Minggu, 25 Juli 2021

BELAJAR MENULIS DARI ISBEDY STIAWAN ZS

Sutejo
Ponorogo Pos
 
Nama penyair Lampung ini tampaknya tidak seakrab nama sastrawan kita macam Taufik Ismail, Sapardi Djoko Damono, WS Rendra, Hamid Jabbar, Sutardji Calzoum Bahri, Wiji Thukul, dan lain sebagainya. Meskipun begitu dalam Isbedy adalah sastrawan yang tidak perlu lagi dipertanyakan komitmen dan eksistensinya dalam dunia kepenyairan (belakangan juga memasuki dunia cerpenis). Ada beberapa hal menarik dari pengakuannya. Meskipun lelaki ini mengaku bahwa menulis cerita pendek mulanya hanya untuk mengisi kejenuhan. Lama-lama keterusan. Bahkan, menjadi profesi dan tumpuan hidup (MataBaca, 2005:9). Kedua, dunia cerpen lebih menjanjikan. Ketiga, dalam menekuni kepenulisan dia berawal dari puisi. Keempat, karena “kebutuhan hidup” dia mencoba banyak menulis berbagai tulisan dari esai sastra, resensi buku, hingga cerpen.
 
Untuk ini, jika kita mau belajar dari pengalaman Isbedy Stiawan ini maka beragam hal menarik berikut penting direnungkan. Pertama, menulis puisi tidaklah dapat diremehkan. Pengalaman Isebedy ini menunjukkan bahwa dunia puisi merupakan pintu kepenulisannya. Artinya, memang menulis puisi pada awalnya menekankan pada “kemenarikan kata dan larik”, maka memasuki dunia cerpen misalnya, tentu bukan persoalan yang susah. Para penyair yang juga menulis cerpen ini banyak seperti Sapardi Djoko Damono, Afrizal Malna, Sutardji Calzaum Bahri, Tjahjono Widianto, dan sebagainya. Pengalaman awal kepenulisan lewat puisi ini mengingatkan apa yang dialami oleh Azyumardi Azra sebelum kemudian terjebak pada kepenulisan ilmiah.
 
Dengan begitu, menulis puisi misalnya, jika dikondisikan sejak usia SMA akan menjadi pentu tergalinya bakat kepenulisan. Setelah itu, maka hal kedua yang dapat diambil adalah “bahwa bakat hanyalah memberikan ruang potensi”. Setelah itu, keterpaksaan akan terpenuhi kebutuhan hidup itulah yang mendorongnya untuk berbuat lebih banyak. Kebutuhan hidup, karena itu, akan mampu melahirkan etos usaha (berkarya) yang luar biasa. Hasilnya, memang tidak tanggung. Belajar dari kasus cerpen Isbedy misalnya, dia bilang, kalau dimuat di Koran dia dapat honor, dikumpulkan menjadi buku kemudian dia dapat honor juga. Sebuah penerimaan ganda yang hal itu relatif berbeda di bandingkan dengan dunia puisi.
 
Sekadar pemaknaan, bahwa kepenyairan sebagai pintu kepenulisan barangkali dapat dirasionalkan seperti ini. Bahwa penyair sangat dipengaruhi oleh imajinasi awalnya sebelum alir lewat kata berirama dan bermakna. Imajinasi pada prosesnya akan mengingatkan pesan sufistik Einstein yang mengatakan bahwa imajinasi itu lebih penting dari pengetahuan. Sumber segala ilmu kepenulisan tampaknya memang imajinasi. Di situlah kemudian mengalir dalam beragam bentuk tulisan setelah terjadi pematangan pada satu bidang tulisan. Ini wajar karena memang dunia kepenulisan sesungguhnya dunia yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Meminjam bahasa Abdul Hadi WM, hakikat kepenulisan dan substansi kehidupan adalah sesuatu yang komprehensif berkelindan antarsatu dengan yang lainnya. Bukan parsialisasi bidang yang hanya alirkan kejengahan dan kebimbangan.
 
Ketiga, bahwa kebermulaan dari iseng memang dapat melahirkan keberuntungan. Pengalaman Isebedy dalam mengisi “ruang beku” kepenyairan dengan menulis cerpen justru mengukuhkannya namanya yang kian meroket. Pada tahun 2005 saja misalnya, dia menerbitkan empat kumpulan cerpen yang menarik. Salah satunya adalah Kau Jadi Ikan. Isbedy Setiawan ini melengkapi tradisi penulis murni sebagaimana halnya Hamsad Rangkuti. Di sinilah, maka (berangkat dari pengalaman Isbedy) pintu-pintu genre tulisan lainnya ternyata hampir otomatis dapat ditulisnya. Pertanyaannya adalah apakah semua penulis (utamanya pemula) dapat melakukan seperti halnya Isbedy ini. Tentu jawabnya tidak. Semuanya tergantung pada proses pelakuan hidup penulis sendiri. Pesan tersirat dari perjalanan Isbedy ini adalah kelurusan dan etos yang tak henti berkarya. Kejenuhan berkarya dapat dialirkan pada hal lain yang juga bermakna.
 
Jika kita meminjam rumus sukses menulis A.A. Navis, maka terjumpailah bahwa bakat alam itu hanya berandil 20 persen saja sedangkan lainnya berupa etos, keuletan, dan kreativitas. Sebuah alarm yang senantiasanya mengingatkan bahwa menulis bukanlah turunan, tetapi sebuah upaya, sebuah ghirah, sebuah semangat yang berkobar-kobar. Menyala seperti gunung api yang siap mengalirkan panas dalam laku liku sungai kepenulisan di bawahnya.
 
Meski belum seberuntung Hamsad yang mendapatkan bonus Khatulistiwa Award, tetapi etos dan karyanya adalah jawaban atas bagaimana sebaiknya menjadi manusia. Sebagaimana disindirkan Hardjono WS bahwa ciri manusia adalah menulis kalau tidak menulis bukan manusia mendapatkan justifikasi alami karena kalau tidak menulis kebutuhan hidupnya jadi terganggu.
 
Jika kita pelajar, mahasiswa, atau guru misalnya, yang mau berkaca pada cermin personal Isbedy ini, maka rasa malu akan hinggap sepenuh waktu. Ketidakpastian hidupnya berubah motivasi karya yang luar biasa. Andaikan guru-guru kita, mahasiswa, dan siswa kita melakukannya, sebuah harapan luar biasa dapat dipuja. Mudah-mudahan pengalaman Isebedy demikian akan menjadi inspirasi kita manakala memutuskan jatuh cinta dengan dunia kepenulisan. Tunggu apalagi?
***

http://sastra-indonesia.com/2009/02/belajar-menulis-dari-isbedy-stiawan-zs/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah