Jumat, 30 Agustus 2019

Sensibilitas Lokal Bali dalam Sastra Indonesia

Gde Artawan *
Bali Post, 17 Maret 2013

KEANEKARAGAMAN bahasa di Indonesia menyebabkan munculnya keanekaragaman sastra lokal/daerah. Dikenalnya pemakaian bahasa Jawa di kalangan pemakai bahasa Jawa membawa implikasi dikenalnya sastra Jawa. Demikian juga dikenal ada sastra Bali, sastra Sunda, sastra Minangkabau dan lain-lain. Tiap sastra daerah tentu mencerminkan warna tersendiri.

Secara umum dikenal istilah warna lokal atau sastra lokal dalam sastra Indonesia. Ada yang menyebut bahwa sastra lokal atau warna lokal merupakan terjemahan dari local color. Karya sastra warna lokal adalah karya-karya yang melukiskan ciri khas suatu wilayah tertentu. Shipley dan Holman, mengemukakan dua istlah warna lokal dan regionalisme. Sastra warna lokal ditandai oleh pemanfaatan setting, pengarang berfungsi sebagai wisatawan. Sebaliknya sastra regionalisme didasarkan atas pemahaman yang lebih mendalam mengenai kehidupan manusianya yang pada gilirannya akan membedakan pola-pola perilaku dari kebudayaannya.

Sebagai dokumen sastra warna lokal, dan dengan demikian juga karya sastra pada umumnya, berfungsi untuk memperkenalkan tema, pandangan dunia, kecenderungan-kecenderungan masyarakat kontemporer, aliran, paham dan ideologi dominan dalam suatu kolektivitas. Warna lokal menyarankan kecenderungan untuk kembali ke wilayah tertentu, kesemestaan sebagai asal-usul di tempat pernah terjadi pertemuan antara pengarang sebagai subjek dengan kesemestaan sebagai objek.

Pada prinsipnya sastra warna lokal melukiskan permukaan untuk melihat lebih jauh struktur dalamnya, sedangkan sastra regionalisme lebih banyak melukiskan struktur dalam yang dengan sendirinya akan tampak pada struktur luarnya. Pemahaman terhadap objek sebagai bagian dari muatan isi karya sastra yang ditengarai oleh Ratna sebagai warna lokal yang memosisikan pengarang sebagai wisatawan, membuat presentasi setting tidak memiliki kedalaman dalam konstruksi teks sastra. Diperlukan upaya lebih tajam merepresentasikan objek ke dalam sastra berupa kemampuan sensitivitas, kepekaan yang mendalam pada pengarang terhadap objek berdasarkan intensitas komprehensibilitas terhadap objek. Inilah kemudian dikenal adanya istilah sensibilitas dalam karya sastra.

Sensibilitas Lokal

Sensibilitas lebih ditekankan pada kualitas pergulatan terhadap setting yang menjadi objek karya sastra. Gambaran pengarang tentang setting tidak saja berupa hasil pengamatan sekilas sebagaimana dilakukan wisatawan, tetapi lebih pada komprehensibilitas yang mendalam terhadap substansi objek. Ketika pengarang memasukkan unsur Bali ke dalam karya sastra, presentasinya tidak saja berupa gambaran tentang Bali secara permukaan, tetapi lebih pada kepekaan dan kedalaman substansional tentang Bali.

Adanya sensibilitas bukan jaminan atas asal daerah pengarangnya. Bisa jadi pengarang yang lahir di Jawa memiliki sensibilitas yang memadai untuk sastra Madura atau sastra Bali. Sebaliknya seorang pengarang jawa yang hidup di luar Jawa ada kemungkinan telah “kehilangan” sensibilitasnya Jawanya. Yang lebih tragis, seseorang telah “kehilangan” sensibilitasnya tanpa pernah melakukan mobilitas berupa perpindahan tempat tinggal. Misalnya, seseorang yang tidak pernah berpindah tempat dan sejak awal hidup sebagai orang Bali bisa jadi “kehilangan” sensibilitas Balinya. Dalam pertemuan budaya tahun 1988 yang diprakarsai sebuah harian lokal Bali (Bali Post) diangkat sebuah tema sentral mengenai ke-Bali-an orang Bali. Muncul statemen tentang “hilang”-nya sensibilitas kultural pada sejumlah besar orang Bali. Statemen ini bernada ekstrem, namun sebagai sebuah fenomena yang disadari akan mengintip dan mengancam eksistensi manusia Bali, tentu statemen ini merupakan peringatan sekaligus ruang untuk introspeksi diri. Ada pakar antropologi menengarai sebagian orang Bali bukannya “kehilangan” ke-Bali-annya, tetapi unsur ke-Bali-annya sudah agak “tumpul”.

Terlepas dari kondisi yang ditengarai ’hilang’ atau ’tumpul’ memang harus diakui bahwa hal seperti itu telah melanda umat manusia hampir di seluruh pelosok dunia. Derasnya arus modernisasi, derasnya arus ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan terjadinya arus pergeseran pola-pola hidup, pola pikir, termasuk ke pola perilaku real di masyarakat.

Pengarang

Berinterelasinya pengarang dengan wilayah atau ‘kantung-kantung’ budaya lokal menyebabkan terjadinya alih kecenderungan, khususnya dalam penggarapan tema pada dunia kesusastraan Indonesia. Kemampuan pengarang untuk melihat dengan ‘kaca mata’ yang jernih mengenai persoalan lokal (Jawa, Sunda, Madura, Batak, Bali, dan lain-lain) membawa konsekuensi pada kehidupan tematik karya sastra Indonesia.

Sensibilitas dapat dilepaskan dari akar lingkungan fisik dan sosiokultural pengarang. Sensibilitas adalah kualitas yang terbuka. Bertolak dari pandangan ini dapat digarisbawahi bahwa sensibilitas bukanlah patokan mati, tetapi sesuatu yang dapat dipelajari. Sekalipun yang pantas untuk memiliki sensibilitas suatu etnis adalah masayarakat pendukung dalam etnis tersebut, tidak menutup kemungkinan orang di luar etnis tersebut dapat menyelami dan akhirnya memiliki sensibilitas etnis tersebut.

Sapardi Djoko Damono dalam beberapa karyanya, salah satunya “Sihir Hujan”, menurut Kuntowijoyo terasa seperti tembang-tembang yang ditulis rapi dengan estetika klasik persamaan bunyi, sekalipun tanpa guru lagu dan guru wilangan. Tampak Sapardi Djoko Damono mewakili tradisi kehalusan sastra Jawa Klasik. Sebaliknya Darmanto Jatman, lebih mewakili ledakan kejujuran dan spontanitas tradisi kecil dari kehidupan sehari-hari di Jogya dengan sifat-sifat yang lugu dan spontan. Menurut Kuntowijoyo kita dapat menemukan jejak ajaran Ki Ageng Suryometaram dalam karya-karya Darmanto Jatman. Di samping Darmanto Jatman, Linus Suryadi AG melalui karya “Pengakuan Pariyem” menunjukkan idealisasi dari tradisi Jawa bagi orang-orang kecil dan bagi orang-orang ‘dalam benteng’. Linus Suryadi sudah berhasil menggambarkan ideal tipe perilaku orang Jogya dengan kebijaksanaan sehari-hari seperti pasrah dan bersikap lila pada kehidupan, tetapi tanpa sofistikasi transedental. .

Ada sejumlah pengarang Bali selain Panji Tisna yang karyanya menunjukkan adanya sensibilitas lokal. Membicarakan sastra dan sensibiitas lokal dimaksudkan untuk mempertajam bahwa sosiokultural Bali menjadi bagian menarik dari beberapa pengarang Bali. Membicarakan pengarang Bali - dalam konteks membicarakan sensibilitas lokal Bali - nama Nyoman Rasta Sindhu tidak bisa diabaikan. Keberhasilan Nyoman Rasta Sindhu melalui cerita pendeknya yang dimuat dalam majalah Horison No. 1 Januari 1969 berjudul “Ketika Kentongan Dipukul di Bale Banjar” untuk dinobatkan sebagai cerita pendek asli terbaik Hadiah Horison 1968, memicu pengarang Bali lainnya untuk bangkit seakan memberi jawaban bahwa Bali tidak hanya sanggup berbicara hanya seni tradisi, tetapi juga seni sastra modern. Munculnya beberapa nama prosais lainnya seperti Putu Wijaya, Ngurah Parsua, Nyoman Tusthi Edi, Gde Aryantha Soethama, Oka Rusmini, Wayan Sunarta dan lain-lainnya menambah perbendaharaan penulis Bali di ajang belantara sastra Indonesia.

*) Gde Artawan, Pengamat Seni dan Budaya
http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=18&id=74647

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah