Kamis, 22 Juli 2021

SUPER HILANG, SEGEROBAK SAJAK HAMID JABBAR

: KESERIUSAN YANG TAK KENAL LELAH
 
Maman S. Mahayana *
 
Hamid Jabbar, Super Hilang (Balai Pustaka, 1998), xii + 397 halaman
Puisi bukanlah caci-maki. Ia juga tidak sekadar ungkapan perasaan melankolis remaja yang cengeng. Seperti juga ragam karya sastra lainnya, sangat mungkin puisi dimanfaatkan sebagai alat untuk mengungkapkan kegelisahan penyair ketika ia mesti ber-hadapan dengan ketidakadilan, ketidakberdayaan atau manakala ia merindui cinta ilahiah. Oleh karena itu, di tangan penyair, puisi dapat menjadi semacam potret kehidupan atau ekspresi subjektif penyairnya sendiri. Inilah yang terjadi dalam antologi Super Hilang (Balai Pustaka, 1998; xii + 397 halaman) karya Hamid Jabbar. Sebuah antologi yang berisi 143 sajak yang dihasilkannya lebih dari seperempat abad lamanya (1972–1998).
 
Dari segerobak puisi itu, ada beberapa catatan yang agaknya pantas dikemukakan berkenaan dengan itu.
 
Pertama, secara tematis puisi-puisi dalam antologi ini dapat dikelompokkan ke dalam dua tema besar: kerinduan kepada Sang Khalik (religius) dan sikap permusuhan pada penguasa (kritik sosial). Secara konsisten, Hamid menggarap kedua tema itu dengan memanfaatkan apapun yang mungkin dapat dijadikan sebagai alat pengejawantah-annya. Meskipun bentuk tipografi mendominasi pemanfaatan itu, ia juga kerap menggu-nakan kekuatan bunyi yang bersumber dari tradisi lisan, repetisi, onomatope, bahkan jika perlu, tanpa apapun sekadar untuk mengungkapkan kesunyisepian yang hendak digam-barkannya (periksa “Zikrullah”: 21, hlm. 32 atau dalam “Doa Terakhir Seorang Musafir”, hlm. 101).
 
Dengan cara yang sama, ia ulangi pula dalam “Doa Para Penguasa Sepanjang Masa” meski yang disebut terakhir ini justru untuk melukiskan hal yang sama sekali berbeda. Dari sudut ini, tampak bahwa Hamid secara serius telah berusaha memanfaatkan apapun untuk kepentingan puisinya, meskipun dalam peta perjalanan puisi Indonesia modern, hal ini bukanlah sesuatu yang sama sekali baru.
 
Kedua, keseriusan Hamid Jabbar dalam menggarap puisi-puisinya tampak dari ca-ra pengolahan kedua tema besar di atas (religius dan kritik sosial). Dalam sejumlah besar puisinya, Hamid sengaja memadukan kedua tema itu, sehingga memunculkan begitu ba-nyak paradoks. Di satu pihak, ia mengungkapkan permusuhannya dengan penguasa ko-rup, biadab, dan menindas, dan di lain pihak ia menyatakan kecintaan, kerinduan, dan ke-tidakberdayaannya di hadapan Sang Khalik.
 
Dengan demikian, perlawanannya pada penguasa seolah-olah diwujudkan dalam kepasrahannya di hadapan Sang Maha Penguasa. Inilah yang menyebabkan sejumlah puisi Hamid memunculkan serangkaian paradoks. Gambaran ini pula yang mengesankan posisi penyair seakan-akan berada dalam tarik-menarik antara kegelisahannya sebagai anggota masyarakat dan kerinduannya sebagai makhluk Tuhan. Dalam tarik-menarik antara dua sisi yang berbeda itulah, penyair terjepit dalam posisi yang penuh ketidakber-dayaan. Satu hal yang khas yang jarang dilakukan penyair kita. Ini pula yang menjadikan puisi Hamid berbeda dengan puisi penyair lain.
 
Ketiga, adanya beberapa revisi atas sejumlah karya yang telah dipublikasikannya, memperlihatkan juga bahwa puisi bagi Hamid Jabbar merupakan sesuatu yang penting. Demikian juga adanya proses penciptaan beberapa puisinya yang diselesaikannya dalam rentang waktu yang relatif lama dan terjadi di beberapa tempat, mengesankan bahwa puisi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sosok seorang Hamid Jabbar. Jika hal ini dianggap sebagai sebuah kelemahan, maka itu justru memperlihatkan keseriusan yang mengagumkan. Hamid Jabbar dengan puisinya merupakan dua hal yang, barangkali, tidak dapat dipisahkan. Puisi telah menyatu dalam kehidupan Hamid.
 
Keempat, meskipun antologi ini mengangkat dua tema besar (religius dan kritik sosial), secara lebih spesifik sesungguhnya antologi ini memperlihatkan tema-tema yang sangat beragam. Keberagaman ini justru menjadi menarik lantaran Hamid berusaha mem-bungkusnya lewat berbagai cara. Oleh karena itu, sangat wajar jika kita menemukan ada-nya begitu banyak pengaruh, seperti persajakan dalam tradisi lisan (mantra atau kaba), pantun, nyanyian dolanan anak-anak, dan pengaruh para penyair sufi. Dengan demikian, dalam banyak hal, puisi-puisi dalam antologi ini justru sangat kaya pengaruh yang lalu berpadu dan menjelma ke dalam karya-karya Hamid, sebagaimana yang dapat kita jumpai dalam antologi Super Hilang ini.
 
Kelima, kekayaan pengaruh sebagaimana dinyatakan di atas, justru menjadi se-suatu yang khas dan bukan sekadar tempelan, lantaran Hamid juga memanfaatkan berba-gai kemungkinan tipografi. Bentuk puisi naratif yang kadang kali diselingi bentuk puisi tradisional (pantun, syair, atau mantra), merupakan beberapa contoh dari kesungguhan Hamid memanfaatkan segala bentuk tipografi dan pengaruh-pengaruh yang melatarbela-kanginya. Jadilah puisi-puisi Hamid tidak tampak monoton dan berhasil menghidar dari bentuk-bentuk yang klise. Bahkan sekaligus memperlihatkan kekhasannya.
 
Dilihat dari keseriusan penyair dalam proses kreatifnya dan menjadikan puisi sebagai sesuatu yang penting dan telah menyatu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kepenyairannya, maka antologi antologi puisi Super Hilang ini patutlah kita sambut baik. Ada banyak hal yang memperlihatkan kepada kita, bahwa menulis puisi bukanlah sekadar main-main. Ia menjadi pekerjaan yang serius yang memerlukan kekayaan pengalaman batin dan keluasan pengalaman intelektual. Dalam konteks inilah, Hamid Jabbar telah mengejawantahkan peran sosialnya sebagai sastrawan
***

*) Maman S. Mahayana, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 18 Agustus 1957. Dia salah satu penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (2005). Menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FS UI) tahun 1986, dan sejak itu mengajar di almamaternya yang kini menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Tahun 1997 selesai Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Pernah tinggal lama di Seoul, dan menjadi pengajar di Department of Malay-Indonesian Studies, Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan. Selain mengajar, banyak melakukan penelitian. Beberapa hasil penelitiannya antara lain, “Inventarisasi Ungkapan-Ungkapan Bahasa Indonesia” (LPUI, 1993), “Pencatatan dan Inventarisasi Naskah-Naskah Cirebon” (Anggota Tim Peneliti, LPUI, 1994), dan “Majalah Wanita Awal Abad XX (1908-1928)” (LPUI, 2000). http://sastra-indonesia.com/2009/05/super-hilang-segerobak-sajak-hamid-jabbar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah