Sabtu, 08 Februari 2020

MEMBACA MANTRA PADA PUISI “KERANDA”, KARYA TITI AOSKA

Indra Intisa

Sebelum zaman Sutardji--yang melejitkan mantra melalui puisi kontemporernya--sebenarnya mantra telah membumi di masyarakat Indonesia. Membuminya mantra juga merasuk ke relung-relung budaya masyarakat. Bahkan sampai zaman modern sekarang ini. Masih ada.

Jika ditelisik lebih dalam, mantra adalah perkataan atau ucapan yang mengandung kekuatan gaib (misal dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dsb). Atau mantra juga bisa dikatakan sebagai susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya dibacakan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain *.

Permainan mantra yang biasanya lahir dan membudaya di masyarakat pada akhirnya juga membudaya pada seni tata tulis. Dalam dunia puisi, mantra pada awalnya digolongkan sebagai puisi lama, kemudian Sutardji memodernkannya menjadi puisi kontemporer (puisi modern).

Bukan hal gaib dalam artian pengaruh-pengaruh mahkluk halus, mantra dalam puisi hanya mengambil seni sugesti yang biasanya didengung-dengungkan dengan susunan diksi sedemikian rupa--dengan bunyi-bunyi tertentu, teratur atau tidak, sehingga ada pengaruh terhadap pembaca, baik sadar ataupun tidak sadar--bisa saja seperti sugesti pada dunia hipnotis yang mampu membawa pembaca ke alam tertentu.

Tidak banyak orang yang mampu memainkan mantra dalam puisi-puisinya. Sebagian terlihat dibuat-buat--mengada-ada. Sebagian yang lain dibuat berima-rima, tetapi tiada terasa unsur sugesti atau gaib yang harusnya terasa pada puisinya tersebut. Tetapi jika begitu, ada salah seorang penyair wanita yang aktif menulis puisi dengan cara memasukkan unsur-unsur mantra di beberapa puisinya, yaitu Titi Aoska.

Titi Aoska adalah salah satu penyair muda yang aktif menulis puisi di jejaring fecabook. Sepemantauan saya, Titi Aoska lebih banyak menulis puisi dengan genre-genre horor atau misteri. Barangkali ada banyak hal-hal yang terjadi dalam kehidupannya sehingga puisi adalah pelarian diri sebagai bentuk pemerhatian diri atau pengembira diri dari hal-hal yang tidak bisa ia pecahkan atau selesaikan. Entahlah. Tetapi kita tidak membahas ini lebih lanjut.

Puisi misteri sering dikaitkan dengan hal-hal tabu, aneh, kelam atau gaib-gaib. Sekalipun tidak harus. Penyair ini aktif mengait-ngaitkan mantra dalam puisinya, seperti pada puisi berikut. Mari kita baca bersama:

KERANDA
Titi Aoska

deritderit di ujung lorong
ada yang sedang menjerit
di dalam sana, meregang
merasakan kesakitan, kini

sewaktuwaktu nasib tak tentu
dihuni batu dan sekumpulan angin
menabur wangiwangi kubur
siap melebur dan menyubur

06 Feb 2016

Berbeda dengan puisi horor lainnya, penyair kali ini mencoba memamerkan atau menceritakan kematian yang akan ditemui setiap manusia. Kalau jika simak KBBI, keranda adalah tempat usungan mayat bertutup; batu besar yang dicekungkan bagian atasnya sehingga berbentuk lesung atau palung dan diberi tutup batu, digunakan sebagai tempat menyimpan kerangka manusia dalam tradisi penguburan prasejarah. Jika kita telisik puisi di atas, keranda dalam puisi ini lebih tepat kita cocokkan dengan artian tempat usungan mayat, sekalipun sah saja dalam artian tempat kerangka untuk masuk prasejarah.

Dari judul puisi, kita sudah dijebak oleh sugesti horor tentang kematian. Simak pula beberapa diksinya yang menaut-nautkan bunyi getar sebagai pembangkit sugesti, seperti:

//deritderit
... menjerit//

Menabur ... kubur
Melebur ...Menyubur//

Permainan rima bersambung tentu mampu menimbulkan bunyi-bunyi tertentu. Sebagian terasa membangkitkan bulu roma--terasa menakutkan, menggetarkan, dsb. Tetapi jika begitu, penyair juga menautkan rima vokal sebagai bentuk suara terbuka--seolah-olah ceria, padahal bukan, seperti:

//sewaktuwaktu ... tentu
... batu//

Coba baca dengan pelan, rasakan sensasinya. Apa yang dapat kita rasakan? Masing-masing kita tentu bisa merasakan sesuatu tetapi seolah-olah sulit dijelaskan. Begitu bukan?

Penyair sengaja mengambil kehororan ini sebagai gambaran diri yang labil tentang kedamaian hidup. Saya tidak mengatakan penyair tidak bahagia. Penyair bisa saja merasa hidup dalam kungkungan maut--diintai-intai kematian. Dan keranda--proses ini adalah penceritaan yang tepat untuk dibagikan kepada pembaca. Barangkali. Atau setidaknya sebuah perenungan yang tentu membuat kita was-was diri. Tetapi jika begitu, tentu kita semua adalah makhluk yang selalu diintai oleh maut.

Pulau Punjung, 06 Februari 2016
* Merujuk KBBI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah