Tugasku hanya menterjemah
gerak daun yang tergantung
di ranting yang letih. Rahasia
membutuhkan kata yang terucap
di puncak sepi. Ketika daun
jatuh tak ada titik darah. tapi
di ruang kelam ada yang merasa
kehilangan dan mengaduh pedih.
Pidato di Kubur Orang
Ia terlalu baik buat dunia ini.
Ketika gerombolan mendobrak pintu
Dan menjarah miliknya.
Ia tinggal diam dan tidak mengadakan perlawanan
Ketika gerombolan memukul muka
Dan mendopak dadanya.
Ia tinggal diam dan tidak menanti pembalasan
Ketika gerombolan menculik istri
dan memperkosa anak gadisnya.
Ia tinggal diam dan tidak memendam kebencian
Ketika Gerombolan membakar rumahnya
Dan menembak kepalanya.
Ia tinggal diam dan tidak mengucap penyesalan.
Ia terlalu baik buat dunia ini.
Monginsidi
Aku adalah dia yang dibesarkan dengan dongeng di dada bunda
Aku adalah dia yang takut gerak bayang di malam kelam
Aku adalah dia yang meniru bapak mengisap pipa dekat meja
Aku adalah dia yang mengangankan jadi seniman melukis keindahan
Aku adalah dia yang menangis terharu mendengar lagu merdeka
Aku adalah dia yang turut dengan barisan pemberontak ke garis pertempuran
Aku adalah dia yang memimpin pasukan gerilya membebaskan kota
Aku adalah dia yang disanjung kawan sebagai pahlawan bangsa
Aku adalah dia yang terperangkap siasat musuh karena pengkianatan
Aku adalah dia yang digiring sebagai hewan di muka regu eksekusi
Aku adalah dia yang berteriak ‘merdeka’ sebelum ditembak mati
Aku adalah dia, ingat, aku adalah dia.
_____________________
Subagio Sastrowardoyo (lahir di Madiun, Jawa Timur, 1 Februari 1924 – meninggal di Jakarta, 18 Juli 1995) seorang dosen, penyair, cerpenis, esais, dan kritikus sastra Indonesia. Selama bertahun-tahun, menjadi direktur Penerbitan Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar