Selasa, 20 Juli 2021

Pemartabatan Bahasa dan Sastra Melayu

Sastri Sunarti
infoanda.com/Republika
 
Seminar bahasa dan sastra Mabbim (Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia) dan Mastera (Majelis Sastera Asia Tenggara) baru saja diselenggarakan di Hotel Borobudur, Jakarta, pada 7-8 April 2008. Seminar diikuti semua anggota Mabbim dan Mastera, ditambah Singapura yang masih berstatus sebagai pengamat.
 
Seminar bahasa dan sastra ini diselenggarakan dalam rangka peringatan ulang tahun ke-35 Mabbim. Tema yang diusung adalah Memartabatkan Bahasa dan Sastra Nasional dalam Upaya Meningkatkan Ketahanan Budaya Serumpun.
 
Tema tersebut mendapat tanggapan beragam dari para pemakalah yang datang dari empat negara serantau itu. Seminar diawali Dr Dendy Sugono, selaku pemakalah utama, yang menyampaikan kertas kerja Pemartabatan Bahasa dan Sastra Nasional dalam Upaya Meningkatkan Ketahanan Budaya Serumpun.
 
Dalam prasarannya, Dendy Sugono antara lain mengungkap persoalan yang dihadapi oleh bahasa Melayu/Indonesia di negara-negara anggota Mabbim. Persoalan itu, antara lain adalah makin terpinggirkannya bahasa Melayu/Indonesia di tengah pemakainya, terutama di ruang-ruang publik yang cenderung menggunakan bahasa asing serta memakai bahasa secara tidak teratur.
 
Persoalan ekonomi, menurut Dendy, juga ikut mempengaruhi perilaku berbahasa pengguna bahasa tersebut. Misalnya, rasa kagum terhadap kemajuan perekonomian Barat (Inggris dan Amerika) menjadikan bahasa Inggris dipandang lebih tinggi nilai dan gengsinya untuk digunakan di bidang ekonomi dan teknologi dibandingkan bahasa Indonesia/Melayu.
 
Masalah lainnya yang dihadapi dalam upaya pemartabatan bahasa nasional adalah masih banyaknya masyarakat yang rendah pendidikannya. Untuk itu, Kepala Pusat Bahasa, yang sekaligus sebagai Ketua Mabbim dan Mastera Indonesia, tersebut mengingatkan masih perlunya upaya peningkatan mutu penggunaan bahasa di tempat umum. Misalnya, penggunaan nama bangunan, pemukiman, pusat belanja, petunjuk lalu lintas, wisata, iklan dan publikasi, perbukuan, surat kabar, majalah, radio, serta televisi.
 
Dendy Sugono juga mengeritik pemakaian judul buku yang menggunakan bahasa Inggris pada sampul depannya, tetapi isinya tetap memakai bahasa Indonesia. Menurutnya, sikap itu dapat dikategorikan sebagai upaya yang menyesatkan pembaca.
 
Upaya transformasi
 
Pendapat yang agak berbeda disampaikan oleh Azhar Ibrahim Alwee dari Singapura. Menurutnya, jika dahulu pemartabatan bahasa Melayu/Indonesia diperlukan sebagai upaya defensif terhadap pihak kolonial yang berkuasa, maka saat ini pemartabatan itu lebih diarahkan sebagai upaya melakukan transformasi terhadap kekayaan bahasa/sastra, seperti memperbarui karya sastra lama agar dapat dinikmati oleh generasi muda.
 
Pada hari kedua seminar, Profesor Emeritus Abdullah Hassan (dari Malaysia), dengan makalah bertajuk Bahasa Melayu dan Cabaran Kemunculan Era Kreasi Abad ke-21, menyarankan agar kita meningkatkan kreativitas dalam penggunaan bahasa, sebab bahasa mempunyai kaitan yang sangat erat dengan daya kreativitas suatu bangsa.
 
Di dalam setiap bahasa, menurutnya, terkandung nilai-nilai budaya suatu masyarakat bangsa penutur asli bahasa itu. Di dalam bahasa Inggris, misalnya, terkandung nilai-nilai budaya individualisme. Di dalam bahasa Jepang, Cina, Korea, dan bahasa Melayu, terkandung nilai-nilai budaya kolektivisme.
 
