Minggu, 22 Agustus 2021

Ikhtiar Puisi dan Prosa Mardi Luhung

Judul: Belajar Bersepeda (kumpulan puisi)
Penulis: Mardi Luhung
Tebal: viii + 68 hlm
Penerbit: buku bianglala, Gresik
ISBN: 978-602-8671-74-3
Peresensi: Umar Fauzi Ballah
Kompas, 24 Juni 2012
 
Lima tahun belakangan ini, jika kita merunut proses kreatif Mardi Luhung kita akan mendapatkan fakta: pertama, “keinsyafan” Mardi Luhung (ML) meninggalkan binalitas dalam diksi puisinya sebagaimana terangkum dalam Ciuman Bibirmu yang Kelabu (CByK) (2007) maupun yang lahir sebelumnya yang takterangkum dalam antologi tersebut.
 
Hal ini pernah dilontarkan ML sendiri. Dua tahun lalu, ketika ML menerbitkan Buwun dan keliling kota, salah satunya di Madura, dia mengungkapan bahwa dia malu ketika mengetahui bahwa CByK dibaca juga oleh siswa-siswanya. Barangkali itulah yang membuat puisi-puisi ML menjadi berbeda. Meskipun demikian, karakteristik pola ungkap dan penyusunan bahasa puisinya yang liar, imajinatif, dan berlompatan, tetap terasa.
 
Kedua, Mardi Luhung semakin menunjukkan kecemerlangan produktivitasnya. Selain puisi, sejak tahun 2009, cerpenya sering menghiasi media cetak bahkan menjadi salah satu cerpen terbaik pilihan Kompas 2010 dan 2011.
 
Ketiga, Buwun (2010) memperoleh anugerah buku puisi terbaik Katulistiwa Literary Award 2010. Itulah titik tolak kecemerlangan dan buah kerja kerasnya. Bahkan, setahun setelah buku itu terbit, Mardi Luhung menerbitkan kumpulan cerpen tunggal pertamanya Aku Jatuh Cinta Lagi pada Istriku (2011) dan yang paling baru adalah kumpulan puisi Belajar Bersepeda (Oktober 2011)
 
Puisi itu dibagi menjadi tujuh subjudul yang jika kita cermati setiap puisinya, masing-masing subjudul membentuk sebuah kesatuan tema dan bentuk. Alhasil, posisinya menjadi ambigu bagi kehadiran prosa dalam puisi. Dalam subjudul “Fantasi”, misalnya, semuanya berkisah tentang gajah. Pun begitu dalam subjudul “Bersepeda” yang ditutup dengan puisi berjudul ‘Seperti Adam yang Bersepeda’ bercerita tentang sepeda.
 
Membaca BB saya seperti sedang berhadapan dengan sebuah prosa Mardi Luhung, tetapi dalam bentuk yang unik. Untuk dikatakan prosa, apa yang disajikan di dalamnya penuh dengan lapis makna, sedangkan unsur tokoh dan alurnya remang-remang. Begitu juga, jika dikatakan sebagai puisi, saya berhadapan dengan cerita berangkai. BB menjadi sintesis pencapain Mardi Luhung ketika pada saat yang sama puisi dan prosanya semakin cemerlang.
 
Tidak mudah berhadapan dengan kumpulan puisi BB. Banyak kode subjetif penyair yang sulit dipahami pembaca. Ini lebih sulit ketimbang Buwun. Dan soal ini sudah menjadi salah satu karakter ML. misalnya, Mardi sering memakai majas antonomasia untuk menyebut tokoh yang hendak diwartakan dalam puisinya. Misalnya, si wanita yang telah menjadi taruhan di meja dadu, si cacing tanah, si babon, yang asing, si ganji, si cantik, si sunan, si jenggot lebat, dan sebagainya.
 
Diperlukan kekayaan literatur bagi pembaca untuk menembus kode-kode dalam puisinya tersebut. Atau paling tidak menganggapnya sebagai jumpalitan imajinasi Mardi yang liar yang cukup dibaca secara harfiah.
 
Religiositas dalam Intertekstual
 
Sebagaimana telah saya kemukakan di atas, ada variasi tema dan diksi yang dihadirkan dalam puisi-puisi Mardi Luhung pasca-CByK. Dalam Buwun maupun BB, binalitas, sarkasme, keseronokan, dan sebagainya tidak dihadirkan kembali. Beberapa puisinya bahkan mengusung religiositas.
 
Puisi-puisi ML, pun dalam BB, tidak hanya mengalihkan realitas dunia, mitos, atau sosio-geografis, akan tetapi beberapa sumber penciptaan puisi ML sesungguhnya berasal dari teks yang ia alihkan dalam teks puisi. Karena itu, perlu pembacaan intertekstualitas guna memahami rimba pemaknaan puisinya.
 
Puisi ML yang berkecendrungan sulit dipahami itu membuat religiositas dalam puisinya pun sulit untuk diungkap. Yang terjadi adalah hal itu hanya dapat diraba-raba melalui kode yang secara harfiah tersurat dalam teks.
 
Simaklah puisi ‘Sinai’ yang dengan mudah dapat dipahami tentang Nabi Musa ketika mengalami pengalaman spiritual “bertemu” dengan Tuhan. Kau berkata api. Dan perkataanmu itu jadi api… Kau yang di gunung itu pun Cuma melambai. Tanganmu yang putih tampak berkilat. Dan dari kilat itu, aku mendengar: “Api dalam kitabku, bukan untuk dibaca.”
 
ML juga sering mengambil banyak khasanah hanya dalam satu puisi sehingga puisinya terlihat seperti sebuah mozaik. Puisi ‘Cacing Tanah’, misalnya, secara umum melukiskan tentang Syaikh Siti Jenar—lalu si cacing tanah yang lain, yang telah dimanusiakan lewat gelap malan itu pun segera membuka rahasia-kulit-coklatnya—dengan Sunan Kalijaga yang digambarkan sebagai—Kau menjaga tongatnya. Bersila di pinggir sungai. Namun, pada saat yang sama penyair menghadirkan sosok Drupadi melalui bait: Dan si wanita keramas dari darah si penjudi. Si wanita yang telah dijadikan taruhan di meja dadu.
 
Melalui puisi ‘Tali Kekang’, ML menggambarkan tentang nafsu: Berpergianlah sejauh mungkin. Tapi kembalilah sebelum tersesat. Pada bagian akhir puisi ini, ML mengalihan perumpamaan Imam Ghazali tentang nafsu yang laiknya kuda liar, nakal, dan binal. Karena itu, dikatakan ML: Yang jelas, ada seekor kuda dalam diri. Yang tali kekangnya perlu untuk diam-diam dipotong atau disambung.
 
Hal itu terjadi juga dalam puisi ‘Pesan’. ML pun berpesan: kita begitu tak leluasa menyebut si yang liyan dengan satu tarikan napas? Ternyata, Adik, jawabnya cuma satu: “Terlalu banyak ular merah. Yang merayap di batu merah. Pada magrib yang merah!” Yah, ML memodifikasi idiom dalam Islam. Bait terakhir itu tidak lain adalah perumpamaan yang pernah dilontarkan oleh nabi tentang orang riya (senang dipuji) itu seperti semut hitam yang merayap di atas batu hitam pada malam yang gelap gulita.
 
Lebih dari itu, semua yang ditampilkan dalam BB, baik kemasan maupun isi, dikerjakan dalam totalitas dan eksperimentasi. Misalnya adanya index di halaman terakhir buku tersebut. Selain itu, dalam subjudul “Bersepeda”, puisi ditampilkan dengan warna dasar kertas hitam. Puisinya pun cendrung lebih panjang dan ditulis dengan rata kanan kiri sehingga membentuk sebuah tipografi kotak yang rapi.

*) Umar Fauzi Ballah, penyair dan esais kelahiran Sampang. http://sastra-indonesia.com/2021/08/ikhtiar-puisi-dan-prosa-mardi-luhung/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah