Minggu, 11 Juli 2021

Inggit dan Klandestin Buku Banceuy

Muhidin M. Dahlan *
jawapos.com
 
”Saya mencari consolation, hiburan hidup dari buku-buku. Saya membaca buku-buku. Saya meninggalkan alam ini, alam jasmaniah. Saya punya pikiran, saya punya mind terbang, meninggalkan alam kemiskinan ini, masuk di dalam ”world of the mind”; berjumpa dengan orang-orang besar, dan bicara dengan orang-orang besar, bertukar pikiran dengan orang-orang besar.” (Soekarno)
 
Hampir semua orang tahu, naskah pleidoi Indonesia Menggugat yang ditulis dan dibacakan Soekarno di Landraad Bandung pada 18 Agustus 1930 itu mencengangkan. Bukan hanya karena bahasanya bergemuruh, penuh gelora, propagandis, menghentak, menjambak, menunjuk, dan sekaligus membanting, melainkan juga naskah itu kaya akan literatur.
 
Jika kita mengindeks naskah itu dengan jeli, maka kita dapatkan ada sekira 66 nama tokoh yang dikutip Soekarno. Sebut saja Albarda, Anton Menger, August de Wit, Bauer, Boeke, Brailsford, Brooshooft, Clive Day, Colenbrander, Daan van der Zee, de Kat Angelino, Dietrich Schafer, Dijkstra, Duys, Engels, Erskin Childres, Federik Peter Godfried, FG Waller, Gonggijp, Henriette Roland Holsts, Herbert Spencer, HG Wells, Houshofer, Huender, Jaures, John Robert Seeley, dan Jozef Mazzini.
 
Ada juga Jules Harmand, Karl Kautsky, Karl Marx, Karl Renner, Kilestra, Koch, Kraemer, Lievegoed, Mac Swiney, Manuel Quezon, Michael Davitt, Multatuli, Mustafa Kamil, Parvus, Peter Maszlow, Pieter Veth, Raffles, Reinhard, Rouffaer, Rudolf Hilferding, Sandberg, Sarojini Naidu, Schrieke, Scmalhausen, Sister Nivedita, Sneevliet, Snouck Hugronje, Stokvis, Sun Yat Sen, Treub, Troelstra, van den Bergh van Eysinga, van Gelderen, van Heldingen, van Kol, van Lith, dan Vleming.
 
Tokoh-tokoh itu menempati posisi dari pelbagai penjuru aliran pemikiran; dari sosialis liberal, komunis, kaum agamawan, hingga penganjur kapitalis modern. Nama-nama itu berbaur dalam 33 judul buku yang dijadikan sandaran gagasan Soekarno di mana 99 persennya berbahasa Belanda.
 
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana bisa Soekarno mendapatkan begitu banyak pasokan buku? Padahal, naskah itu ditulisnya saat ia disekap dalam penjara sudra Banceuy yang kotor dan jorok selama 330 hari. Dalam kamar sel 1.5 x 2.5 meter itu, Soekarno dijaga ketat dan berlapis oleh spion-spion karena dianggap sebagai musuh pemerintah kolonial kelas wahid.
 
Adalah Inggit Garnasih yang mengambil peran itu. Inggit adalah ibu kos Soekarno saat ia kuliah di ITB Bandung yang kemudian dinikahinya. Umur mereka terpaut cukup jauh, tapi Soekarno yang masih berusia ting-ting merasa lebih tenteram dalam dekapan Inggit ketimbang dengan putri Tjokroaminoto, Utari, yang kemudian dipulangkannya lagi ke Peneleh Surabaya.
 
Inggit sadar bahwa Soekarno pemuda cerdas dan memiliki talenta besar sebagai seorang pemimpin nasional. Dan, sekaligus Inggit tahu Soekarno adalah hantu buku. Ia pelahap buku yang rakus. Bahkan, ketika rekannya yang membeli buku belum sempat membacanya, sudah direbut Soekarno duluan dan setelah selesai barulah buku itu dikembalikan.
 
”Kalau buku yang saya anggap penting, saya baca dari A sampai Z. Dan yang penting-penting saya garis-bawahi. Saya tulisi dengan pendapat saya. Pendek kata saya orek-orek (corat-coret) setengah ajur (hancur) buku tersebut,” seru Soekarno.
 
Tapi penjara dan pengucilan memutus semua itu, walau Soekarno tak sudah-sudah berteriak: ”Biar engkau meringkuk di antara empat tembok ini, tetapi besarkanlah engkau punya hati; ide yang terkandung di dalam dadamu memecahkan ini tembok, akan menjalar keluar tembok ini.”
 
Dan pada posisi ini kerja Inggit, istri yang sangat setia dan mencintai Soekarno sepenuh-penuh diri itu, diperlukan. Soekarno boleh saja menjadi hantu buku yang lahap, tapi penjara Banceuy tetap mengharamkannya bertemu dengan buku. Inggitlah yang membuka jalan bagaimana Soekarno kembali bergulat dengan buku, terutama sekali saat ia sedang mempersiapkan sebuah pleidoi panjang atas rentetan tuduhan subversif yang dituduhkan pengadilan kepadanya.
 
Dengan caranya sendiri yang sederhana, Inggit menempuh jalan klandestin. Mula-mula, Inggit mengutus kurir ke Jakarta untuk mengambil buku-buku milik Mr Sartono. Tak lupa Inggit memesan kurir untuk berpindah-pindah kendaraan agar tak diketahui spion-spion pemerintah kolonial yang berkeliaran menginternir aktivis-aktivis pergerakan.
 
Untuk bisa lolos ke dalam penjara, buku-buku itu dililitkan Inggit distagennya dengan didahului puasa tiga hari supaya perutnya bisa kempis betul. Lolos dari pintu depan, tak berarti mata para spion Banceuy lepas. Namun Inggit selalu berhasil memperdaya penjagaan berlapis spion itu hingga Soekarno mendapatkan pasokan buku yang cukup dalam selnya yang apak.
 
Buku-buku pasokan Inggit itulah yang dinukil Soekarno secara diam-diam nyaris setiap malam. Pembelaan yang telah diterjemahkan ke dalam lusinan bahasa di daratan Eropa itu ditulis Soekarno di atas kaleng rombeng yang berbau pesing lantaran dipakai untuk buang hajat sekalian. Pada saat Soekarno ingin menulis, kaleng ini dibersihkan lagi.
 
Soekarno butuh waktu empat pekan untuk membacakan pleidoi ini mulai 18 Agustus hingga 22 Desember 1930 dengan didampingi kwartet pembela: Sartono, Sasromuljono, Sujudi, dan R Ipih Prawiradiputra. Tapi Landraad tetap tak bergeming dengan keputusannya. Soekarno tetap dihukum 4 tahun penjara. Sementara tiga rekannya, Gatot Mangkupradja, Maskun, dan Supriadinata masing-masing kena 2 tahun, 1 tahun 8 bulan, dan 1 tahun 3 bulan.
 
Tapi ini bukan soal gagalnya pleidoi itu membebaskan Soekarno dan rekan-rekannya dari interniran, melainkan bagaimana pleidoi itu sendiri menjadi naskah klasik yang paling gemilang yang dilahirkan manusia republik di masa pergerakan.
 
Dan di antara deretan kutipan pleidoi Soekarno itu, jangan dilupakan keringat dan ikhtiar Inggit Garnasih, perempuan pendamping paling setia dan tabah yang kemudian dibuang begitu saja oleh Soekarno lantaran dia mendapatkan gadis yang lebih muda di dataran Bengkulu: Fatmawati.
***
 
*) Kerani di Indonesia Buku dan penulis buku ”Seratus Catatan di Balik Buku” (2009, bersama Diana A.V. Sasa) http://sastra-indonesia.com/2009/06/inggit-dan-klandestin-buku-banceuy/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah