Senin, 16 Maret 2020

Menyelidik Karya Sastra seperti HB Jassin

Hasan Aspahani
Kompas, 9 Juni 2018

Ketika Universitas Indonesia menganugerahi gelar doktor honoris causa, pada 14 Juni 1975, HB Jassin menerima dengan khawatir. Gelar kehormatan dari perguruan tinggi—lembaga dengan otoritas ilmiah itu—jelas bernilai dan bermuatan akademis. Justru itulah yang dikhawatirkan olah Jassin, kekhawatiran yang bercabang ke dua arah.

Pertama, Jassin merasa apa yang telah dia lakukan di lapangan kritik sastra di Indonesia, yang menjadi penyebab ia mendapatkan gelar, dia anggap masih sedikit sekali dan masih jauh dari apa yang disebut ilmiah. Jassin tentu saja merendah dalam hal ini. Sementara itu, seakan-akan berlawanan dengan kekhawatiran pertama, alasan untuk khawatir yang lain bagi Jassin adalah ia justru cemas jika yang ia lakukan menjadi ilmiah. Dalam arti, kata Jassin, hanya bekerja dengan otak.

"Padahal, kesusastraan adalah suara hati dan penyelidikan kesusastraan bukan hanya pekerjaan otak, tetapi terutama pekerjaan hati, yang ikut bergetar dengan obyek penyelidikan dan sebagai penyelidikan harus mengandung serta memantulkan kembali getaran-getaran itu," katanya, dalam pidato penerimaan gelar yang kemudian diterbitkan dalam buku Sastra Indonesia sebagai Warga Sastra Dunia (Yayasan Idayu, Jakarta, 1981).

Hal yang kedua inilah yang saya ingin sebut sebagai "menyelidiki karya sastra seperti Jassin", yaitu membaca dan menuliskan hasil pembacaan atas karya sastra, sebagai rangkaian penyelidikan ilmiah yang tentu saja mengandalkan kemampuan menganalisis dengan pikiran, tetapi terutama pekerjaan itu harus diimbangi dengan getaran hati, kemampuan menangkap pesona, menangkap getaran jiwa dari karya sastra. Dan hasil penyelidikan itu, dalam esai atau artikel bermuatan apresiasi dan kritik, juga harus bisa menyampaikan kembali getaran-getaran tersebut, selain mendudukkan karya tersebut dalam timbangan etika, estetika, dan logika.

Bagi Jassin, membaca karya sastra, membuat penyelidikan atas karya sastra, adalah menghayati sumber-sumber pengalaman estetis, yaitu karya sastra itu sendiri. Jassin tidak menolak pendekatan ilmiah pada karya sastra. Ujarnya, tentu saja (penyelidikan itu) tidak mengabaikan segi-segi yang obyektif faktual. Akan tetapi, baginya pendekatan yang melulu ilmiah saja akan kering dan sama sekali tidak memuaskan. Yang dirindukan oleh Jassin adalah sebuah hasil penyelidikan yang merupakan pertemuan yang akrab antara obyek yang diselidiki dan subyek yang menyelidiki. "Bagi saya, ini lebih memuaskan karena tampak di dalamnya lukisan diri pribadi juga," ujarnya.

Apabila kita membaca esai-esai kritik Jassin, terutama yang terkumpul dalam empat jilid buku Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (Gunung Agung, 1962), juga dalam buku-bukunya yang lain, jelas terasa "pertemuan akrab antara obyek yang diselidiki dan subyek yang menyelidiki" itu. Nama-nama dan karya-karyanya benar-benar ia timbang, dudukkan dan dedahkan dengan fakta-fakta sebagai faktor pendukung analisisnya, tetapi ia juga meneruskan getaran jiwa yang ia rasakan.

Sebuah contoh: Ambillah kertas, tuliskan segala apa yang teringat olehmu, yang nyata dan yang samar, kejadian dan khayal, niscaya akan terdapat satu lukisan dari segala pengalaman dan tanggapan. Demikian agaknya Mochar Lubis membisikkan pada dirinya tatkala menulis Tidak Ada Esok. ("Tidak Ada Esok Karangan Mochtar Lubis", dalam Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai II). Itulah yang dirasakan Jassin, ketika membaca novel Mochar Lubis. Jassin saya kira tak melihat persis bagaimana si penulis menulis. Namun, dari karyanya ia bisa membayangkan cara itu. Itulah getaran yang ia tangkap.

Majalah Horison No 10, Tahun XXI, Oktober 1986, memuat wawancara dengan Jassin, dengan semacam kegempitaan menyambut kembalinya sang kritikus. Wawancara Yusuf Susilo Hartono itu dimuat dengan judul "Kembalinya Pedang H.B. Jassin". Hingga wawacara itu dibuat, Jassin sudah tiga belas tahun berhenti menulis kritik karena ia menerjemahkan Max Havelaar, belajar bahasa Arab, dan kemudian menerjemahkan Al Quran. Pernyataan kembali sang kritikus pada tahun itu adalah pernyataan yang kedua kali setelah wawancara dengan Parakitri yang dimuat juga di Horison empat tahun sebelumnya (Nomor 8, Tahun XVII, 1982). Jassin berazam untuk menulis seri Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esai hingga 20 jilid!

"Jadi, masing-masing pengarang yang sudah mapan dari yang permulaan sampai yang terakhir, maksud saya akan dibicarakan satu-satu seperti saya dulu membicarakan Pramoedya Ananta Toer, Utuy Tatang Sontani, Nur Sutan Iskandar. Semua. Dan secara tuntas. Saya senang itu. Membicarakan seorang pengarang dengan hanya satu bukunya saya tak pernah puas," kata Jassin.

Kita tahu Jassin tak pernah menuntaskan tekadnya itu. Saya kira adalah kewajiban kita hari ini untuk meneruskan pekerjaan itu, yaitu menyelidik karya sastra kita seperti yang dia lakukan. Baik metodenya maupun tekadnya untuk mengulas seluruh sastrawan dan karyanya yang sudah mapan.

Jika itu dilakukan, saya kira tak hanya akan ada 20 buku menyusul empat buku Jassin yang sudah kasih banyak bahan untuk memperkaya dan mempermudah pekerjaan kita membina kehidupan sastra kita sehari-hari. Pekerjaan ini penting dan mendesak agar sejarah pencapaian sastra kita terpetakan dengan lengkap dan tak perlu ada lagi orang yang membuat pendakuan-pendakuan murahan memanfaatkan kekaburan peta sastra kita untuk kepentingan yang jauh dari niat membina sastra yang sehat, agung, dan luhur.

_____________
*) Hasan Aspahani, Jurnalis; Penyair; Editor Haripuisi.com
https://doa-bagirajatega.blogspot.com/2018/06/esai-menyelidik-karya-sastra-seperti-hb.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah