Selasa, 29 Januari 2019

Puisi, Kota, Urbanisasi

Bandung Mawardi *
Kompas, 3 Feb 2013

Urbanisasi adalah dilema tanpa akhir dalam kompleksitas perkara politik, ekonomi, sosial, identitas, dan kultural. Urbanisasi menjadi risiko modernitas. Dilema urbanisasi selalu memberi pesimisme tanpa solusi. Utopia-utopia dari laku urbanisasi selalu menutupi pesimisme dan mimpi buruk. Taruhan nasib untuk hidup mungkin janji sepele dari mitos urbanisasi.

Mitos itu representasi kesuraman modernitas. Georg Simmel mengakui bahwa modernitas digerakkan oleh kota dan ekonomi uang. Kota adalah tempat modernitas dipusatkan dan diintensifkan. Ekonomi uang adalah sebab penyebaran modernitas. Kota dan uang memberi utopia dengan peringatan kematian dan siksaan. Orang-orang pun terus menunaikan urbanisasi seperti pengesahan atas utopia modernitas.

Afrizal Malna dalam puisi Bis Membawa Mereka Pergi (1990) mengisahkan urbanisasi dan risiko-risiko modernitas. Afrizal Malna menulis: Dengan bis yang asing, kami tinggalkan rumah-rumah/tak berlistrik. Berangkat ke negeri-negeri baru, tumbuh di/sepanjang jalan. Bis adalah metafor gerak perpindahan atau mobilitas dalam pengertian geografi, biografi, kultur, sistem, ide, impian. Utopia urbanisasi adalah taruhan dengan rentetan tanda koma mencari tanda titik meski tak pernah ditemukan. Urbanisasi menunjukkan sistem dan mekanisme untuk merealisasikan kehidupan dalam represi dan depresi.

Kisah urbanisasi adalah kisah resmi di negara-negara berkembang. Urbanisasi menjadi dilema atas utopia modernitas. Ignas Kleden (1988) menjelaskan bahwa pola modernitas di negara-negara berkembang mengandung ciri urbanisasi sebagai mobilitas fisik dan sosial-kultural dari desa ke kota. Fakta keras dari urbanisasi: ketimpangan pekerja dan kerja. Urbanisasi pun menjadi pilihan untuk perubahan nasib dari desa ke kota, dari tradisional ke modern, dari gelap ke terang, dari pesimisme ke optimisme.

Dilema

Kota dalam dilema urbanisasi adalah ruang pecah tak karuan. Hidup di kota mengandung disintegrasi tanpa naskah. Realitas-realitas kota menjadi dalil adaptasi dan afirmasi melalui tubuh sampai mimpi. Kota sebagai ruang kehidupan baru menjelma sebagai kamar semrawut. Afrizal Malna mengisahkan: Kami putar impian-impian Amerika, seperti/makhluk-makhluk setiap saat sibuk mengubah diri. Kaum urban hidup dengan impian-impian terlalu dini atau ilusi.

Afrizal Malna pun mengingatkan: ”Kota seperti etalase dihuni jam weker yang buas di situ.” Kota adalah tempat memamerkan barang, uang, gairah, estetika, hedonisme: ejawantah kapitalisme. Kota tumbuh dalam anutan waktu ketat. Hidup masuk dalam teror waktu. Jam weker adalah pertaruhan: selamat atau sekarat. Waktu adalah uang. Waktu menjadi iman mutakhir dengan ritual-ritual mengerikan dan mengharukan.

Kondisi itu membuktikan realitas kota menuntut jurus-jurus ampuh dari kaum urban. Bekerja jadi keharusan untuk memenuhi kebutuhan dari makan sampai identitas. Kaum urban kerap mempertahankan hidup dengan pekerjaan-pekerjaan kasar dalam realitas industrialisasi di kota. Kerja adalah janji keselamatan meski mengandung manipulasi dan distorsi. Pekerjaan pun menentukan makna hidup. Kerja adalah ruh urbanisasi.

Pertaruhan-pertaruhan dilematis di kota mengantarkan kaum urban dalam pertanyaan pelik mengenai peran dan kompensasi urbanisasi. Kehadiran kaum urban menjadi klaim untuk operasionalisasi dan pembesaran kuasa kapitalisme. Afrizal Malna mengisahkan: Tetapi siapakah kami, di antara tombol-tombol/ TV, menyentuh sunyi di tengah pasar. Kaum urban mengalami marginalisasi dan alienasi dalam permainan modal dari kuasa kapitalisme. Getir. Kaum urban rentan gagal mencapai impian-impian.

Kota

Kisah urbanisasi itu identik dengan Jakarta sebagai metropolis tunggang langgang. Marco Kusumawijaya (2004) mengingatkan bahwa Jakarta membuat orang-orang frustrasi karena gagal menjadi tempat untuk hidup secara manusiawi. Kondisi itu tak membuat orang-orang mundur atau takut. Urbanisasi terus terjadi tanpa henti. Kota Jakarta ”hamil besar”. Marco membuat konklusi: ”Jakarta adalah kota tunggang langgang dan orang-orang pun tunggang-langgang untuk adaptasi dan kompensasi dalam hukum-hukum modernitas.”

Progresivitas modernitas cenderung memberikan kemapanan dan kenikmatan untuk kelas-kelas sosial pemilik modal. Dominic Strinati (2003) curiga bahwa kapitalisme dan urbanisasi dalam alur modernitas memiliki fungsi menciptakan ”atomisasi”. Kondisi itu membuat kaum urban kurang memiliki hubungan sosial secara bermakna dan koheren. Hubungan-hubungan individu bersifat kontrak, berjarak, dan sporadis. Hubungan atomisasi membuat individu kurang memiliki gagasan mengenai eksistensi, otonomi, dan identitas.

Urbanisasi menjelma rumus pembungkaman dan pemusnahan secara sistemik. Urbanisasi seperti banjir bah: membuat kota semakin penuh dan luber. Kota pun pecah sebagai kampung-kampung besar-sesak oleh manusia, barang, dan masalah. Kondisi itu membuta kota jadi ruang depresi karena alasan kerja, uang, identitas, komunikasi, interaksi, pasar, politik, dan polusi. Kota sebagai pusat impian-impian mengalami kebangkrutan makna dan tubuh-ruang. Urbanisasi adalah tanda seru dari kondisi represi dan depresi.

Kota-kota besar adalah sasaran urbanisasi: mengumpul dan meluber. Beban kota semakin berat karena kenaikan intensitas dalam tegangan-tegangan hidup dengan acuan primer uang. Kota adalah tempat mengeruk uang demi hidup. Dalil urbanisasi untuk mempertahankan hidup atau meninggikan martabat justru menimbulkan efek-efek kasar dalam tuntutan kapitalisme. Hukum-hukum kapitalisme menjadi konstitusi ajaib dan hegemonik sebagai penentu nasib dan harga hidup manusia. Begitu. []

*) Bandung Mawardi, Pengelola Jagat Abjad Solo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah