Senin, 16 Agustus 2021

REMY SYLADO: MELUKIS KEHIDUPAN LEWAT KATA

Sutejo
Ponorogo Pos
 
Ada ungkapan menarik dari Remy Sylado, “Orang mengamati kehidupan lalu menyimpan dalam daya kreatif. Sewaktu-waktu bisa dia panggil untuk dijadikan tulisan.” (Mata Baca, edisi September 2005:8). Realita, karena itu, adalah kekuatan alam yang dapat berdaya magis bagi pemilik daya kreatif. Ia sebentuk cakra kehidupan yang senantiasa memancarkan makna. Kehidupan itu menjadi semacam tempat rekreasi mata, kemudian menjadi rekreasi hati jika kita meminjam ungkapan Ibnu Duraid.
 
Sebab, Ibnu Duraid ketika para sahabatnya banyak bercerita tentang keindahan alam dan realitanya, dia bilang bahwa “Kitab ‘Uyunul Akhbar karya Al Qatabi, Az-Zuhroh karya Ibnu Abi Thahir merupakan tempat rekreasi yang luar biasa. Mengapa? Memang, buku menjadi tempat ”meditasi”, berenung, dan berdialog tentang berbagai pernik kehidupan. Menulis dan membaca, tentu, merupakan sarana penting yang menghubungkan keduanya.
 
Kepekaan menangkap realitas, karenanya, sangat dibutuhkan oleh penulis. Meskipun, media misalnya, dalam pandangan Remy Sylado, pertama-tama akan melihat nama, tetapi bukan berarti hal itu merupakan jaminan mutlak. Di sinilah, maka pentingnya kreativitas penulis untuk berani berbeda dengan yang lain. Lha, keberanian ini bisa dimulai dari main-main berbeda yang dapat dimuat di buletin maupun majalah dinding sekolah (kampus).
 
Meskipun memang, ada teori bahwa di dalam menulis yang termudah adalah pengekoran tetapi tentunya, yang dibutuhkan adalah pengekoran yang kreatif. Jika tidak kita hanya akan menjadi fotokopi saja dari para penulis yang lainnya. Bakat nyleneh dibutuhkan. Baik itu dalam pengungkapan maupun dalam membuat lompatan berbahasa. Istilah Remy Sylado, bagaimana bahasa dan kalimat yang disusun juga beraroma rasa tertentu (wah, tentu, yang ini bukan aroma stroberi, apel, atau apokat). Tetapi, bagaimana bahasa dan kalimat itu bernas; menghindari bahasa manerisme (klise).
 
Untuk itulah, maka keberanian memilih kata yang jarang dipergunakan juga tantangan berani yang perlu dipilih penulis. Begitulah, Remy Sylado bermula di masa SMP sering mendapat tugas menulis cerpen dari guru bahasa Indonesianya. Dengan, pengalaman ini ia semakin tertantang untuk kreatif memilih dan melakukan sesuatu bahasa yang berbeda, baik rasa dan kata. Tak heran, ini kemudian yang melambungkannya menjadi penulis, seniman, pemusik yang luar biasa karyanya.
 
Ada pesan menarik, barangkali yang dapat dipetik, bahwa dalam pembelajaran di sekolah, maka guru bahasa Indonesia sebanyak mungkin memberikan pengasuhan dan pendampingan dalam kepenulisan ini. Sebuah ritus persalinan kata-kata yang hanya bisa lahir dari para ”ibu kandung” yang matang (baca: guru), yang akan memikat pembaca. Ibu kandung ini tentu adalah seorang penulis yang bertali rasa dengan realita, bercakra dalam imajinasi, dan berjangkar dalam sangkar hati.
 
Budaya cangkeman, budaya mulut (istilah Remy Sylado), sebaiknya mulai disimpan; budaya susun kata dan ungkap pikir dalam jernih rasa menjadi alternatif mendewasakan manusia. Jika para guru saja tersesat dalam jual beli karya ilmiah, maka ini merupakan pemunafikkan dari kodrat manusia ”sang penulis” (ingat: metaforik surat Al-’Alaq). Barangkali, ini akan menjadi ”dosa terbesar” lain yang ”tidak terampuni”. Karena ideologi gengsi dipuja dan manajemen isi dikebumikan. Sebuah realita pesakitan tapi dirayakan tanpa malu dan rasa, sehingga semakin mengerdilkan pikiran anak-anak zaman.
 
Jika kita mau berguru pada para penulis, katakanlah, Remy Sylado atau Ibnu Duraid yang disebutkan di awal tulisan ini; maka sebenarnya kita dapat mudah untuk melakukannya. Bukan terbalik, seakan-akan cerdik berkarya karena lolos kepangkatan sambil pamer pangkat kepada koleganya. Sebuah dusta yang akan melahirkan generasi penipu di masa depan. Sudah bukan rahasia umum, jika para guru banyak pergi ke ”mesin jahit intelektual” untuk berbagai kepentingan: pangkat dan sertifikasi.
 
Marilah kita ajari mereka untuk belajar olah kata, memasak kalimat dengan bumbu kehidupan, sehingga antara hati dan kata anak-anak zaman ini tidak semakin buram. Perjalanan seribu kilometer, tentu, dialawali dari langkah pertama (dalam dunia motivasi hal ini sudah menjadi filosofi gerak). Jika perjalanan kreativitas kepenulisan anak bangsa ini kita tebarkan, langkah kesadaran untuk tidak gemar menipu adalah alternatif langkah pertama itu.
 
Melangkahlah anak-anakku, generasi kata yang tidak terhenti oleh sindiran orang tak pendidikan, ”Ah, teori!” Jadikanlah, diri kita museum kehidupan yang setiap saat sejarah dapat digugah, kenyataan dapat dirasa, dan perubahan dapat dicerna. Karena cermin kehidupan begitu mudah kita temukan dalam karya anak-anak yang tenang, senang, bercengkerama di musium kehidupan. Rawatlah generasiku, musium kehidupan ini untuk monumen sukses Anda di masa depan! Begitulah, barangkali bahasa motivasi jika kita petik dari bahasa metaforik Remy Sylado. Kehidupan katanya, menyimpan daya kreatif. Hidup harus kreatif, terlebih menulis wajib kreatif.
 
Pendek kata, jika kita berguru pada Aristoteles dengan teori mimetik-nya, sesungguhnya secara historis makna museum kehidupan yang berdaya kreatif ini adalah pesan terus penting dibumikan. Puluhan buku –yang cenderung berbeda dari Remy Sylado— adalah wujud kreativitasnya. Cau Bau Kan, Kerudung Merah Kirmidzi, Kerygma dan Martyria adalah contoh buku-bukunya yang khas dalam pemilihan diksinya. Sebuah pemantik untuk menelisik di satu sisi dan di sisi lain memberikan ”ruang kreatif” yang tak bertepi.
 
Permasalahannya adalah bagaimana membumikan makna kreatif ini bagi kita? Semuanya, memang tergantung kita. Tetapi, jika kita menyadari keberhasilan hidup yang dipilih seseorang sesungguhnya buah gerak dari idola yang telah mengendap ke bawah sadar kita. Karena itu, endapkanlah menjadi bagian bawah sadar sehingga akan mengkarakter. Karakterisasi seorang penulis, pada akhirnya, adalah ujung yang ”mutlak” harus kita temukan. Begitulah kemudian jika kita sudah tersadar: ternyata gaya masing-masing penulis sungguh beragam. Budi Darma, Putu Wijaya, Remy Sylado, Kuntowijoyo, Seno Gumira Adji Darma, Ayu Utami, Joni Ariadinata, dan puluhan penulis muda lainnya.
 
Kilauan karya mereka sesungguhnya jendela yang terbuka. Pintu kehidupan bagi bangsa yang besar dan sadar. Dan, pijar penuntun bagi kita yang terkesima oleh dunia kreatif yang menyadarkan.
***

http://sastra-indonesia.com/2008/11/remy-sylado-melukis-kehidupan-lewat-kata/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah