Selasa, 20 Juli 2021

Sastra dan Rasa Cinta pada Tuhan

Marhalim Zaini
riaupos.com
 
Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
 
Masih ingatkah adik-adik dengan cuplikan di atas? Itu baris-baris lirik dari sebuah lagu yang dipopulerkan oleh kelompok musik legendaris, Bimbo, berjudul “Sajadah Panjang.” Tahukah adik-adik, bahwa lirik lagu itu adalah bait pertama (dari 4 bait) puisi karya Taufiq Ismail?
 
Di bulan Ramadan ini, lebih elok juga kiranya kalau kita berbicara lagi tentang puisi-puisi, atau karya sastra, sebagai ruang ekspresi seseorang untuk mengungkapkan rasa cintanya pada Tuhan. Ada banyak karya sastra tentunya yang dapat kita apresiasi, yang mengangkat tema ini. Sebab sejak lama para pujangga kita, bahkan di zaman klasik, telah pun menuliskan rasa cintanya yang dalam kepada Tuhan.
 
Satu hal yang perlu dicatat, bahwa sesungguhnya justru karya-karya mereka lahir memang diproyeksikan untuk sesuatu yang membawa ajaran moral dan bersifat relijius. Sebab para pujangga lama kita itu, menganggap sastra sebagai panutan hidup. Bahkan, seorang pujangga memang bertugas mengemban “kalam Tuhan.” Maka, adik-adik akan segera membaca banyak sekali unsur-unsur didaktis dan pedagogis (bersifat mendidik) di dalam karya-karya mereka.
 
Di antaranya, karya yang paling terkenal di Riau bahkan di luar Riau, dan saya kira juga diajarkan di sekolah-sekolah adalah karya Raja Ali Haji, Gurindam Duabelas. Nasehat-nasehat agama dan moral demikian gamblang kita temukan di dalamnya, semisal: “barangsiapa mengenal Allah, suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.”
 
Karya lain, dari pujangga lain adalah, semisal Hamzah Fansuri. Ia kerap digelar sebagai “penyair sufi.” Bahkan dia pun disebut sebagai perintis tradisi sastra tulis Melayu, digelari pula sebagai bapak “Sastra Melayu.” Dalam sebuah karyanya yang terkenal berjudul “Syair Perahu” ia menulis begini, “Hai muda arif budiman/ hasilkan kemudi dengan pedoman/ alat perahumu jua kerjakan/ itulah jalan membetuli insan.”
 
Nah, dalam perkembangannya, karya-karya serupa itu terus diciptakan oleh generasi setelahnya. Ada banyak nama yang patut kita sebut. Di antara yang banyak itu, ada Sutardji Calzoum Bachri dan Ibrahim Sattah dari Riau. Di luar, ada Danarto, Emha Ainun Nadjib, D. Zawawi Imron, dan lain-lain. Sutardji dalam sebuah karyanya berjudul “Walau” menulis tentang kebesaran Tuhan, yang melebihi apa pun, termasuk pujangga besar sekalipun yang lihai menulis kata-kata. Bunyinya begini (bait pertama): “Walau penyair besar/ takkan sampai sebatas Allah.” Tapi, kenapa kira-kira, mereka menuliskan kecintaan akan Tuhan itu lewat sastra? Bukankah, rasa cinta pada Tuhan, timbul karena kepekaan jiwa seseorang, yang kerap disebut sebagai “iman?” Maka, kadang, rasa cinta pada Tuhan juga tidak muncul begitu saja setiap kali kita beribadah rutin macam sholat, juga puasa. Sebab, ia turun-naik. Rasa cinta, tak muncul tiap hari, tiap saat. Perlu kesadaran dan kepekaan jiwa.
 
Maka, dengan begitu, sastra menjadi media yang cukup pas kalau berbicara tentang rasa cinta pada Tuhan. Rasa cinta itu beragam bentuk dan asal-usulnya. Bisa dari kerinduan yang dalam, bisa kekaguman yang besar, bisa dari rasa berdosa seorang hamba, bisa dari ketakberdayaan manusia, bisa dari pencarian spiritual dan ketenangan, dan banyak lagi. Jadi, adik-adik, bisa saja menuliskan puisi atau cerpen dengan tema itu, tentu dari sudut pandang adik-adik sendiri.
 
Karya cerpen yang hadir edisi ini nampaknya juga masih terkait dengan tema Islami, “My Name is Setan” karya Sadry Ibnu Sofyan. Cukup menarik sebenarnya sudut pandang yang dibidik. Imajinasi kolektif pembaca tentang sosok Setan dimainkan dalam reaalitas real dunia manusia. Meski masih juga terasa Sadry hendak mendesak-desakkan pesan moralnya, sehingga masih ada kesan “menggurui.”
 
Puisi, ada “Rasa yang Dicinta” karya Yofi. Ada aroma rindu kampung di sana. Cukup baik membangun diksi, meski masih lemah mengurai ruang-ruang makna. Puisi lain, aroma Ramadan berpadu dengan kritik sosial, “Politik Kampung Ramadan” karya Mohd. Tabroni. Namun, masih lemah pe-ngembangan tema, juga kurang selektif pemilihan diksinya.
 
Puisi berikut, ada “Tersesat dalam Angan” karya Yelna Yuristiary. Nampaknya Yelna masih suka bermain dengan tema-tema “di luar dirinya.” Ada kisah memang di sana, tapi masih rumpang dan sempit membangun makna. Puisi “Gejolak Hati” karya Ridho M Fathan, lebih terasa sublim. Terasa lebih padat. Cukup kuat bermain imaji.
 
“Gerimis di Beranda Neraka” karya Al Fanizat, hendak berbicara tentang kesadaran akan diri yang berdosa. Tapi, masih lemah memilih diksi. Harus lebih banyak berlatih menulis puisi. Karya lain, “Langkah Pasti” karya Muhammad Hadi. Aroma religius juga terasa di sana. Meski masih juga terasa kaku bahasanya.
***

http://sastra-indonesia.com/2010/09/sastra-dan-rasa-cinta-pada-tuhan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah