatiran atas dampak ”jurnalisme franchise” itu
terhadap kebudayaan Indonesia.
Sekali lagi, jika saya sebutkan bahwa saya terharu, bukanlah maksud saya
sebagai tanggapan atas isi berita tersebut, melainkan terharu karena ternyata
media cetak masih menganggap media cetak itu sendiri adalah penting. Mengapa
begitu? Karena di tengah hiruk-pikuk dan ”gebyar” media audio visual sepintas
lalu media cetak bagaikan berada dalam posisi inferior. Jika seorang presenter
media televisi, misalnya, bisa menjadi ”bintang” dengan features atau program
yang dalam keterbandingannya dengan media cetak adalah biasa-biasa saja; maka
gemerlapnya seorang star reporter media cetak, betapa pun eksklusif liputannya,
tidaklah akan memiliki cahaya seterang seperti jika itu dilakukannya untuk televisi.
Namun harus saya tekankan, dan inilah maksud catatan saya, bahwa hanya
tampaknya saja media cetak itu inferior dalam perbandingannya dengan media
audio visual. Jika yang ”selintas pintas”, ”bagaikan”, dan ”tampaknya saja” itu
diganti dengan sedikit saja perhatian dan penghayatan cermat, maka bagi saya
tampaklah superioritas media cetak itu, yang berita dan cerita di dalamnya
dituliskan, yang foto dan gambarnya diam tak bergerak, sehingga bisa dibaca
ulang atau dipandang lama-lama sesukanya.
Tentu, setiap media punya kelebihan, memiliki keunikan yang sebetulnya
tidak bisa dibandingkan, tetapi penindasan (oleh) awam yang memang selalu
berlangsung dalam proses kebudayaan tidak memberi banyak peluang kepada media
cetak untuk terlihat superioritasnya. Memang, katakanlah dengan sepak bola,
tidak mungkin kemampuan replay adegan gol yang spektakuler dalam slow motion
melalui berbagai sudut pandang itu dilakukan media cetak; tetapi mengapa
semakin dramatik pertandingan sepak bola yang sudah kita saksikan di televisi,
semakin kita ingin membaca bagaimana pertandingan itu dituliskan esok harinya
di koran? Ini bukan sekadar keinginan mengulang sensasi dramatiknya, melainkan
dalam hal saya, hanya melalui kolom seorang Rob Hughes di International Herald
Tribune, misalnya, dapat saya pahami makna ironis peristiwa Lionel Messi,
pemain bintang klub Barcelona, yang membuat gol dengan tangan (ada fotonya),
persis seperti dilakukan Maradona pujaannya.
Kedalaman
Makna, tentu saja, datang dari kedalaman, sedangkan pendalaman adalah
tradisi ratusan tahun media cetak, yang dalam hal ini diturunkan oleh jiwa
budaya tulisan, tempat segala sesuatu direnungkan dan dipertimbangkan
berulang-ulang sebelum tampil sebagai produk cetakan.
Namun, pengertian kedalaman media cetak yang saya maksudkan bukanlah hanya
bentuk tajuk rencana ”sok bijak”, investigasi berpanjang-panjang, maupun
liputan kemanusiaan pura-pura ”sastrawi”, karena kedalaman juga terdapat dalam
keringkasan kolom humor Art Buchwald maupun comic strip Peanuts yang bukan hanya
filosofis tetapi juga puitis itu.
Tekanan atas makna dalam kedalaman media cetak tidaklah saya maksud sebagai
lawan suatu ”kedataran” media audio visual, yang jelas memiliki bahasa
pendalamannya sendiri, melainkan sekadar menunjukkan dengan sederhana betapa
media cetak itu tidaklah seharusnya dipandang inferior dibandingkan media audio
visual.
Dari mingguan analisis seperti The Economist, misalnya, saya mendapatkan
peluang memeriksa gagasan di balik peristiwa aktual, yang sama sekali tidak
inferior dibandingkan diskusi para pakar di CNN. Selain itu, hanya di media
cetak saya dapat membaca cerpen ajaib Putu Wijaya bukan? Tentu, tentu ada
”versi on-line”” yang lebih ringkas di layar komputer, tetapi bagaimanapun,
romantika teriakan loper dan wanginya kertas koran baru bagi saya tidaklah
tergantikan.
Tapi, bagaimana dong dengan media cetak tanpa kedalaman yang hanya bermakna
keamburadulan? Di sinilah pentingnya penghargaan atas karya-karya jurnalistik
media cetak, seperti Anugerah Adiwarta Sampoerna, hadiah Jurnalistik Adinegoro,
Mochtar Lubis Award, dan lain sebagainya agar menjadi jelas, jurnalisme macam
apa layak diabadikan dan menjadi teladan, bukannya mempermalukan peradaban dan
pantas dimusnahkan….
***
*) Seno Gumira Ajidarma, budayawan. http://sastra-indonesia.com/2021/05/koran-janganlah-hilang/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar