Minggu, 11 Juli 2021

SEJUMLAH KONTROVERSI HADIAH SENI (SASTRA)

Hudan Nur *
 
“Budi Palopo dapat hadiah seni dari gubernur. Tahun depan aku njagoin Lan Fang. Tahun depannya lagi Tjahjono Widianto terus A. Muttaqin, S. Yoga ==> lha kok klik DKJT semua ya? Politiknya kayak TUK ya… atau sama juga DKL. Wah politicking jadi virus juga di seni. Bencana nih!” (sms seorang teman)
 
NAMPAKNYA keberlangsungan sejarah sastra memang harus bertengkar dan berludah-ludah. Tidak hanya menyuarakan ketertindasan sosial tetapi juga bertengkar dengan koleganya. Sehingga penyasastra yang idealnya soliter cenderung berklik. Seperti Pramoedya Ananta Toer yang layak mendapatkan Ramon Magsasay bahkan Nobel dijegal karena dendam lama Taufik Ismail kala Pram berkuasa. Pun halnya Pablo Neruda di tahun 1964 saat ia menjadi petinggi Chile, ia tidak mendapat Nobel. Saat itu, Sartre sendiri mengakui Neruda-lah yang layak mendapatkan Nobel tetapi karena ada campur tangan CIA, Nobel diberikan kepada Sartre dan ia menolaknya.
 
Sejarah sastra memang identik dengan pertengkaran dalam arti sempit. Gabriel Garcia Marquez pernah ditonjok Mario Vargas Llosa, begitupun Chairil Anwar juga pernah ditonjok HB. Jassin. Kini pertengkaran diwarisi dengan sistem perkubuan atau istilah berklik. Sebut saja, klik Salihara atau klik TUK atau klik KSI dan lain-lain. Bahkan penghadiahan bidang seni, budaya, atau sastra berdasarkan sistem kolega dan berklik.
 
Ironisnya karya tidak lagi dinilai dari segi kualitas tetapi faktor-faktor lain yang bersifat kepentingan tertentu dan acapkali berhubungan dengan kekerabatan. Tentu hal ini tidak fear! Ada banyak sesi penghadiahan yang diberikan oleh petinggi daerah, SKPD tertentu yang menjadi kontroversi karena dinilai tertutup dalam menentukan si penerima anugrah atau hadiah. Sebut saja Dinas Budaya dan Pariwisata Propinsi Kalimantan Selatan dengan Anugrah Budayanya yang dinilai bagi sebagian kalangan hal ini ganjil. Idealnya sebuah hadiah diberikan dengan kriteria tertentu dan sistem penjurian oleh pihak yang kompeten. Sejauh ini, pihak panitia tidak pernah mengekspose dan terkesan tertutup.
 
Selama ini, hadiah seni (sastra) yang diberikan oleh gubernur juga tidak ditahu secara luas siapa-siapa yang menilai pun kriteria penilaian yang bagaimana hingga seorang mendapat hadiah sastra, sebab sastra bukan semata teks (aksi) tetapi juga gerakan (reaksi) sehingga bila ada kekeliruan di suatu waktu bisa dikoreksi. Sebagai contoh, seorang sastrawan asal Hulu Sungai Selatan, Aliman Syahrani (AS) yang pernah mendapatkan hadiah sastra dari Gubernur Kalimantan Selatan. Dan beberapa waktu terakhir mendapat koreksi atas karya-karyanya yang disinyalir memflagiat karya orang lain.
 
Dalam beberapa pertemuan rekan-rekan sejawat yang tidak disengaja, perbincangan menyoal keaslian karya dan sejumlah bukti-bukti selalu mengarah ke AS. Terakhir puisinya yang termasuk dalam Antologi Sastra Kalimantan Selatan di Tabalong tahun 2010 yang berjudul Pasar Terapung juga disebut-sebut memiliki persamaan dengan orang terdahulunya. Terlebih disebut-sebut, wajar saja kontroversi flagiator Noor Hidayah bisa menang wong jurinya juga seorang flagiat! Sangat memprihatinkan, bukan?
 
Sebagai contoh; “Setelah melakukan pengkajian dan menimbang berbagai masukan, cerpen Perempuan Tua dalam Rashomon tulisan Dadang Ari Murtono, yang dimuat Kompas Minggu (30/1) dinyatakan dicabut dan tidak pernah dimuat dengan berbagai alasan. Redaksi (dimuat Kompas Minggu 6 Februari 2011 hal.20).” Info Abdul Malik Mojokerto.
 
Barangkali hal beginilah yang seharusnya ditiru dalam khasanah penghadiahan seni (sastra) dan event sastra agar penulisnya tidak berulah lagi. Lalu bagaimana dengan AS yang terlanjur mendapat hadiah sastra namun belakangan disinyalir karyanya flagiat? Mungkin, kalau permulaan masih bisa ditorerir bagi sebagian kalangan, tetapi AS hingga 2010 memasukkan puisi Pasar Terapungnya dalam Antologi Aruh Sastra dan menjadi pergunjingan berbagai pihak.
 
Selain itu kontroversi serupa juga terjadi ketika Balai Bahasa Banjarmasin (BBB) yang setiap dua tahun sekali mengumumkan nama-nama yang mendapat award. Bagi sejumlah orang perorang kenapa tidak A, Kenapa harus B yang dapat? Kriterianya apa? Yang menilai siapa? Sebagian kalangan beranggapan masih ada yang lebih tepat untuk menerimanya jadi kenapa harus B, kenapa tidak A? Ada seorang tua berkata, bila ingin mendapat award serupa kita harus pro dan jangan pernah mengkritisi dalam bentuk apapun karena misi BBB hanya memberikan apresiasi terhadap orang yang berkiprah di dunianya, tanpa misi politik apapun. Dan sudah tentu adalah mereka yang sudah dikenal (dekat) berklik oleh BBB.
 
Begitu pula dengan Radar Banjarmasin Award (RBA) yang pertama kali digelar dipenghujung tahun 2010 yang lalu di kawasan Minggu Raya Banjarbaru, kenapa yang dapat adalah Sainul Hermawan dan Kayla Untara. Malahan seorang teman menyatakan “Wah bila Sainul saya sepakat, tetapi untuk Kayla saya belum punya referensi!” Isu yang beredar karena keduanya sering mengirimkan tulisan ke Radar Minggu. Hingga pada malam penganugrahan yang semestinya dihadiri ratusan simpatisan yang datang hanya sebagian kecil, itupun mereka yang berdomisili di Banjarbaru, yang lainnya tidak datang dengan alasan tidak tahu dan sebagian lagi berkonfrontasi (klik).
 
Padahal diluar kecenderungan like dan dislike ataupun klik di Kalimantan Selatan yang apriori, RBA (mungkin) ingin membangkitkan kelesuan sastra Koran bagi penulis lokal yang semakin ke depan semakin jarang mengekspose tulisannya. Tetapi, setelah ajang RBA itu, tidak terlihat ada implikasi positif dalam bentuk nominal apresiasi ke setiap penulis medianya begitu juga dengan halaman rubriknya yang tidak bertambah. Atau penulisnya yang sedikit hingga sampai sekarang rubriknya hanya satu halaman?
 
Euforia hadiah seni (sastra) di sejumlah penganugrahan hanya menjadi gondok dan pertanyaan bisu. Tidak ada penilaian secara kualitas yang digunakan dalam menilai, hanya pertanda bahwa eksistensinya dinilai ada. Selebihnya faktor kedekatan, kenal, dan klik. Itu saja!
***

*) Koordinator Divisi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Hak-hak Budaya dan Sastra, Yayasan Tadulakota’. http://sastra-indonesia.com/2013/05/sejumlah-kontroversi-hadiah-seni-sastra/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah