Denny Mizhar
Di suatu kota tinggal keluarga yang kata orang taat beragama. Mereka hidup
tentram dan damai, mereka sekeluarga baik dan sopan pada tetangga. Bahkan para
tetangga sering minta bantuan kepada mereka. Pemimpin keluarga tersebut sangat
berpengaruh Pak Umar sebut banyak orang dan isterinya bernama Aisyah. Mereka
berdua memiliki putra yang dikasih nama Yudi. Dia masih sekolah SMU didekat
rumahnya. Yudi anak yang pandai karena dia selalu belajar kepada Ayahnya
tentang agama dan banyak hal tentang kehidupan.
Suatu hari pak Umar menjadi pembicara pengkajian bulanan di daerah sekitar
rumahnya. Sudah kebiasanya, menjadi penceramah disuatu pengajian keagamaan.
Memang dia salah satu kyai yang disegani. Pak Umar berangkat dengan mengajak
Yudi. Tiba saat Pak Umar mengisi pengajian, di dalam pidatonya Dia bilang
“Melihat kondisi bangsa kita saat ini, kita harus banyak interopeksi diri, dan
pemerintah harus segerah memberantas korupsi. Agar bangsa kita menjadi bangsa
yang diridlohi Allah Swt. Dan bangsa kita menjadi makmur”. Para pendengar
menganggukkan kepala tandanya setuju dengan apa yang diucapkan Pak Umar. Dua
jam berlalu, banyak sudah yang ducapkan oleh Pak Umar kepada peserta pengajian
dan akhirnya mereka berdua pulang kerumah.
Seorang anak biasanya meniru kebiasaanya orang tuanya, sama halnya dengan
Yudi selalu menjadi pelopor pada acara diskusi soal agama di sekolahnya,
sehingga Dia dapat julukan “Ustad” dari teman-temannya. Dia sangat disukai sama
teman-temannya, tak jarang temanya minta tolong sama Dia untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan soal agama dengan jawaban yang bisa diterimaolehakal.
Waktu terus melaju hingga yudi harus mengakhiri masa SMU-nya dan beralih
keperguruan tinggi. Dari awal dia punya rencana masuk jalur khusus, untuk masuk
di perguruan tinggi yang masih satu daerah dengan dia, tapi memilki jarak yang
sangat jauh. Dan dia harus meninggalkan rumah untuk kost. Yudi mulai mengurus
segalanya sendirian tanpa ditemani oleh keluarganya hingga semuanya selesai dan
tinggal melaksanakan perkuliahan.
Awal kuliah, yudi sangat gembira sekali kerena mendapatkan teman yang baru
dan lain seperti di SMU dulu. Di dalam kelas Dia disukai oleh teman-temannya
seperti dulu di SMU-nya. Bahkan sering dimintai tolong mengajari teman-temanya
dalam hal mata kuliah. Memang yudi orangnya pandai dan cerdas.
Sudah sebulan Yudi kuliah, ada sedikit janggal yang dirasakannya, Dia terus
berfikir.
“Oh ya, aku belum menemukan forum diskusi”.
Biasa dari SMU memang suka diskusi apalagi soal Agama. Malam tak bisa
tidur, terus berfikir dimana ada kominitas diskusi “Besok habis kuliah aku
harus jalan-jalan keliling kampus dulu dan tidak boleh langsung pulang”.
Pagi sudah tiba kebetulan hari itu Cuma satu mata kuliah dan sudah tidak
ada tugas, jadi rencanya bisa dijalankan. Habis kuliah dia jalan-jalan keliling
kampus. Tepat didepannya agak ke kiri Yudi melihat orang bergerombol
“Sepertinya orang diskusi” dalam hatinya.
Lalu dihampirinya “Lagi diskusi ya, boleh saya bergabung”. Lalu Yudi
berkenalan satu satu,
“Anton, Mira, Ahmad, Ridwan, Aisyah”.
Diskusinya berlanjut lagi, menjadi tambah banyak permasalahn dengan
datangnya Yudi, hingga waktu tidak bersahabat sama mereka. “ Sudah soreh” ujar
Mira, “Ya, dilanjutkan nanti malam saja” Ridwan menyahut.
“Dimana?“Yudi bertanya kemereka, serempak menjawab “ Di sekret”, “Memang
kalian punya?” Tanya yudi. Ahmad menjawab dan memberi alamat ke yudi, lalu
pulang bersama-sama tiba sampai depan kampus mereka berpisah.
***
Yudi lansung pulang ke kost, menaruh tasnya di kamarnya dan lansung masuk
kamar mandi untuk membersihkan badan. Seusai mandi Yudi mengabil buku yang dia
punya, “Walaupun sedikit usang masih bisa dibaca dan tidak ketinggalan
wacananya” ujar dalam hatinya. Lembar demi lembar dibukanya tak terasa adzan
mahrib tiba. Sajadahnya dibentangkan dan langsung melaksanakan sholat tanpa
ambil wudlu lagi, karena belum batal dari wudlu sholat ashar. Selesai sholat
magrib, Yudi lansung pergi ke sekret teman-temannya tadi
“ Halloo kawan….!” Sapa Ahmad ke Yudi,
“Mana teman-teman yang lain?” Yudi menyahuti.
“Lagi makan sebentar lagi datang, itu mereka” jawab Ahmad.
Mereka diskusi lagi dan kali ini yudi agak kebinggungan karena banyak
teori-teori baru yang muncul.
“Kawan aku tidak yambung” Yudi merasa binggung,
“Dengarkan aja dulu Yud nanti kamu nyambung sendiri”. Dan akhirnya mereka
semua menyelesaikan diskusinya dengan banyak sekali pertanyaan bagi Yudi.
Besok paginya Yudi ketemu Ahmad
“Mau kemana, Mad?”
“Mau ke toko buku, kamu mau iku?”.
Dengan senang Yudi mengikuti Ahmad ke toko buku. Hingga sore tiba mereka
pulang dengan membawa buku barunya yang tak sabar untuk dibaca.
Hari demi hari berlalu, Yudi senang mendapatkan komunitas yang baru, karena
kemarin mengikuti pengkaderan sebagai syarat masuk dan menjadi anggota resmi di
komunitas barunya. Hingga tak sadar dia nggak perna pulang kerumah orang tuanya
hanya telfon dan kalau butuh uang minta transfer, walaupun satu kota tapi jaraknya
jauh. Yudi, semua aktivis bertanya-tanya mana orangnya. Memang yudi pandai dan
selalu konsisten dengan perjuangannya bahkan hampir tiap minggu tulisannya
masuk di koran lokal, regional bahkan nasional juga masuk. Dengan ketelatenan
dan kerajinannya membaca buku serta diskusi, menjadikan dia dikagumi oleh
teman-temannya. Bahkan oleh para aktivis dari organisani kemasiswaan yang ada
di kota tempat Yudi Kuliah.
***
Di rumah Yudi tinggal, Ayah dan Ibunya kangen sekali pada Yudi. Pak umar
semakin terkenal dengan keahlian dan keapandaianya bercerama dihadapan publik.
Hingga suatu hari ada rekanan dari politisi datang kerumahnya. Mereka memberi
tawaran pada Pak Umar untuk bergabung di partainya dan langsung ditawari
menjadi caleg. Tanpa berpiker panjang pak umar menyetujui. Karena itu yang
menjadi keingginannya dibalik kepawaianya dan kepandaianya soal agama. Dalam
hati berujar “Kesempatan untuk memasuki sistem dan merubah dari dalam prilaku
politisi yang amoral”. Dan juga partai yang menawari pak Umar partai terbesar
di Kotanya.
***
Masa libur kuliah telah tiba, Yudi pulang kerumah. Karena rasa kangennya
terhadap kedua orang tua nya Ia cepat-cepat lari masuk kerumah, begitu di dalam
rumah pak Umar dan istrinya menyambut kedatangan yudi. “ Yah, aku di rumah
tidak lama, di kampus banyak kegiatan dan aku dibutuhkan sama teman-teman”
bilang ke Ayahnya sambil memasuki kamarnya dan langsung merebahkan diri karena
kecapean. Dua hari Yudi dirumah dan sudah waktunya kembali ke kampus.
Seminggu berlalu yudi dari rumah, di dalam organisasinya lagi sibuk
menyiapkan aksi untuk mengontrol pemilu yang akan berlangsung. Sampai saat itu
Yudi belum tahu kalau Ayahnya jadi Caleg dari partai terbesar di kotanya.
Aktivis partai tersebut banyak melakukan dosa sosial.
Tiba di hari kampanye dengan kaget dan tersentak Yudi melihat Koran dengan
Foto Ayahnya terpampam disana, dengan tulisan Caleg Jadi dari partai Pohon
Kates. Saat itu juga Yudi telfon kerumah untuk memastikan tentang kebenaran apa
yang barusan dilihat di koran. Dan yang menerima telfon adalah Ibunya, teryata
benar itu adalah Ayahnya.
Sebulan selesai pemilahan umum yang diadakan di kotanya Ayah Yudi masuk di
dewan dan jadi ketua dewan di darehanya.
***
“Bagaimana Yud, kamu masih meneruskan perjuangmu untuk melawan penindasan,
walaupun kamu melawan Ayahmu sendiri” Kawan-kawan meyakinkan Yudi lagi “Setiap
penindasan harus kita lawan, Ayahku sudah melakukan perselingkuhan terhadap
politisi dan ini harus ditentang agar Agama tidak dijadikan komoditas politik
dan membodohi rakyak”. Ujar Yudi dengan nada keras.
***
Yudi pulang kerumah pada hari libur Ayahnya, karena Dia ingin bertemu
dengan Ayahnya. Sampai dirumah Dia bicara pada Ayahnya
“Yah, kenapa semua Ayah lakukan, untuk apa? Untuk Yudi, Yudi tidak butuh
itu semua”
“Bukan begitu maksud Ayah, Kita harus berterima kasih pada partai Kates”,
“Apa yang perlu diterimasihkan, semua itu menjebak Ayah dengan massa yang
Ayah miliki”
“Ayah sadar semua itu”
“Pokoknya Ayah harus Mengundurkan diri dan kembali lagi ke profesi Ayah sebagai
pencerah Umat, kalau tidak mau Ayah berlawan dengan Yudi”
Yudi langsung berpamitan ke Ibunya untuk balik ke kampusnya.
***
Di kampus kawan Yudi menyiapkan Aksi untuk penolakan kebijakan pemerintah
daerah yang tidak menguntungkan Rakyat. Dan semua itu Ayah Yudi terlibat dalam
pengesahan Undang Undang yang dibuat untuk melegitimasi penindasan.
“Yud, besok kita aksi kamu jadi korlapnya kita aliansi dengan Organ Prodem
yang lain”
Kawan-kawan yudi menginformasikan kepadaYudi
“Siap“ jawab Yudi.
Malam hari mempersiapkan perangkat-perangkatnya. Pagi hari Aksi dimulai,
yudi berdiri paling depan dengan semangat yang berkobar-kobar. Tiba di depan
kantor dewan di sana sudah di jaga ketat sekali oleh aparat Negara. Orasi
bergantian menuntut pencabutan Undang-Undang yang disahkan oleh Dewan. Dan
meminta ketua Dewan keluar, di tunggu lama tidak keluar-keluar. Aksi pun beruba
menjadi panas, terjadi dorong mendorong antara peserta Aksi dengan aparat. Yudi
kena pukul Aparat kepalanya bocor dan parah sekali, langsung dibawah kerumah
sakit terdekat. Aksi dibubarkan oleh Aparat dengan banyak korban dari peserta
aksi tapi yang paling parah adalah Yudi.
Kawannya mengabari ke Ibu Yudi, dan seketika itu Ibu Yudi berangkat
menjenguk Yudi.
“Sudahlah Nak berhentilah melakukan demontrasi begini akibatnya” Ibunya
berbisik ditelinga Yudi. Dengan nada agak keras “Tidak, tidak Mau” Yudi
menjawab dengan nada agak kesakitan dikepalanya, sampai-sampai teman Yudi
kaget. Yudi tidak mau pulang kerumah dan tidak mau minta Uang kekeluarganya. Beberapa
hari dirumah sakit dan yudi akhirnya sembuh
Aksi besar-besaran terjadi Yudi ikut lagi, saatnya Yudi mengambil posisi di
depan kawan-kawannya untuk melakukan orasi “Salam perlawanan,
Kawan-kawan-kawan…..” belum sempat meneneruskan kalimatnya Yudi terjatuh dari
tempat untuk orasi. “ Yudi tertembak…Yudi tertembak …” teriak barisan depan
aksi demontarsi,.
Berakhir sudah perjuangan Yudi, “Kawan jangan berhenti sampai sini,
perjuangan harus terus dilanjutkan walaupun orang terdekat kita yang melakukan penindasan…!
harus kita lawan…!” “Yud bertahanlah“
“Aku tidak kuat lagi, sampaikan kepada Ayahku, menyerah dan cepat-cepat
melakukan pengakuan dosa pada masyrakat yang ditindasnya.”“
Yud, bertahanlah…”
“Kawan-kawan lanjutkan perjuangan kita sampai ketidakadilan musnah di bumi
ini”.
Bunga-bunga bertebaran dimana-mana seiring kepergian Yudi. Dan Aksi menjadi
semakin besar
Malang, 2004
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Selasa, 06 Juli 2021
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Qorib Hidayatullah
A. Rego S. Ilalang
A. Rodhi Murtadho
A. Syauqi Sumbawi
Abdul Azis Sukarno
Abdul Kadir Ibrahim
Abi N. Bayan
Achiar M Permana
Adib Baroya
Aditya Ardi N
Afrilia
Afrizal Malna
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agusri Junaidi
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Farid Yahya
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Rifa’i Rif’an
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhudiat
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mustofa
Alief Mahmudi
Alim Bakhtiar
Allex Qomarulla
Amarzan Loebis
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Amir Syarifuddin
Anash
Andri Awan
Anggrahini KD
Anindita S Thayf
Anisa Ulfah
Anjrah Lelono Broto
Annisa Steviani
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra)
Ardy Suryantoko
Arie Giyarto
Arie MP Tamba
Arif Bagus Prasetyo
Arif Gumantia
Arif Hidayat
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
AS Laksana
Asarpin
Asrul Sani
Baca Puisi
Bahrum Rangkuti
Balada
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Beni R. Budiman
Beni Setia
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Berita
Berita Duka
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budi Darma
Bustan Basir Maras
Candra Malik
Candrakirana
Caping
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chicilia Risca
Christine Hakim
Cinta Laura Kiehl
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Ari Murtono
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Darju Prasetya
Deddy Setiawan
Denny JA
Denny Mizhar
Deo Gratias
Dewi Musdalifah
Dhimas Ginanjar
Dian Sukarno
Dian Tri Lestari
Diana AV Sasa
Dien Makmur
Dinar Rahayu
Diskusi
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Dody Yan Masfa
Donny Syofyan
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Edisi Khusus
Edy Firmansyah
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Prasetyo
Eko Tunas
Elsa Vilinsia Nasution
Erwin Setia
Ery Mefry
Esai
Evan Ys
F Aziz Manna
F. Budi Hardiman
F. Rahardi
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Feby Indirani
Felix K. Nesi
Foto Andy Buchory
Francisca Christy Rosana
Franz Kafka
Frischa Aswarini
Fritz Senn
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gde Artawan
Gendhotwukir
Goenawan Mohamad
Gola Gong
Gusti Eka
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hamsad Rangkuti
Hamzah Sahal
Hardy Hermawan
Hari Purwiati
Hario Pamungkas
Haris del Hakim
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hendri R.H
Hendri Yetus Siswono
Herie Purwanto
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I. B. Putera Manuaba
IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah)
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Fitri
Ignas Kleden
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imammuddin SA
Iman Budhi Santosa
Indira Permanasari
Indonesia O’Galelano
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Inung As
Isbedy Stiawan ZS
Iskandar Noe
Iwan Kurniawan
Iwan Simatupang
Jajang R Kawentar
Jalaluddin Rakhmat
James Joyce
Jean-Paul Sartre
Jember Gemar Membaca
JJ. Kusni
Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng
Joko Pinurbo
Jordaidan Rizsyah
Joyo Juwoto
Jual Buku Paket Hemat
K. Usman
Kadek Suartaya
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khairul Mufid Jr
Khanif
Khoirul Abidin
Ki Ompong Sudarsono
Kiki Astrea
Kitab Para Malaikat
Koh Young Hun
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela)
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Kritik Sastra
Kumpulan Cerita Buntak
Kurnia Effendi
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lan Fang
Launching dan Bedah Buku
Lawi Ibung
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Literasi
Liza Wahyuninto
Lukas Luwarso
Lukman Santoso Az
M. Abror Rosyidin
M. Adnan Amal
M. Faizi
M. Lutfi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahamuda
Mahardini Nur Afifah
Mahendra Cipta
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mansur Muhammad
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon
Marsel Robot
Marulam Tumanggor
Mas Garendi
Mashuri
Masuki M. Astro
Matdon
Matroni Muserang
MG. Sungatno
Moh. Husen
Mohamad Sobary
Mohammad Sadam Husaen
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Subarkah
Muhammad Yasir
Muhidin M. Dahlan
Multazam
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Murnierida Pram
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Neli Triana
NH Dini
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nissa Rengganis
Noor H. Dee
Novel John Halmahera
Nurel Javissyarqi
Nuryana Asmaudi
Omah Sastra Ahmad Tohari
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Pagelaran Musim Tandur
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Pustaka LaBRAK
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat HM
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Resensi
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Riri Satria
Rodli TL
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronny Agustinus
Rumah Budaya Pantura (RBP)
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saini KM
Sainul Hermawan
Sajak
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sasti Gotama
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Lamongan
Sastra-Indonesia.com
Sastri Sunarti
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSAstra Boenga Ketjil
Seno Gumira Ajidarma
Seputar Sastra Semesta
Sergi Sutanto
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siwi Dwi Saputro
Soeparno S. Adhy
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sosiawan Leak
Subagio Sastrowardoyo
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Syaifuddin Gani
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater Ilat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Titi Aoska
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Topik Mulyana
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Ulysses
Umar Fauzi Ballah
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Negeri Jember
Untung Wahyudi
Veronika Ninik
Viddy A.D. Daery
W.S. Rendra
Wage Daksinarga
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Widie Nurmahmudy
Wildan Ibnu Walid
Windi Erica Sari
Wisran Hadi
Y Alprianti
Y. Thendra BP
Yanusa Nugroho
Yasunari Kawabata
Yeni Mulyani
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Zainuddin Sugendal
Zainuri
Zehan Zareez
Zelfeni Wimra
Zumro As-Sa'adah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar