Selasa, 27 Juli 2021

BUAT J.W.V. GOETHE, II

Nurel Javissyarqi
https://pustakapujangga.com/2009/09/for-j-w-v-goethe-ii/
 
(I) Faust, aku mendengarmu dalam keriuh-rendahan
tebing sukmaku; bukit-bukit berbaris menguji dakian ini,
raut yang jauh di atas pegunungan salju adalah milikku.
Kau dinginkan tubuh hujan, kapas randu menerpa
jubahmu, yang kumal bagiku ketuaan wajahmu;
memandang purbawi dunia dari segala yang ada.
 
(II) Kau terdiam serupa patung es,
tapi panas gemuruh sukmamu memanggil mereka,
kepadaku hendak persembahkan tarian di panggung,
ketika semua tenggelam dalam penilaian-penilaianmu.
Ku tebarkan bunga-bunga harum di pelataran kesucian,
air menyetubuhi mawar memercik pada kerajaan cahaya;
kebahagiaan hidup memberi, teruntuk tuntunan tebusan.
 
(III) Aku rela mengunjungi kepahitan,
yang hianat biarkan senang dalam sekejap;
kemenangan di kuburan atau berharap, inilah
jantung keabadian, tengah meneguhkan niatan.
 
(IV) Panggilan ruh ketinggian kerinduan langit,
yang digubah sebelum kita memaknai peribadatan.
 
(V) Api gentayangan menghancurkan timur-barat
demi kepuasan tanda, kegilaan terus mencari kebodohan,
sampai tua belum menemukan, menyulami waktu keluh;
keterasingan dalam penjara, jiwanya luruh bertalu-talu.
Terbebas terali besi, burung-burung tidak patah arang,
sebab Margarete menebusnya dengan cinta mematikan;
racunnya nikmat ditelan keutuhan.
 
(VI) Di sinikah tempatnya, mati berkeadaan penasaran,
burung elang mencincang seluruh tubuh, tak luput otakku;
aku terbang bersamanya, tanpa kau sadari kekenyanganmu.
 
(VII) Dari Faust kukejar bayang sukma memburu hantu,
menelusupi urat-urat nadiku, darah segar mengucur; siapa
bermandi di telaga darah? Pembantaian di jalan sungsang?
 
(VIII) Akulah bumi abadi yang kau hujamkan bibit padi;
pohon-pohon jati, kembang-kembang mewangi,
angin memberi nafas mengeja awan di pantai.
Aku sendiri tertikam sunyi mencekam,
dalam kebekuan masa meleleh kesadaran;
tangisan penyesalan dalam liang pekuburan.
 
(IX) Jalan terduga matinya pendapat
atas kesepakatan singkat; patahnya mawar,
durinya menggores kulit padamkan cahaya.
 
(X) Ini getaran jiwa perubahan;
arah kapal berlayar mengarungi harapan,
membelah gelombang atas daya kesungguhan.
Burung-burung bangkai mengepak ke tepian pantai,
pada tanjung karang, bintang berkerlip di ujung malam.
 
(XI) Ayunan tangkai teratai mengembangkan kelopak,
di tengah telaga bersama ganggang dan ikan-ikan,
sedang lampu-lampu pejala menerangi sejauh lemparan.
Pagi, tetesan embun ketinggian daun mendenting petikan dawai,
lagu damai mulanya hasrat,
lalu pertemuan menggugah semangat.
 
(XII) Segelas kohwa mulai dingin, sewarna mega terangnya
bulan, terselip pada malam-malam mengusir kantukmu,
meninggalkan yang terlewati, berjalan pada yang dicari,
kepada lereng pebukitan kasih, kebebasan daun-daun
mengenal akrab gelap dan cahaya mentari.
 
(XIII) Di sini letaknya, semua gentayangan terjawab;
menghantui bangun bertingkat, terbuka pintu berharap.
Itulah burung hantu menyampaikan salam kelelawar,
memanggil degup jantung, tertancap di selangkang
jemari, menangkap kabut berharap butiran kasih.
 
(XIV) Ada datang tiba-tiba, menggedor pintu dada,
rumah suwung dihuni laba-laba, debu-debu menua;
pada keningnya tergaris penyesalan matahari,
tak sanggup menyokong tulang, gejolak api jiwa.
 
(XV) Meniti hawa tidak kunjung lengkap,
menata bebatuan setingkat awan melayang;
itulah senjakala belum membentuk stupa.
Di mana tempat ini? Pada ketinggian bukit,
atau terlepas sekapuk randu menuwai mesiu;
terbang berangin kencang tiada berat tetap bersinggah,
walau setipis gravitasi cemburu menambatkan tali kuda.
‘Turangga’ sihir ajaib itu, sang tuannya datangkan badai,
ribuan hujan peluru menancap tak sempat melihat bekas
kejadiannya, namun pujangga tahu sebelum dan setibanya.
 
(XVI) Di mana asalmu? Di balik endapan awan ungu,
atau bersemayam di dadaku; seiman tak lepas bara batu,
wajah-wajah tidak khianat di atas tungku para Mephisto,
hanya tarian keikhlasan, anggur dzikir membumbung
meninggalkan tahta pertemuan, melebihi kasih sayang.
 
(XVII) Batu legam terbelah cahaya keyakinan;
perang di batas kulit nurani setipis nafas ari-ari,
serupa penciptaan batu para pembangkang, atau
menurunkan salju, meleleh di ketinggian lautan.
Dan naik menenggelamkan kepulauan,
sebesar lorong jarum, mengucur deras ke segenap
penjuru; kesadaran iman batasnya di tenggorokan,
maka bertakbirlah sebelum berperang.
 
(XVIII) Faust, kau sesekali melebihi malaikat
pun hina serupa keledai kudisan;
persekutuan sesat bersama kucing hitam,
kau celupkan tinta lalu melukisnya,
hingga seluruh jagad gelap.
Awan hitam arang berarak pekat
oleh desakan angin timur-barat,
merangkum tanpa cahaya bulan,
hanya kilatan-kilatan petir kau anggap ilham.
 
(XIX) Di mana ruh lama bangkit menggugat,
nyawa kembali menemui bumi tambah menuai,
mengantarkan tulang keropos ke tempat istirah.
 
(XX) Tangkaplah sendiri, ruh gentayangan,
terserah berjala, atau dengan jaring laba-laba,
adalah lebih baik merasai hembusan musim;
angin dan air kau terima, terangkum ke tubuh.
Meleburkan pori-pori udara waktu diterbangkan
sejauh kaki-kaki mengapit punggung ‘turangga,’
sekuat aura tidak melepaskan paras nan ayu.
Kau melesat, setombak ditali bendera semangat
tarian perang berdentuman,
membujuk awan menabur bayu menuwai hening,
kepada tahta perawan, asal nurani menjelma niatan.
 
(XXI) Yang tak ingin tua memburulah sebau kopi jantan;
peperangan, gelombang menerjang tanjung karang jaman,
seperti buah apel hampir matang pada pohon matahari,
senantiasa memberi energi, tak luput tentunya terasa,
daunnya gugur bersama pengertian masa dipaksa.
 
7 September 2000.
http://sastra-indonesia.com/2008/11/buat-jwv-goethe-ii/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah