Anggrahini KD
suaramerdeka.com
"BERILAH aku sepuluh pemuda. Aku akan menggoncangkan dunia imperialisme-kapitalisme," kata Bung Karno. Itu dulu. Semacam nostalgia ketika para pemuda dideskripsikan sebagai pasukan yang tangguh, tahan banting, dan mencintai tanah airnya.
Boleh jadi Bung Karno berandai-andai, dengan sepuluh pemuda saja, beliau akan menggoncangkan jagad dunia dengan militansi terhadap Bumi Pertiwi, dan mengobrak-abrik mancanegara dengan torehan prestasi hingga bangsa kita berhasil lahir sebagai mercusuar sejati.
Memang benar, telah lahir Nelson Tansu, WNI yang ditahbiskan sebagai profesor termuda di AS. Juga Andrea Hirata yang menjadi fenomena atas karya sastra larisnya Laskar Pelangi. Tetapi, berapa banyak pemuda yang menghabiskan waktunya dalam penghambaan diri terhadap narkoba? Berapa banyak yang terhenyak dalam pengkultusan selebritis yang sangat kapitalis? Dan, berapa juta remaja yang sibuk mencari jati diri dari kotak televisi yang menjajakan komoditi serba menjual mimpi?
Pencitraan terhadap sosok pemuda kini bergeser menjadi penghamba imperialis-kapitalis. Bagaimana tidak? Untuk tampil percaya diri saja, seorang pemuda diwajibkan memakai label-label manca di balik pakaiannya. Agar disebut cantik, serorang gadis akan mati-matian memutihkan kulit karena malu pada identitas khatulistiwanya.
Bahkan orang-orang pun dapat begitu tergerak menyantap makanan-makanan cepat saji yang menyimpan banyak potensi racun, hanya demi mengejar gengsi. Bukankah jerat-jerat kapitalisme telah menampakkan tajinya? Bahkan jejaring imperialis demikian cerdik menyusupi mentalitas generasi muda Indonesia.
Maka, tak mengherankan jika kemudian lahirlah generasi-generasi bebek, miskin inisiatif, dan makin berpikir pragmatis bin hedonistis. Jika generasi ini tak segera direvitalisasi, bukan tidak mungkin di kemudian hari Proklamasi Kemerdekaan RI menjadi tak berarti.
Bukankah kini mentalitas generasi muda makin digerogoti dan dikerdilkan oleh inferioritas menjadi warga negara Indonesia? Bukankah kini makin banyak pemuda yang merasa termarginalkan ketika mencoba bertahan dengan kecintaan terhadap tanah airnya? Sesungguhnya, untuk meruntuhkan kejayaan bangsa, tak lagi harus berperang mengangkat senjata. Merobohkan mentalitas generasi muda dan menjadikannya bergantung pada bangsa lain adalah sebuah cara lain memutilasi NKRI.
Memprihatinkan
"Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia". Lalu, mengapa pada pertandingan sepak bola saja kaum muda memukuli saudaranya? Pada perhelatan pilkada, saling serang berbuntut panjang. Dan, yang sangat memprihatinkan, atas nama loyalitas almamater, aksi tawuran merambah institusi-institusi pendidikan.
Benarkah kita telah mengaku bertumpah darah satu, ketika primordialisme dan fanatisme sempit telah mencipta sekat dan kotak-kotak hingga tanah Indonesia kita terbelah?
"Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia". Lalu, mengapa perang antarsuku masih menjadi persoalan" Feodalisme turun-temurun tak punah juga. Penghambaan terhadap bangsa asing dalam berbagai aspek kehidupan telah membuat bangsa kita menjadi saudara tiri di rumah sendiri. Sementara pertikaian atas nama ideologi membuka ladang pembantaian bagi warga bangsa itu sendiri. "Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia".
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang menjadi salah satu pengikat terbentuknya sebuah konsep bangsa. Namun benarkah bahasa Indonesia telah menjadi identitas diri bangsa kita?
Suatu hari nanti, sepuluh pemuda itu harus lahir membawa harapan. Mereka, barangkali, akan lahir dari rahim kemelaratan, kesusahan, ketertindasan, ketertekanan, dan kesumpekan. Namun, tetaplah berharap, suatu hari mereka akan lahir pada waktu yang telah ditentukan sebagai Ratu Adil yang mencerahkan.
Sadar atau tidak, seringkali kita justru mengurai inferioritas ketika harus berbahasa Indonesia. Kaum selebriti, akademisi, hingga remaja sepertinya lebih berbangga menggunakan istilah asing atau beraksen kebarat-baratan, demi mendongkrak kepercayaan diri.
Maka biarkan Bung Karno kembali mengurai angan-angan tentang sepuluh pemuda yang akan mengguncang dunia imperialisme-kapitalisme. Biarkan impian itu lelap bersama kematian beliau. Kemudian, pemikiran-pemikiran fatalis kita akan membisikkan sebuah harapan, semoga suatu ketika Tuhan masih memberi kesempatan mengirim sepuluh pemuda harapan Indonesia, yang menggiring kita yang telah menua menuju ladang kemakmuran dan gemilang kemenangan.
Semoga sepuluh pemuda terpilih itu tak tercemar limbah sinetron yang cengeng dan mabuk pada hubungan cinta belaka. Tak pula ternoda oleh gambar, tulisan, dan goyang seronok yang melahirkan imaji liar. Semestinya pun harus didukung oleh pendidikan yang memanusiakan, tak keok menghadapi komersialisasi institusi, ditopang bacaan-bacaan bermutu yang terjangkau sembarang kalangan.
Suatu hari nanti, sepuluh pemuda itu harus lahir membawa harapan. Karena selalu ada harapan jika kita terus menyalakan. Mereka, barangkali, akan lahir dari rahim kemelaratan, kesusahan, ketertindasan, ketertekanan, dan kesumpekan. Namun, tetaplah berharap, suatu hari mereka akan lahir pada waktu yang telah ditentukan sebagai Ratu Adil yang mencerahkan.
Generasi yang berkualitas akan lahir dari kondisi ekstrem: sangat tertekan atau bebas sebebas-bebasnya. Syukurilah, jika kini kita tengah menciptakan rahim yang sempit dan penuh tekanan. Sebab, suatu hari nanti, generasi yang lahir itu adalah generasi yang tabah, kuat, dan berbulat tekad memperjuangkan impian. Amin. "Kami, putra dan putri Indonesia mengaku salah. Kami bertobat!"
*) Anggrahini KD, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Semarang.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar