Kamis, 27 Mei 2021

Fragmen Fantasi Kebudayaan Indonesia Baru

Arif Hidayat *
sinarharapan.co.id
 
Pengalaman kita pada zaman ini tidak lagi utuh, hingga kita tidak dapat lagi mempercayai cerita-cerita besar ataupun sejarah. Bak ekosistem, kebudayaan Indonesia berdenyut hidup lewat satuan-satuan kecil yang merupakan kumpulan organisme yang terus mencoba mencari peluang untuk memperbarui diri. Peluang ini kian membesar saat determinisme yang berlaku pada mereka mengecil. Kita mencari totalitas tetapi tidak ada jalan tunggal menuju ke sana.
 
Melalui globalisasi kita tahu bahwa totalitas telah terpecah, tertabur, terserak dan decentred. Oleh karenanya tidak menjadi penting untuk membuat grand design tentang kebudayaan Indonesia. Kebudayaan melakukan banyak penyimpangan dari desain besar yang mengendalikannya. Sudah saatnya mengakhiri perdebatan-perdebatan tentang orientasi utama dan bentuk terakhir kebudayaan Indonesia, karena setiap orang secara potensial adalah pencipta kebudayaan. Dan siapa tahu kebudayaan tumbuh menjadi dan terus tumbuh tanpa kehadiran dan pikiran kita, karena kebudayaan memang lingkup sehari-hari, organik dan tidak terelakkan demi bertahan hidup dan memperbaiki mutunya.
 
Ada tiga prinsip yang setidaknya perlu dikenal dalam perjalanan kebudayaan kita. Pertama, kita tidak dapat menyatakan suatu krisis budaya melainkan hanya krisis wacana tertentu. Tak ada cara yang lebih baik untuk menjelaskan prinsip ini selain dengan mengemukakan kembali konsep paradigma dalam hubungan dengan masyarakat. Paradigma adalah keseluruhan susunan kepercayaan, teknik dan nilai yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota masyarakat tertentu.
 
Tidak ada sebuah masyarakat tanpa paradigma. Dalam keadaan normal paradigma adalah sistem acuan menyeluruh yang membimbing aktivitas masyarakat. Paradigma adalah bagian penting dari gejala. Pengamatan terhadap gejala selalu dituntun paradigma. Ketika semakin banyak gejala yang tidak dapat dijelaskan, timbullah ketidakpercayaan terhadap paradigma tersebut. Inilah krisis, ketidaknormalan, ketidakabsahan paradigma lama dan kerinduan akan paradigma baru.
 
Pencipta kebudayaan adalah masyarakat, kebudayaan adalah orkestra dari paradigma-paradigma. Marilah kita bertolak dari konsep ini untuk memahami pluralitas dan pluralisme, agar tidak memaksakan superioritas sebuah paradigma atas paradigma yang lain menuju peleburan batas-batas paradigma dalam proses penyeragaman monoculture. Paradigma dinyatakan oleh bahasa yang menegaskan batas suatu masyarakat dapat menciptakan titik kritis ketika paradigma itu dihadapkan pada lingkungan luarnya.
 
Kedua, kita menciptakan sebuah sistem yang tidak tertutup meskipun sistem itu hidup dengan bahasa sendiri, bahasa yang esoteris. Ia mengukur diri melalui apa yang diidentifikasikannya sebagai lingkungan, yakni wilayah yang relatif bebas dari cakupan paradigmanya, bahasanya. Ketidakteraturan itulah yang menyebabkan sistem gelisah, tidak betah untuk sebuah keseimbangan abadi. Ia slalu menuju keseimbangan, organisasi yang lebih tinggi. Mulailah reaksi berantai yang hasilnya adalah peluruhan sistem itu atau terbentuknya sistem baru yang lebih kompleks. Kita selalu berada pada tarik-tolak antara keteraturan dan ketidakteraturan, antara kesempatan dan determinisme. Secara statistik, inilah yang dikatakan sebagai ausnya tatanan kepastian yang diikuti munculnya chaos yang menyodorkan titik keseimbangannya sendiri yang mengandung energi lebih besar. Dalam situasi ini hubungan sebab-akibat makin kabur, lebih sederhana lagi kita berada pada keadaan eksperimentasi secara permanen. Lalu kita bertanya, dapatkah sistem yang organik dan vital itu didesain?
 
Ketiga, mengenal jalan sejarah yang ditempuh pelbagai sistem itu baik orang di dalam paradigma maupun orang di luarnya sama-sama menerima tantangan ini. Bagi orang dalam, kesadaran sejarah itu akan membuatnya lancar dalam menyikapi paradigmanya, sedang bagi orang luar pengetahuan tentang sejarah akan memberi pengertian bahwa kehadirannya paling tidak dapat merupakan gangguan atau dukungan yang berakibat pada peluruhan maupun penguatan sistem.
 
Kebudayaan adalah permainan seluruh sistem paradigma sehingga dalam ruang kebudayaan kita akan melihat tidak hanya satu sejarah tapi banyak sejarah, awan debu sejarah (Levi Strauss). Pandangan tentang gerak yang tidak linear tentang semakin banyak sejarah sebenarnya adalah pandangan yang meminimalkan determinisme dalam bentuk apa pun. Bukan kebebasan kreatif (individual) yang penting -seperti yang dipercaya oleh seni modern selama ini- tapi kebahagiaan sebuah komunitas dan kesadaran mereka tentang zaman yang tengah berubah. Demikianlah tradisi bukanlah sesuatu yang ada dari dan demi dirinya sendiri. Ia tak perlu pengawetan. Tradisi menjadi paradigma, berdialog dengan paradigma yang lain.
 
Betapa melelahkan penuturan ini, karena itu tidak ada salahnya apabila kita berfantasi sejenak, kelak, kita mampu mengadakan kongres kebudayaan di sini yang dihadiri oleh ekolog, biolis, ekonom, matematikawan dan lain sebagainya yang kesemuanya adalah budayawan model baru berbicara tentang perkembangan sastra Indonesia bersama seorang penyair dan kritikus sastra asal Jawa terkemuka yang pulang menghadiri pertemuan setelah lima tahun menjadi editor tamu jurnal sastra terbaik di dunia “world literature today”. Malamnya kita keluyuran ingin menonton film nasional tapi yang ada hanya film Amerika, Jepang dan Prancis karena sutradara Indonesia membuat film di luar negeri. Jika menonton teater tanpa bahasa -teater bunyi dan seni rupa- arahan sutradara Indonesia diilhami fragmen “seratus tahun kebisuan” karya Gabriel Garein Marques dengan pemain dari Kolumbia, Senegal dan Thailand. Dan kita semua harus menunggu seorang pemenang nobel fisika dari India akan bicara tentang gerakan antikekerasan di negerinya.
 
Kalau diteruskan, kata-kata akan memberontak terhadap pikiran kita yang impresionistik ini, dan mohon maaf jika saya terlalu sering memakai kata ganti kita seolah-olah kita telah disatukan oleh pengalaman dan pikiran yang sama.
***

*) Pekerja seni Sanggar Kosiran(Komunitas Seni Pinggiran), pengajar di STAI An-Nawawi Purworejo, Staf ahli INFID`s, Yogyakarta. http://sastra-indonesia.com/2009/12/fragmen-fantasi-kebudayaan-indonesia-baru/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah