Selasa, 10 Agustus 2021

AKHUDIAT dan SKOLAH SKANDAL

Akhudiat, Sang Dramawan yang Penyair

Aming Aminoedhin
 
Siapa yang tak kenal dengan nama Akhudiat? Barangkali bagi kalangan pekerja teater, apalagi dari kalangan kampus, pasti akan kenal nama ini. Kenapa tidak? Karena naskah dramanya berjudul Jaka Tarub dan Rumah Tak Beratap, pernah memenangkan lomba naskah drama versi Dewan Kesenian Jakarta, tahun 1974. Lantas naskah drama lainnya yang ia tuliskan adalah Bui (1975) dan RE (1977).
 
Secara umum nama Diat, panggilan akrabnya Akhudiat, sangatlah dikenal di dunia teater modern Indonesia. Di samping nama-nama lain, semacam: Rendra, Putu Wijaya, Motenggo Bosje, Arifien C Noor , dan sederet nama-nama lainnya.
 
Diat mengaku pernah ikut kursus akting di Teater Muslim pimpinan Mohamad Diponegoro, dan juga berguru pada teater milik Arifien C. Noer. Kata Diat, kota Yogyakarta merupakan kota yang membekalinya dengan kosakata teater. Omongan Arifien C. Noer yang selalu dia ingat adalah, “Bacalah naskah drama, pelajari dialog-dialognya, kamu akan bisa menulis naskah sendiri.”
 
Berangkat dari sinilah, kemudian menulis sendiri, naskah-naskah teaternya, dan bahkan sampai memenangkan lomba penulisan naskah teater di Dewan Kesenian Jakarta tersebut. Akhudiat, lahir di Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, 5 Mei 1946. Diat punya ayah bernama Akwan (lahir 1925), petani yang tekun di desa Karanganyar, Rogojampi, Banyuwangi. Sedangkan ibunya, bernama Musarapah (lahir 1930). Istrinya bernama Mulyani, dan punya 3 anak: Ayesha Mutiara Diat (lahir 1975, perempuan), Andre Muhammad Diat (lahir 1976, laki-laki), dan Yasmin Fitrida Diat (lahir 1978, perempuan).
 
Akhudiat, pernah kuliah di Akademi Wartawan Surabaya (AWS), namun tidak diselesaikannya. Lantas ikut kursus Bahasa Inggris di Lembaga Indonesia Amerika (LIA) Jalan Dr. Soetomo Surabaya, hingga tingkat advance. Sarjananya didapatkan 1992 dari Universitas Terbuka (UT) Fakultas Ilmu Sosial (FISIPOL). Akhudiat, pernah pula ikut International Writing Program, University of Iowa, Iowa City, USA, pada tahun 1975.
 
Jabatan yang pernah diemban sebagai Komite Sastra dan Teater pada Dewan Kesenian Surabaya tahun 1972—1982. Pada tahun yang sama (1972—1982) sebagai sutradara dan penulis naskah teater di komunitas Bengkel Muda Surabaya (BMS). Jabatan lainnya, ia anggota pleno di Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT), dari tahun 1999 hingga sekarang. Menjabat sebagai steering committee Festival Seni Surabaya (FSS) dari tahun 2000 hingga sekarang. Sejak masa kecilnya Diat suka menonton bioskop, sandiwara keliling berbahasa Indonesia, seperti: Bintang Surabaya, Gema Masa, Kintamani, Opera Melayu, Ketoprak, Wayang Orang, dan Ludruk. Dia, Akhudiat, juga menonton Kentrung Trenggalek, Rengganis, yakni sejenis wayang menak dengan tokoh Amir Ambyah, Umarmoyo- Umarmadi, Putri China, Jin Baghdad, Lamdahur. Tidak itu saja, ia menonton juga Orkes Melayu, Wayang Potehi, Sandiwara Misri, dan banyak lagi. Itulah yang kemudian menjadikan Akhudiat kaya referensi tentang seni dan budaya, dan bahkan ia bisa menulis cerpen, puisi, dan naskah drama.
 
Melihat “drama” semacam itu, Akhudiat beranggapan kurang imajinatif, kurang “liar”, dan terlalu “diatur”. Menyikapi hal tersebut, bersama komunitas Bengkel Muda Surabaya, Akhudiat menawarkan panggung yang lain, yaitu “panggung kosong”.
 
Dunia panggung adalah dunia imajiner, make-believe, pura-pura, rekaan, mungkin tiruan alam luar panggung, mungkin juga tidak. Bisa berasal dari mana pun: gagasan sejarah, pengalaman, peristiwa sehari-hari, berita/artikel, mimpi, bahkan pure nothing, diraih dari angin. Maka muncullah di panggung, orang atau barang, baik sebagai pelaku/pelakon atau properti/alat bermain. Semuanya berubah, bergerak, berombak, berirama, berganti, bertukar, berkeliaran, bahkan berontak, menjadi lakon. Maka adegan-adegannya dominan out-door/exterior. Beberapa lakon awal saya juluki dengan “teater jalanan.” Bisa main di dalam gedung, taman, lapangan, halaman, pendapa, arena, atau di mana saja.
 
Dengan pikiran “teater jalanan” Diat mendapat gagasan ketika sering ketemu corat-coret (graffiti, tunggal: graffito) berupa tulisan atau cukilan di tembok, pohon, batu, bangku, gardu, halte, stasiun, terminal, tempat wisata, atau di mana pun, yang hanya berisi dua nama, pemuda dan pemudi yang sedang bercinta. Pesan singkat ini tentu mengandung kisah panjang di baliknya. Coretan atau “Grafito” kemudian dijadikan judul naskah dramanya.
 
Di samping menulis naskah drama, artikel, dan esai, Diat juga menulis puisi, cerpen, dan terjemahan apa saja dari bahasa Inggris. Terjemahan terakhirnya adalah drama absurd, “Drama tentang Drama” tulisan Samuel Beckett, yaitu Katastrof dari New Yorker, dengan sub-titel Untuk Vaclav Havel, Sastrawan, Presiden Ceko. Salah satu cerpen Diat berulang kali disiarkan adalah “New York Sesudah Tengah Malam”, pertama kali dimuat di Majalah Horison, Oktober 1984. Karya tersebut diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Dede Oetomo, dosen Unair Surabaya, dengan New York After Midninght, dan dijadikan judul buku kumpulan sebelas cerpen Indonesia dari 11 cerpenis, merujuk pengalaman tinggal di Amerika Serikat serta pandangan mereka tentang Amerika. Buku tersebut disunting oleh Satyagraha Hoerip (Oyik), diterbitkan Executive Committee, Festival of Indonesia, USA, 1990-1991. Diterjemahkan lagi oleh John H. McGlynn, New York After Midninght, dimasukkan dalam kumpulan puisi, cerpen, dan esai tentang New York setelah mengalami tragedi 11 September 2001. Disunting McGlynn, diterbitkan Lontar, Jakarta, 2001, tiga bulan sesudah tragedi. Terjemahan McGlynn ini dimuat oleh majalah Persimmon, Asian Literature, Art and Culture, Volume III, November 1, Spring 2002, diterbitkan Contemporary Asian Culture, New York. Cerpen New York After Midninght berkisah tentang tiga kota: Jember 1960, New Yok 1975, dan Surabaya 1983, lewat dia narator mengalami semacam dejavu, hadir di suatu tempat atau situasi pertama kali tapi terasa sudah pernah hadir atau mengalami sebelumnya.
 
Di samping sebagai dramawan, ia juga penyair. Puisinya banyak termuat di beberapa kumpulan puisi sastrawan Jawa Timur. Di antaranya beberapa kali puisinya termuat di buku kumpulan puisi dan geguritan “Malsasa” Malam Sastra Surabaya, terbitan Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS) periode tahun 2005, 2007, dan 2009. Diat memang sang dramawan yang terkenal tidak hanya kota Surabaya saja, tapi juga di tingkat Nasional. Bukan itu saja, Diat juga penyair yang handal.
 
Terakhir kalinya, mulai Juli hingga November, Akhudiat melalui ‘Sanggar Merah Putih’ Surabaya, menggarap lakon “Skolah Skandal” karya dan sutradara Diat sendiri. Naskah dan lakon ini dipentaskan di Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, event Festival Seni Surabaya 2011; pada tanggal 3 November 2011. Para pemainnya di antaranya: Wina Bojonegoro, Deny Triariyani, Lennon Machali, Uyun Sri Wahyuni, Aming Aminoedhin, Desemba, Rara, Sri Lestari dan anaknya, Crysse; serta banyak lagi. Secara ringkas cerita itu bisa dibaca berikut ini:
 
Skolah Skandal
Karya dan Sutradara: Akhudiat
 
Alkisah seorang juragan kaya raya di negeri BOH—yang heboh suheboh – dikenal dengan panggilan ‘Ndoro Bunda’ tempat di mana segala orang minta bantuan dan utangan, dengan bunga ‘welasan sapai dupuluhan’ (bahkan kini hingga tiga puluhan, menurut sumber tak resmi dari kalangan ‘bank thithil’. Mulai pinjam ngijon arisan sampai kredit pupuk, dan bahan bakar minyak. Dan segala barang mahal milik orang se-negeri BOH, konon pernah ‘sekolah’ atau ‘parkir’ di rumah nDoro Bunda, gadai gelap, saingan pegadaian resmi Pemerintah.
 
Sang juragan nDoro Bunda itu bernama Maryamah, atau Wak Ayam Cawik, baru saja me-‘launching’ kompleks pergudangan baru di kawasan pantai utara, dan gedung serta rumah sakit Amanah Maryamah, tempat praktek aknya dokter Ginah, dan menantunya yang baru saja dapat gelar doktor-dokter. Asal muasalnya, bersama sang ‘misoa’, Wakde Balong, adalah dagang ayam kecil-kecilan, lesehan di tanah tanpa dasaran, di pojok Pasar Kliwon dan Pasar Klitikan.
 
Ndoro Bunda terkena pasal kriminal karena penyelundupan pupuk dari luar Jawa, dan divonis setahun untuk “sekolah” masuk bui, kandang-kebonya si Alsiponsi, kepala penjara BOH.
 
Juragan Bunda sanggup main atas main bawah. Dia membayar “joki narapidana” sebesar 10 juta ripis, untuk menghindari “sekolah” bui. Ketika mbok Wakdenya, Nyi Girah Tamsil, bezuk, sangat kaget bukan kepalang, ternyata di nomor sel “welasan” bukannya wajah cah-ayu Siyam Cawik, keponakannya, tetapi ‘praenan’ orang lain yang nongol mengaku sebagai Ndoro Bunda.
 
Nyik Girah berteriak, haibat, heboh suheboh, menghebohkan negeri BOH, bahkan se Indonesia Raya, karena baru kali ini ada skandal “joki narapidana.”
 
Bila tujuannya lembaga pemasyarakatan adalah “sekolah untuk adaptasi pesakitan kembali ke masyarakat”, Ndoro Bunda dengan jurus “Main atas main bawah” menjadikannya ke ambang tingkat tinggi “Sekolah Sekandal”
 
Para atasan dan atasannya atasan yang membikin “gemrengsengnya” dan “abang-ijonya” negeri BOH, semua terlibat dalam permainan Wak Ayam Cawik.
 
Ke mana Wakde Balong sang misoa? Dia sudah di maqomnya, asyik masyuk bersama kelompok “adem-ayem-tentrem-marem” mengaji Serat Hidayat Jati, Kyai Kanjeng Ngabehi Ronggowarsito. Amin……………………….!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Desaku Canggu, 21 November 2011 http://sastra-indonesia.com/2021/08/akhudiat-dan-skolah-skandal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah