Minggu, 22 Agustus 2021

Sampaikan Surat Ini Kepada Maksimin

Muhammad Yasir
 
Maksimin seorang derma yang pesakitan dan lebih tua hampir 20 tahun dariku. Tubuhnya tinggi dan kurus, rambutnya tidak terawat sepertinya begitulah perangai seorang serdadu yang kalah perang. Dua bulan belakangan ini, dia kerap menghabiskan hari-harinya di sebuah kamar sumpek. Dia menulis dan menyunting di sana. Semua penulis, barangkali, memiliki prinsip individual dalam kerja-kerja kreatifnya. Tentu ada kebebasan yang aneh yang terkandung di dalamnya. Tidak terhitung pula, kebebasan ini secara sadar menggiring penulis menjadi pelacur intelektual atau bertahan sebagai penulis bebal terhadap jalan sunyi atau jalan pedang yang menggiling-gilasnya. Kebebasan yang mana yang dimiliki Maksimin? Aku kenal Maksimin. Dia tidak akan menjawab pertanyaan itu begitu saja. Pertama-tama, dia akan menawari engkau buku untuk dibaca atau dibeli. Pada ini, dia akan menyela: “Jangan terlalu bahagia dan puas dangan apa yang telah engkau tulis! Ombak di depan akan lebih besar!” Ombak? Tidak ada ombak yang tidak menyakitkan! Beberapa nelayan di Sungai Mahakam naik ke Sorga lebih cepat, karena dihantam ombak dari tongkang-tongkang pengangkut batu bara. Apa maksudmu, Maksimin?!
 
Di kamar sumpek itu - atau sesungguhnya kamar itu mirip penjara pengasingan, ada sebuah kipas angin rongsok payah berputar. Ketika engkau duduk di sana, engkau akan segera menyadari bahwa itulah Indonesia; penjara pengasingan bagi akal sehat dan nurani. Lima kaki dari kamar itu, rak buku berdiri dan hampir menyentuh langit-langit rumah serta engkau tidak akan menemukan celah sedikit pun, bahkan sekadar untuk desir angin! Buku-buku yang tersusun rapat di rak buku itu sejatinya telah membatasi pandang mata Maksimin dari tetangganya, sekumpulan orang-orang senja usia yang menyedihkan! Maksimin, apakah engkau memiliki waktu untuk menonton Il Postino hari Minggu ini? Ya… tentang Methilda. Maksudku, seorang Tukang Pos yang jatuh cinta dan tergila-gila kepadanya, sehingga membuat dirinya ingin belajar menulis puisi dengan seorang Penyair Chile, seorang komunis, seorang Senator, Pablo Neruda. Meski jelek dan politis, tetapi itu bisa menjadi hiburan untuk penyembuhan tubuh dan psikismu, kuyakinkan itu. Tontonlah, semampumu, Maksimin!
 
Kepadamu, Maksimin. Aku meletakkan penghormatan tinggi. Bagaimana pun, penahbisan dirimu kepada Sastra Indonesia, tidak sebarang tahbis. Engkau, sesungguhnya telah menanamkan komitmen yang kuat dan ideologis. Meski namamu, tidak akan menjadi mercusuar bagi khasanah Sastra Indonesia di Jawa bagian Timur, karena orang-orang lebih suka menjadi chauvinism terhadap hal-hal permukaan dan mental-mental selebritis, dalam keadaan sakit parah engkau justru menjadi semakin kokoh dan sukar ditundukan. Jauh berbeda dengan penulis-penulis yang baru-baru ini ramai diperbincangkan dan menjadi bahan kritik, karena ketidakmampuan mereka meredam birahi keterpelacuran intelektualnya di hadapan rupiah. Akan tetapi, Maksimin, Kawanku, sepulang dari rumahmu, untuk kali kedua aku melakukan hal yang paling membosankan, membaca berulang-ulang tulisanmu. Dan, kali ini, terasa bagaimana penyakit yang engkau alami menguras energi dan pikiranmu, sehingga aku merasakan setiap kata dalam paragrafmu, aku kehilangan engkau. Aku kehilangan engkau. Aku semacam mengalami ketakutan seperti yang disampaikan Eduardo Galeano dalam sebuah artikel, “Hal yang paling aku takutkan adalah ketika kita semua mengalami amnesia!” Oh! Maksimin, pikiranku mulai memberontak dan liar. Entah mengapa! Apakah karena… oh! Bagaimana pula aku akan mengatakan kebaikanmu kepada penyampai surat ini?!
 
Namun aku berusaha mengendalikan diriku sendiri agar surat ini selesai, karena hal-hal yang tidak selesai hanya akan membuat kerusakan di muka bumi. Seperti Indonesia?! Ha-ha… Engkau tahu, Maksimin, semakin hari, aku semakin menyangsikan keberlangsungan Negara Dunia Ketiga ini. Terserah padamu. Bukankah memang tidak ada tempat untukmu di sini, selain kamar sumpek yang seperti penjara pengasingan di Jawa bagian Timur itu? Katakan kepadaku, Maksimin, bahwa engkau akan tetap hidup, baik di dunia yang menyedihkan ini dan juga kata-kata dalam tulisanmu, sekali pun peradaban dibentuk oleh kapitalisme dan imperialisme dan akan segera menjadi kapitalisme monopoli?! Entah mengapa, Maksimin, lonceng gereja tidak berbunyi hari ini dan nama-nama yang diumumkan di masjid, tidak lagi terdengar. Tidak seperti biasanya, seperti lonceng gereja dan nama-nama yang diumumkan itu seperti derit roda besi dan lengking terompet kereta api yang melancar hebat di tulang rusuk dua belas jari di tubuhmu. Bertahanlah, Maksimin. Engkau adalah seorang derma yang akan dikenal sebagai… ah! Aku sedang membayangkan engkau berdiri di podium, di hadapan ribuan Penyair dan pembaca puisi, dan membacakan tulisanmu tentang Presiden Penyair yang jelek dan busuk itu! Salam sayang, Maksimin.

Surabaya, 2021. http://sastra-indonesia.com/2021/08/sampaikan-surat-ini-kepada-maksimin/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A. Qorib Hidayatullah A. Rego S. Ilalang A. Rodhi Murtadho A. Syauqi Sumbawi Abdul Azis Sukarno Abdul Kadir Ibrahim Abi N. Bayan Achiar M Permana Adib Baroya Aditya Ardi N Afrilia Afrizal Malna Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto Agusri Junaidi AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Farid Yahya Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Rifa’i Rif’an Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhudiat Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mustofa Alief Mahmudi Alim Bakhtiar Allex Qomarulla Amarzan Loebis Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Amir Syarifuddin Anash Andri Awan Anggrahini KD Anindita S Thayf Anisa Ulfah Anjrah Lelono Broto Annisa Steviani Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Ardy Suryantoko Arie Giyarto Arie MP Tamba Arif Bagus Prasetyo Arif Gumantia Arif Hidayat Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran AS Laksana Asarpin Asrul Sani Baca Puisi Bahrum Rangkuti Balada Bambang Kempling Bandung Mawardi Beni R. Budiman Beni Setia Benny Benke Beno Siang Pamungkas Berita Berita Duka Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Brunel University London Budi Darma Bustan Basir Maras Candra Malik Candrakirana Caping Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chicilia Risca Christine Hakim Cinta Laura Kiehl D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Ari Murtono Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Darju Prasetya Deddy Setiawan Denny JA Denny Mizhar Deo Gratias Dewi Musdalifah Dhimas Ginanjar Dian Sukarno Dian Tri Lestari Diana AV Sasa Dien Makmur Dinar Rahayu Diskusi Djoko Pitono Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Dody Yan Masfa Donny Syofyan Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Edisi Khusus Edy Firmansyah Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Prasetyo Eko Tunas Elsa Vilinsia Nasution Erwin Setia Ery Mefry Esai Evan Ys F Aziz Manna F. Budi Hardiman F. Rahardi Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Feby Indirani Felix K. Nesi Foto Andy Buchory Francisca Christy Rosana Franz Kafka Frischa Aswarini Fritz Senn Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gde Artawan Gendhotwukir Goenawan Mohamad Gola Gong Gusti Eka Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hamsad Rangkuti Hamzah Sahal Hardy Hermawan Hari Purwiati Hario Pamungkas Haris del Hakim Hasan Aspahani Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hendri R.H Hendri Yetus Siswono Herie Purwanto Herry Lamongan Heru Kurniawan Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I. B. Putera Manuaba IAI TABAH (Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah) Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Fitri Ignas Kleden Imam Muhtarom Imam Nawawi Imammuddin SA Iman Budhi Santosa Indira Permanasari Indonesia O’Galelano Indra Intisa Indra Tjahyadi Inung As Isbedy Stiawan ZS Iskandar Noe Iwan Kurniawan Iwan Simatupang Jajang R Kawentar Jalaluddin Rakhmat James Joyce Jean-Paul Sartre Jember Gemar Membaca JJ. Kusni Jl Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Joko Pinurbo Jordaidan Rizsyah Joyo Juwoto Jual Buku Paket Hemat K. Usman Kadek Suartaya Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Kemah Budaya Panturan (KBP) Khairul Mufid Jr Khanif Khoirul Abidin Ki Ompong Sudarsono Kiki Astrea Kitab Para Malaikat Koh Young Hun Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela) Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Kritik Sastra Kumpulan Cerita Buntak Kurnia Effendi Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lan Fang Launching dan Bedah Buku Lawi Ibung Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Literasi Liza Wahyuninto Lukas Luwarso Lukman Santoso Az M. Abror Rosyidin M. Adnan Amal M. Faizi M. Lutfi M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahamuda Mahardini Nur Afifah Mahendra Cipta Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mansur Muhammad Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Mario F. Lawi Maroeli Simbolon Marsel Robot Marulam Tumanggor Mas Garendi Mashuri Masuki M. Astro Matdon Matroni Muserang MG. Sungatno Moh. Husen Mohamad Sobary Mohammad Sadam Husaen Muhammad Idrus Djoge Muhammad Muhibbuddin Muhammad Subarkah Muhammad Yasir Muhidin M. Dahlan Multazam Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Murnierida Pram Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Neli Triana NH Dini Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nissa Rengganis Noor H. Dee Novel John Halmahera Nurel Javissyarqi Nuryana Asmaudi Omah Sastra Ahmad Tohari Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Pagelaran Musim Tandur PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Proses Kreatif Puisi Pustaka LaBRAK PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat HM Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Resensi Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Riri Satria Rodli TL Ronggeng Dukuh Paruk Ronny Agustinus Rumah Budaya Pantura (RBP) S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saini KM Sainul Hermawan Sajak Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sasti Gotama Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Lamongan Sastra-Indonesia.com Sastri Sunarti Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSAstra Boenga Ketjil Seno Gumira Ajidarma Seputar Sastra Semesta Sergi Sutanto Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siwi Dwi Saputro Soeparno S. Adhy Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sosiawan Leak Subagio Sastrowardoyo Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syaifuddin Gani Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Ilat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Titi Aoska Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Topik Mulyana Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Ulysses Umar Fauzi Ballah Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Negeri Jember Untung Wahyudi Veronika Ninik Viddy A.D. Daery W.S. Rendra Wage Daksinarga Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Widie Nurmahmudy Wildan Ibnu Walid Windi Erica Sari Wisran Hadi Y Alprianti Y. Thendra BP Yanusa Nugroho Yasunari Kawabata Yeni Mulyani Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Zainuddin Sugendal Zainuri Zehan Zareez Zelfeni Wimra Zumro As-Sa'adah