Karena itu, bangsa Melayu hendaknya tidak merasa rendah diri dengan bahasa yang telah menjadi miliknya selama beratus bahkan beribu tahun. Sebab, menurut Abdullah Hassan, hanya melalui bahasa yang telah menjadi identitas budaya bangsa, peningkatan kreativitas dapat dilakukan.
 
Hassan mencontohkan bangsa Jepang yang sangat gigih menggunakan bahasa Jepang dalam dunia pendidikan secara luas. Kegigihan itu telah berhasil mendorong masyarakat Jepang sebagai produsen benda-benda hasil teknologi yang digunakan di seluruh dunia. Seperti, produk kendaran bermotor, pemasak nasi listrik, dan jam tangan yang berhasil melewati batas sempadan antar-bangsa.
 
Lebih jauh Abdullah Hassan menyarankan agar Mabbim/Mastera tidak hanya menjadi ajang bagi perdebatan panjang mengenai istilah kebahasaan di tiga negara anggota tanpa berhasil menjadikan bahasa Melayu/Indonesia sebagai bahasa yang dimanfaatkan secara praktis bagi penuturnya.
 
Hassan juga menyindir Mabbim yang telah berusia 35 tahun, namun masih seperti orang yang hanya berupaya mengasah pisau selama usia yang cukup panjang itu, tetapi tidak pernah menggunakan pisau tersebut sebagai alat untuk “menyembelih”.
 
Prestasi FLP
 
Usul yang baik disampaikan oleh Helvy Tiana Rosa dari Indonesia. Helvy menyampaikan model pendidikan calon-calon penulis seperti yang dilakukan melalui Forum Lingkar Pena (FLP). Menurutnya, FLP sejauh ini telah berhasil menggalang anggota sebanyak 5000 orang yang tersebar di 125 cabang di dalam maupun di luar negeri.
 
Pengarang novel Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy, merupakan salah seorang pengarang yang dulu menjadi anggota FLP Cabang Kairo, Mesir. Pada seminar Mabbim-Mastera itu Habiburrahman memperoleh penghargaan dari Pusat Bahasa sebagai sastrawan yang telah berhasil menggugah masyarakat secara luas untuk membaca.
 
Helvy juga menyampaikan keinginan beberapa calon penulis dari Malaysia dan Singapura yang berhasrat menjadikan FLP sebagai wadah penulis serantau yang anggotanya tidak terbatas hanya orang Indonesia belaka.
 
Seminar Mabbim dan Mastera dilanjutkan dengan sidang tertutup Mabbim selama dua hari berikutnya. Isu cukup hangat lainnya yang mencuat selama seminar tersebut adalah pentingnya menjaga dan meningkatkan hubungan baik dalam bidang kebahasaan dan kesasteraan yang telah terjalin selama ini di antara negara anggota.
 
Pada sambutan penutupan seminar, Dr Firdaus Abdullah, selaku ketua Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia sekaligus ketua Mabbim dan Mastera Malaysia, menyampaikan harapannya agar hubungan baik yang telah ada antara Indonesia dan Malaysia melalui organisasi kebahasaan dan kesastraan itu tidak mudah rapuh oleh pemberitaan yang cenderung sensasional yang dapat merusak hubungan baik yang telah terbina selama ini.
 
Sejumlah peserta dari Malaysia, Brunei, dan Singapura, juga menyayangkan betapa sedikitnya karya sastra dari tiga negara itu yang dikenal luas di Indonesia. Sebaliknya, karya sastra Indonesia setidaknya selama 50 tahun ke belakang amat dikenal luas di tiga negara jiran tersebut.
 
Para pemakalah dan peserta seminar sepakat agar karya dari keempat negara serumpun itu lebih banyak disebarluaskan dan dibuat semacam antologi yang memuat karya-karya sastra dari keempat negara serumpun. Upaya ini penting dilakukan guna memahami lebih dekat masyarakat dari masing-masing negara serumpun yang menurut Azwar bin Alwee (dari Singapura) tidak hanya senasab tetapi juga senasib.
 
Penyebarluasan karya sastra di keempat negara serumpun itu diharapkan juga dapat mempertipis perbedaan yang ada serta agar dapat dinikmati dan diapresiasi secara lebih luas oleh khayalak pembacanya. Tidak mustahil pada suatu hari nanti akan muncul penghargaan sastra sekaliber Nobel yang khas dari negara serumpun Melayu.
***

*) Peneliti Pusat Bahasa Depdiknas. http://sastra-indonesia.com/2010/10/pemartabatan-bahasa-dan-sastra-melayu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah