Sabtu, 17 Juli 2021

Jangan Main-main dengan Sastra(wan)

Lan Fang *
manuskripdody.blogspot.com
 
Pada 29 September 2010, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim menggelar Temu Sastra Jatim 2010. Perhelatan yang ke-5 ini diusung dengan tajuk ”Prosa dan Realitas Sastra Kini”.
 
Bila membicarakan realitas sastra, baiknya kita menyepakati bahwa karya sastra tidak jatuh dari langit. Melainkan diciptakan oleh para sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat.
 
Secara sosiologis, sastrawan merupakan bagian dari masyarakat sebab terikat oleh kelompok sosial yang berkaitan dengan pendidikan, agama, adat istiadat, dan semua lembaga sosial yang mengelilinginya. Sastrawan menggunakan bahasa sebagai medium menyampaikan gagasan, gambaran, ide dan segala perenungan. Sastrawan merekam semua kenyataan sosial yang saling bertaut dalam hubungan antarmanusia kemudian dipantulkannya kembali dengan memakai bahasa. Jadi, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.
 
Fahrudin Nasrulloh dalam makalahnya yang berjudul Dewan Kesenian dan Problematik Sastra Jatim menuliskan bahwa 38 kabupaten dan kota yang ada di Jatim mempunyai 10 subkultur kebudayaan. Berdasarkan pemetaan Ayu Sutarto dan Setya Yuwana Sudikan, 10 subkultur itu adalah Jawa Mataraman, Jawa Ponoragan, Arek, Samin, Tengger, Osing, Pandalungan, Madura Pulau, Madura Bawean, dan Madura Kangean. Kemudian ditambahkan juga dengan budaya China dan Arab. Masing-masing subkebudayaan itu mengembangkan lingkup kebudayaannya dengan sangat kaya dan luas, termasuk berbahasa dan bersastra.
 
Dari realitas yang heterogen itu, lahirlah berbagai motor penggerak sastra di Jatim. Mulai dari sastra pedalaman, sastra pesisir, sastra buruh migran, sastra Melayu Tionghoa, sastra peranakan sampai sastra pesantren, dan sebagainya. Sapardi Djoko Damono dalam esainya yang berjudul Poerbatjaraka, Sastra Klasik dan Kita : Sebuah Kasus Kritik Sastra Indonesia menyebutkan bahwa para satrawan mempunyai ”sejarah sastra” sendiri-sendiri.
 
Namun, Sumpah Pemuda 1928, yang pada salah satu sumpahnya menyatakan: menjunjung tinggi bahasa persatuan: bahasa Indonesia, membawa dampak langsung bagi perjalanan sejarah sastra di Tanah Air. Yaitu: dengan berbagai latar belakang sosial, ekonomi, kultur, geografi dan agama, para sastrawan menuangkan rekaman kehidupan masyarakat dari bahasa dan kebudayaan masing-masing ke dalam bahasa Indonesia.
 
Maka sebagaimana bahasa Mandarin menuliskan sastra China, bahasa Arab menuliskan sastra Arab, bahasa Inggris menuliskan sastra Inggris, bahasa Melayu menuliskan sastra Melayu, begitu pula bahasa Indonesia menuliskan sastra Indonesia.
 
Jadi acara tersebut lebih tepat disebut sebagai : Temu Sastrawan Jatim. Sebab, tidak ada bahasa Jatim yang menuliskan sastra Jatim. Jadi akan lebay bila masih memerkarakan seperti apakah sastra Jatim, efektivitas Dewan Kesenian Jatim, dan berbagai macam problem klasik lainnya. Seharusnya yang menjadi wacana adalah bagaimana peningkatan produktivitas dan kualitas para sastrawan Jatim sehingga bisa berkontribusi bagi perkembangan sastra Indonesia.
 
Tjahjono Widarmanto mencermati perjalanan sejarah sastra di Jatim melalui makalahnya Menengok Tradisi Sastra. Ia menjabarkan karya-karya sastra fenomenal yang lahir pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu Buddha yang berpusat di Jatim. Misalnya, Kitab Pararaton yang meriwayatkan Ken Arok dan raja-raja Singgasari, Kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca.
 
Setelah Majapahit runtuh, Islam masuk dan berkembang ke Jawa. Dalam siar Islam, para wali juga menggunakan sastra sebagai salah satu medianya. Sunan Kalijaga menganggap kesusastraan adalah bagian kebudayaan terpenting untuk memahami masyarakat Jawa. Maka lahirlah karya-karya sastra Islam seperti Suluk Wujil yang menceritakan wejangan Sunan Bonang kepada siswanya yang bernama Wujil.
 
Industri media
 
Akhirnya, makalah Mashuri yang berjudul Masih Ada Cerpen di Jawa Timur mengamati kiprah dan eksistensi para sastrawan Jatim di era industri media dan teknologi seperti digital, blog, facebook, dan sebagainya.
 
Tidak bisa dinafikan bahwa sastrawan membutuhkan teknologi, media, kekuatan kekuasaan politik dan pasar untuk mempermudah proses kreatif serta sarana publikasi. Sebab, nilai-nilai instrinsik karya sastra tidak mungkin terangkat ke permukaan dengan sendirinya tanpa campur tangan kekuatan ekstrinsik. Tetapi perlu diingat bahwa sastrawan bukan cabup, cawali, cagub, atau caleg yang memopulerkan diri untuk mendapatkan dukungan masyarakat sebanyak-banyaknya.
 
Sebaliknya, sastrawan yang baik adalah seniman sekaligus ilmuwan yang mau terus belajar, mengamati, dan menyikapi seluruh aspek-aspek kehidupan. Sebab, popularitas yang akan atau dan telah didapatkannya lahir dari rahim karya yang berkualitas. Hal itu tidak mungkin tercipta melalui pemikiran serta pemahaman yang dangkal dan instan.
 
Aguk Irawan MN dalam tulisannya yang berjudul Sastra Islam dan Perjuangannya (Kompas, 25 September 2010) menuliskan bahwa Al Quran dengan sangat terang sebanyak 10 kali dan dengan bentuk sinonimnya sekitar 60 kali dan secara istimewa menyebut satu suratnya dengan nama As-Syu’ara atau ”penyair” (QS As-Syu’ara [26], 24-27). Melalui surat itu, Al Quran secara khusus mengapresiasi penyair (baca : sastrawan) sebagai sebuah profesi atau pekerjaan dan ekspresi manusia yang istimewa karena kemampuannya berkata-kata dengan memesona sekaligus juga sugestif, imajinatif dan kontemplatif. Karena itu, siapa pun jangan main-main dengan sastra(wan).
***
 
*) Lan Fang Penulis Esai, Prosa, dan Puisi, Bertempat Tinggal di Surabaya. Novel terbarunya: Ciuman di Bawah Hujan (2010). http://sastra-indonesia.com/2011/10/jangan-main-main-dengan-sastrawan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah